Jelang Akhir Tahun Pedagang Kembang Api Keluhkan Sepi Pembeli
"Sehari paling tinggi cuma Rp 500 ribu. Kalau natal kemarin ya lumayan, bisa Rp 3 jutaan," akunya, Minggu (29/12/2019).
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - ET (59), salah satu pedagang kembang api di Kairagi, Mapanget, Manado mengeluhkan sepinya pembeli.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tahun ini omzet yang ia raih hanya sedikit.
"Sehari paling tinggi cuma Rp 500 ribu. Kalau Natal kemarin ya lumayan, bisa Rp 3 jutaan," akunya, Minggu (29/12/2019).
Ia menambahkan bahwa tahun lalu Natal saja ia bisa memperoleh omzet paling tidak Rp 5 juta.
Menurutnya hal ini disebabkan karena bertambahnya penjual kembang api setiap tahun.
"Sekarang kan saingan juga banyak, barang dari pusat juga kosong-kosong karena pendistribusiannya semakin menyebar," ujar perempuan asli Manado ini.
Pembelinya yang rata-rata adalah anak-anak kecil juga menjadi salah satu penyebabnya.
Anak-anak tersebut biasanya membeli kembang api yang memang dikhususkan untuk anak kecil seperti kembang api bawang putih, torre, lilin, dan air mancur yang harganya tidak seberapa.
"Kalau buat anak-anak saya buka eceran aja harganya sekitar Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu rupiah, sehari dapat berapa," tutupnya.
Namun ia masih menaruh harapan bisa mendapatkan keuntungan lebih di tanggal 30 dan 31 Desember 2019 yang biasanya pembeli paling ramai pada tanggal tersebut.
• Kapolda Serahkan Anggaran DIPA 2020 Sekaligus Penandatanganan Pakta Integritas
Subscribe YouTube Channel Tribun Manado: