Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Paham Radikalisme

PBNU: Celana Cingkrang dan Perempuan Bercadar Tak Bisa Diartikan Penganut Paham Radikal

Pembahasan soal memakai celana cingkrang dan perempuan bercadar identik dengan paham radikalisme coba diluruskan PBNU.

Editor: Aswin_Lumintang
TRIBUNMANADO/ANDREAS RUAUW
Wanita bercadar melakukan aksi sosial di depan Megamall Manado pukul 17.00 Wita 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Pembahasan soal memakai celana cingkrang dan perempuan bercadar identik dengan paham radikalisme coba diluruskan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Wanita bercadar melakukan aksi sosial di depan Megamall Manado pukul 17.00 Wita
Wanita bercadar melakukan aksi sosial di depan Megamall Manado pukul 17.00 Wita (TRIBUNMANADO/ANDREAS RUAUW)

Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Robikin Emhas, menilai paham radikalisme tidak dapat dianalogikan seseorang memakai celana sempit atau celana cingkrang dan perempuan bercadar.

Menurut dia, radikalisme yang berbau agama baik ekstrem kanan ataupun kiri dipicu oleh ketidakadilan global maupun domestik.

"Tidak bisa diartikan sempit seperti celana cingkrang atau perempuan bercadar, tidak bisa begitu. Karena radikalisme itu anak kandung dari intoleransi," kata Robikin, saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (22/11/2019).

Cut Tary Kembali Jadi Presenter, Lihat Potretnya yang Makin Memesona!

Yosua Jelaskan Alasan Cengkih Tidak Diatur Harganya oleh Pemerintah

Pengamat Politik: Ahok Jadi Bos BUMN Hidupkan Kembali Cebong-Kampret, Sentil Wapres Maruf

Dia menjelaskan, radikalisme timbul karena adanya sikap yang menandakan kesanggupan kekuatan yang berbeda.

Sementara itu, kata dia, agama termasuk agama Islam menegaskan perbedaan itu merupakan suatu "Sunatullah" dan keragaman atau kebhinekaan itu merupakan sesuatu yang lumrah.

"Islam itu mengajarkan perbedaan itu 'lita'arofu' agar kalian bekerjasama meningkatkan keunggulan kehidupan bersama bukan menegaskan yang kecil dimatikan melainkan dicari titik temu," kata dia.

Dia menegaskan, apabila sikap intoleransi tidak ada dan semua orang sudah toleran terhadap sesama, maka tidak akan ada radikalisme.

"Kalau radikalisme tidak ada maka tidak ada juga ekstrimisme dan kalau keduanya tidak ada maka tidak ada terorisme. Dunia akan aman dan tentram," tambahnya.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved