Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Reuni 212

Rocky Gerung Nilai FPI Sudah Berubah, Guntur Romli: FPI Gerakan Politik yang Pakai Baju Agama

Meski dianggap banyak kalangan Rocky Gerung 'asal bunyi', karena tidak mengenal benar soal ormas Front Pembela Islam (FPI)

Editor: Aswin_Lumintang
Vincentius Jyestha/Tribunnews.com
Rocky Gerung berpendapat FPI sudah berubah dan perlu didukung 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Meski dianggap banyak kalangan Rocky Gerung 'asal bunyi', karena tidak mengenal benar soal ormas Front Pembela Islam (FPI), namun menyatakan dukungannya terhadap wadah yang di AD/ART-nya menginginkan sistem pemerintahan khilafah.

Habib Rizieq Shihab, Novel Bamukmin, dan Guntur Romli
Habib Rizieq Shihab, Novel Bamukmin, dan Guntur Romli (Kolase/Kompas.com)

Herannya Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan, dia melihat FPI telah berubah, tidak lagi melakukan sweeping KTI dan tindakan kekerasan secara sepihak.

Rocky menyebut pandangan yang dulu tentang FPI kini sudah mengalami perubahan.

Penyampaian Rocky itu, diutarakannnya saat menjawab pertanyaan warganet lewat vlog Geolive Cania tentang berbagai hal mulai pernikahan, pancasila, oposisi dan lainnya.

402 Kontingen Minahasa Siap Berlaga di Porprov 2019

Seorang Pria Tak Tidur Selama 33 Tahun, Begadang Sejak Tahun 1973 Tapi Tetap Sehat, Ini Penyebabnya

Pria Ini Main Games Selama 572 Jam, Sehari Tidur hanya 3 Jam

Muncul dari akun @lonermat3 yang mempertanyakan kenapa Rocky Gerung tiba-tiba dekat dan membela FPI.

Padahal sebelumnya Rocky Gerung salah satu orang yang getol mengkritik ormas tersebut.

"Dulu RG sangat lantang mengkritik kaum islam konsevatif seperti FPI dan semacamnya. Kok sekarang akrab sama mereka? apakah setelah pilpres kemarin ada hal baru yang bung RG temukan dari kaum konservatif sehingga pandangan bung berubah 180 derajat? atau cuma kebetulan aja sama-sama oposisi pemerintah?," demikian bunyi pertanyaan tersebut.

Rocky Gerung kemudian mengklarifikasi bahwa bukan pandangannya yang berubah melainkan FPI sendiri yang telah berubah.

Rocky Gerung Official
Rocky Gerung Official (YouTube Channel Rocky Gerung Official)

Bahkan Rocky menyebut FPI kini banyak membantu dalam bidang sosial.

"FPI kini banyak melakukan hal yang seharusnya menteri sosial lakukan," katanya.

Rocky mencontohkan FPI yang dulunya gemar sweeping kini malah banyak menolong orang yang terkena bencana.

"Karena FPI sudah berubah maka saya juga harus berubah melihat mereka," katanya.

Rocky pun menyebut nama Munarman salah satu sahabatnya di FPI yang juga mantan aktivis LBH.

"Saya kenal pikirannya, ada perubahan paradigma," katanya.

Meski demikian, Rocky mengaku akan kembali mengkriti FPI jika ormas tersebut kembali melakukan perbuatan-perbuatan seperti dulu.

Sebelumnya Rocky Gerung berharap agar izin Front Pembela Islam (FPI) disetujui pemerintah

Hal tersebut tampak pada acara Rosi Kompas TV, Kamis (28/11/19).

Rocky Gerung berpendapat bahwa konsep khilafah itu belum final dan masih diperdebatkan.

"Ada orang yang memahami khilafah itu seolah-olah konsep yang final dan imperatif. Padahal konsep khilafah itu debatable. Jadi ngapain nakutin sesuatu yang debatable? Jadi pak Tito nggak ngerti juga bahwa konsep khilafah itu on going ideas" tanya Rocky Gerung.

Lalu Rocky Gerung mencontohkan seseorang yang meiliki ide untuk kembali di konsep kerajaan yang tidak demokratis.

"Padahal itu juga melanggar konsep NKRi kan, mengapa tidak ditangkap?" ujar Rocky Gerung.

Sementara itu, politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli mengungkapkan adanya motif penyerangan terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Reuni 212 yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Senin (2/12/2019).

Tak hanya itu, Guntur Romli berpendapat isu pencekalan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab hanya memperkeruh suasana.

Rizieq Shihab Segera Dipulangkan, Pemerintah Indonesia Tengah Bernegosiasi dengan Arab Saudi
Rizieq Shihab Segera Dipulangkan, Pemerintah Indonesia Tengah Bernegosiasi dengan Arab Saudi (Kolase Foto Tribunmanado/foto tribunnews)

Hal ini diungkapkan Guntur Romli dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi, yang videonya diunggah pada kanal YouTube Talk Show tvOne, Senin (2/12/2019).

Sebelumnya Guntur mengatakan bahwa Reuni 212 merupakan gerakan politik.

Pernyataan Guntur mendapat respons dari pembawa acara Bayu Andriyanto.

Bayu mempertanyakan terkait momentum yang berkaitan dengan unsur politik tersebut.

Diketahui, Pemilihan Presiden (Pilpres) juga sudah selesai dilakukan.

Guntur menjawab bahwa gerakan 212 memiliki tujuan untuk menyerang pemerintah.

"Menurut saya tetap tujuannya untuk menyerang pemerintahan Pak Jokowi," ujarnya.

"Tetap ada di luar-luar sana yang memang tidak setuju, tidak puas, tidak dibawa oleh Pak Prabowo mungkin dalam sebuah sistem, mereka tetap butuh gerakan-gerakan yang menyuarakan mereka," imbuhnya.

Selain itu, menurutnya acara 212 diselenggarakan dengan menggunakan informasi yang menyesatkan dan kontroversi.

Hal ini dilakukan untuk mmenarik perhatian semua pihak.

Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq menyapa ribuan anggota FPI diiringi salawat seusai menjalani pemeriksaan di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (12/1/2017). Kehadiran Habib Rizieq di Mapolda Jabar dalam rangka memenuhi panggilan tim penyidik Polda Jabar terkait dugaan kasus penghinaan Pancasila.
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq menyapa ribuan anggota FPI diiringi salawat seusai menjalani pemeriksaan di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Kamis (12/1/2017). Kehadiran Habib Rizieq di Mapolda Jabar dalam rangka memenuhi panggilan tim penyidik Polda Jabar terkait dugaan kasus penghinaan Pancasila. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Guntur juga menyinggung terkait isu kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.

"Misalnya soal kepulangan Habib Rizieq yang enggak jadi, dengan alasan dan tuduhan bahwa itu dicekal oleh pemerintah, ini kan bikin ribut," ujar Guntur.

"Bikin semua orang bertanya-tanya, tapi bagus juga Ma'arif menggunakan informasi-informasi seperti itu, sehingga orang juga tertarik untuk mengomentari dan membahas," imbuhnya.

Ia juga menambahkan ketidakjelasan alasan Rizieq yang menyebut dirinya dicekal.

"Pokoknya ini bikin berita yang ramailah," kata Guntur.

Aktivis Muda NU ini tetap yakin bahwa Reuni 212 memiliki tujuan politik.

Sau diantaranya adalah hadirnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Kemudian menurut saya tetap ada tujuan-tujuan politik disitu seperti partai- partai yang diluar sistem, itu masih kami lihat tokoh-tokohnya akan diundang oleh 212," ujar Guntur.

"Saya melihat juga kalau dipilkada DKI ada Gubernur Jakarta sekarang Anies Baswedan, saya lihat ada indikasi-indikasi kuat menggunakan 212 sebagai ajaran politik dia untuk 2024," ungkapnya.

Di sisi lain, Guntur mengaku kalau Reuni 212 diselenggarakan sebagai gerakan politik, itu sebenarnya tidak akan jadi masalah.

Namun kalau gerakan politiknya untuk menyerang pemerintah dengan menggunakan informasi palsu yakni terkait pencekalan Rizieq itu baru tidak benar. 

Sementara itu, Guntur juga menilai Reuni 212 merupakan gerakan politik yang menggunakan idium - idium keagamaan.

"Kalau kami mengamati dari reka jejak kemudian dari hal-hal yang kami saksikan, gerakan 212 tidak lepas dari gerakan politik yang menggunakan isu-isu agama," ungkapnya.

"Kemudian juga menggunakan framing-framing atau isu-isu penistaan agama, padahal kasus Pak Ahok sudah selesai," imbuh Guntur.

Disinggung terkait penistaan Agama yang baru terjadi belakangan ini, Guntur menjawab dengan kejelasan kasus penistaan agama yang menjerat kelompok dari 212.

"Ya kalau soal terlapor, Habib Rizieq dan Amin Rais juga dilaporkan," ujarnya.

"Malah dari kelompok-kelompok mereka yang dilaporkan terkait penistaan agama itu nggak pernah digarap," imbuh Guntur.

"Nah ini bagaimana kasusnya, kalau memang kita akan masuk kekasus itu (penistaan agama)," tambahnya. 

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved