News
Pemimpin Iran Akan Balas Dendam Pada AS Atas Kematian Jenderalnya, Pentagon Ambil Tindakan Defensive
Menurut AS, Soleimani memiliki hubungan dekat dengan jaringan kelompok-kelompok bersenjata yang didukung oleh Iran di Timur Tengah.
Bahkan Iran bersumpah akan membalas dendam terhadap Amerika Serikat.

Dalam sebuah pernyataan, Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan gerakan perlawanan akan berlanjut dengan motivasi ganda.
Menteri Pertahanan Brigjend Jenderal Amir Hatami menambahkan bahwa serangan itu akan disambut dengan respon yang dapat menghancurkan AS.
Dikutip dari NY Times, Menteri luar negeri Iran, Javad Zarif, menyebut pembunuhan Jenderal Suleimani sebagai tindakan "terorisme internasional".
Ia juga memperingatkan itu sebagai eskalasi yang sangat berbahaya dan konyol.
"AS memikul tanggung jawab untuk semua konsekuensi dari petualangan jahatnya," tweet Zarif.
• Musim Hujan Diprediksi Sampai Februari 2020, Menteri PUPR Ucap Begini Soal Kemungkinan Istana Banjir
Sebelumnya, pejabat milisi Irak dan saluran TV pemerintah negara itu mengumumkan bahwa Soleimani telah tewas dalam serangan udara bersama seorang pemimpin milisi Irak terkemuka Jamal Jaafar Ibrahimi di luar bandara utama negara itu.
Jamal Jaafar Ibrahimi, yang lebih dikenal dengan Abu Mahdi al-Muhandis, terkait erat dengan serangan-serangan terhadap Amerika Serikat pada tahun 1982.

Reaksi Perdana Menteri Irak
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi mengutuk "pembunuhan" yang dilakukan AS.
Ia menambahkan bahwa pembunuhan pemimpin milisi Irak adalah tindakan agresi terhadap Irak dan itu merupakan pelanggaran terhadap kondisi di mana pasukan Amerika beroperasi di negara itu.
Dia juga dituduh sebagai perancang perang proksi di seluruh wilayah yang melibatkan AS dan saingan regional Teheran.
Trump mengambil garis keras terhadap Iran ketika ia berkampanye untuk kepresidenan dan pada tahun 2018.
Ia menarik AS dari pakta nuklir multilateral untuk mendorong Teheran membatasi program nuklirnya.

Sejak itu, AS telah memberlakukan sanksi yang lebih ketat terhadap republik Islam itu untuk membawa "tekanan maksimum" pada perekonomiannya yang bergantung pada minyak.