Trump Perintahkan Tembak Mati Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Quds
Presiden AS Donald Trump perintahkan tembak mati Mayjen Qasem Suleimani, Komandan Quds, pasukan elite Garda Revolusi Iran.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
Pentagon mengatakan, Qasem Soleimani memberi persetujuan serangan terhadap Kedutaan Besar AS tersebut.
Garda Revolusi Iran mengatakan, pemimpin milisi Irak, Abu Mahdi al Muhandis, turut tewas dalam serangan AS.
Iran menyebut serangan itu melibatkan sejumlah helikopter militer AS, bukan drone.
Jenderal Qasem Soleimani memimpin pasukan Quds (kesatuan elite di dalam tubuh Garda Revolusi Iran).
Pasukan ini bertugas menangani operasi rahasia di luar negeri, sejak 1998.
Iran mengakui peran pasukan Quds dalam rangkaian konflik di Suriah.
Kesatuan itu bertugas memberi konsultasi kepada pasukan yang setia terhadap Presiden Suriah, Bashar al Assad, sekaligus mempersenjatai ribuan milisi Syiah di Suriah dan Irak.
Khusus di Irak, pasukan Quds memberi sokongan kepada paramiliter Syiah yang membantu melawan ISIS.
Penyokong Teroris
Perannya yang penting itu telah menjadikan Soleimani sangat populer di Iran.
Pemerintahan Trump menuding pasukan Quds memberi dukungan kepada kelompok teroris di Timur Tengah, termasuk Gerakan Hezbollah di Libanon dan Jihad Islam di Palestina.
Dukungan pasukan Quds, menurut AS, diberikan dalam wujud penyediaan dana, pelatihan, persenjataan, dan peralatan militer.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menggolongkan Garda Revolusi Iran dan pasukan Quds sebagai kelompok teroris asing pada April 2019.
Abu Mahdi al Muhandis (Wakil Komandan Milisi di Irak yang didukung Iran), ikut tewas dalam serangan itu, karena ia dianggap bertanggung jawab atas serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghad.
Terkait dengan serangan terhadap Qasem, Ayatollah Ali Khamenei menyerukan agar perlawanan terhadap AS dan sekutunya terus dilanjutkan.
"Hilangnya jenderal yang terkasih itu memang pahit. Pertarungan berkelanjutan dan kemenangan pamungkas akan lebih pahit bagi para pembunuh serta penjahat," katanya.
Perdana Menteri Irak, Adil Abdul Mahdi memperingatkan, serangan itu akan memicu perang besar di Irak.
Ia juga menyebut kejadian itu merupakan sebuah pelanggaran berani terhadap kedaulatan Irak dan serangan terang terangan terhadap martabat bangsa.
(bbc/dailymail/feb)