Sales dan Juru Parkir Dicokok Densus Antiteror: Handphone dan Buku Jihad Disita
Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap tiga terduga teroris di tiga lokasi yang berbeda di Solo
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap tiga terduga teroris di tiga lokasi yang berbeda di Solo, Jawa Tengah. Kapolresta Solo, AKBP Andi Rifai, membenarkan adanya penangkapan terduga teroris di wilayah hukumnya.
"Ada tiga lokasi penangkapan terduga teroris, yaitu di Pajang, Nusukan, dan Pasar Kliwon," katanya saat konferensi pers di Mapolresta Solo, Senin(18/11).
• Erick Thohir Restrukturisasi Jajaran Kementerian BUMN, Sapu Bersih Seluruh Pejabat Eselon I
Dalam hal ini, ia menuturkan Polresta Solo hanya membantu pengamanan saat Densus melakukan penggeledahan di rumah terduga teroris yang diamankan. "Densus 88 berkoordinasi dengan Polresta Solo untuk membantu penggeledahan rumah dari masing-masing terduga teroris yang ditangkap paginya," jelasnya.
Dari penggeledahan di tiga lokasi tersebut, Densus 88 mengamankan sejumlah barang yang dicurigai. Barang-barang yang diamankan Densus 88 meliputi komputer/laptop, handphone, flashdisk, buku jihad, dan kartu identitas.
"Semuanya dibawa tim Densus 88 untuk dilakukan tindakan selanjutnya," terangnya.
AKBP Andi menambahkan, ia belum mengetahui soal jaringan dan keterkaitan dengan penangkapan terduga teroris di Sukoharjo. "Itu Densus 88 yang lebih tahu untuk keterkaitan jaringan," pungkasnya.
Warga Nayu Timur RT 4 RW 18, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo yang dicokok tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror diketahui jarang keluar saat berada di dalam rumah. Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, Junduloh merupakan sales keliling sebuah perusahaan makanan.
Ketua RT 4, Bambang Sujono menuturkan ia mengaku lupa nama terduga teroris yang ditangkap itu. "Waduh namanya siapa lupa karena dia itu tinggal di sini, belum warga sini karena bukan orang sini, (istilahnya) pendatang," tutur Bambang.
"Junduloh panggilannya," kata Bambang lagi.
• Korban First Travel Minta Pemerintah Adil: Jaksa Agung Cari Terobosan Hukum
Pasalnya lanjut dia, nama terduga teroris yang sudah tiga tahun tempat tinggal di Nayu Timur itu tidak ada di dalam KK. Selama ini dia dikenal sebagai sales keliling sebuah perusahaan makanan.
"KK istrinya sudah, KK-nya dia belum, tidak ada namanya dia," ungkap dia.
Bambang menyampaikan, terduga teroris tinggal di rumahnya yang berada di daerah Nayu Timur bersama sejumlah anggota keluarga. "Dia, anaknya, istrinya, mertuanya serta adiknya," ujar Bambang.
"Anaknya kira-kira umur 3 sampai 4 tahun dan sudah lama tinggal disini," kata Bambang.
Seorang warga Nayu Timur RT 4, Achmad Mustajib juga mengaku tak tahu menahu siapa nama asli terduga teroris itu.
"Waduh namanya siapa kurang paham," ujarnya.
Achmad menambahkan, ia hanya mengetahui jika terduga tersebut asli Surabaya. "Jarang keluar-keluar rumah,"katanya.
Juru Parkir
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror juga menangkap seorang terduga teroris, Vrisnomi (36) di daerah Kauman RT 3/RW 5, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo sekira pukul 07.30 WIB. Ketua RT 3/RW 5 Kauman, Muhammad Khoiri, mengaku tak tahu-menahu kejadian penangkapan yang menimpa seorang warganya.
"Setahu saya dari pak RW, pak RW nanya ke saya apakah benar itu (penangkapan), terus saya coba cek ke kos-kosan, saya tanya warga tempat kos-kosan ternyata benar ada yang ditangkap," ujar Khoiri.
Khoiri mengaku informasi penangkatan didapatkannya sekira pukul 08.45 WIB. "Iya saya ndak tahu posisi saya kalau pagi mengurusi langgar (musala), terus antar anak-istri," ujar Khoiri.
"Waktu rencananya mau pergi ternyata ada informasi dari pak RW soal itu," tambahnya.
Khoiri mengatakan, dari informasi yang didapatkannya, terduga teroris ditangkap di sekitar SD Muhammadiyah 2 Kauman, Solo.
"Saya ndak tahu dikabari pak RW, pagi pukul 08.45 WIB, (informasinya) ditangkap di SD Muhammadiyah 2," kata Khoiri.
"Posisinya dimana saya kurang tahu," imbuhnya.
• Bamsoet Klaim Kantongi 367 Suara dari Daerah
Ditemui terpisah, Ketua RW 5 Kauman, Alphan Rahmadi, membenarkan adanya penangkapan seorang warganya yang diduga teroris. Ia mengungkapkan terduga teroris ditangkap pada waktu ia berangkat kerja.
"Penangkapan kurang lebih jam 07.30 WIB di selatan SD Muhammadiyah 2," ungkap Alphan.
Alphan mengatakan, terduga teroris bekerja sebagai seorang karyawan lepas di sebuah toko buku di daerah Kampung Batik Kauman dan juru parkir. "Pekerjaannya di toko buku di sini sebagai karyawan tapi lepas," kata Alphan.
"Sama juru parkir, setengah hari di toko buku, setengahnya jadi tukang parkir, ndak mau diangkat sebagai pegawai tetap," tutupnya.
Teroris Cilacap
Sementara itu, penangkapan dan penggeledahan rumah S (31) terduga teroris warga Dusun Tritih, Desa Danasri Lor, Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (17/11), menyisakan cerita di tengah masyarakat. Kedatangan puluhan anggota Densus 88 di kampung tersebut membuat warga terkejut.
Namun, keingintahuan warga tak terjawab, jalan menuju rumah S ditutup total. Radius lebih kurang 100 meter dari rumah S disterilkan dari aktivitas warga. Tetangga rumah S dilarang keluar rumah. Petugas berseragam dan berpakaian preman berjaga di mulut jalan dan rumah S.
Takin (48), tetangga S, menuturkan, pada saat penggeledahan, tidak ada aktivitas warga di sekitar lokasi tersebut. Ia hanya dapat melihat dari dalam rumah yang berjarak sekitar 25 meter. "Saya di dalam rumah, tidak boleh keluar. Bahkan tetangga yang paling dekat (dengan rumah S) juga tidak boleh lewat, tidak bisa masuk," kata Takin.
Menurut Takin, di jalan menuju rumah S berderet mobil milik aparat. Beberapa petugas tampak mengenakan seragam lengkap, sedangkan petugas lain mengenakan pakaian preman.
Warga lain, Ben (35), mengatakan, pagi hari sebelum peristiwa tersebut, ia melihat empat orang asing. Mereka duduk-duduk di rumahnya yang berjarak sekitar 20 meter dari rumah S. "Dari pukul 05.00 WIB, subuh, pertama ada dua orang di depan rumah, kemudian datang dua orang lagi, terus dua orang yang tadi pergi," ujar Ben. Orang asing tersebut cukup lama di depan rumahnya.
Orang yang tidak diketahui identitasnya tersebut meninggalkan rumahnya sekitar pukul 08.00 WIB atau satu jam sebelum rumah S digeledah. "Mereka sempat tanya-tanya soal burung merpati sama saya, katanya lagi nyari burung merpati," kata pria yang memiliki banyak burung merpati di rumahnya ini.
Dikenal Ramah
S diketahui merupakan anak menantu dari mantan narapidana kasus terorisme, Saefudin Zuhri. S dikenal pribadi yang baik dan ramah. "Orangnya ramah, kalau lewat menyapa. Kemarin siang juga ke sini beli jajan kerupuk sama mie lidi," kata Tri (23), pemilik warung tak jauh dari rumah S.
Menurut Tri, tidak ada aktivitas yang aneh dalam keseharian S. Pun demikian dengan pergaulan dengan tetangganya. "Penampilan biasa, pakaian juga biasa, pakai celana jins kalau keluar rumah. Istri cadaran. Keseharian setahu saya srawung (terbuka) dengan tetangga," ujar Tri.
Sementara itu, menurut Ketua RT 1 RW V Desa Danasri Lor Mubasir, S selama ini tidak pernah mengikuti kegiatan RT. "Setahu saya RT-an sudah dikasih tahu, kapan tanggalnya, hari apa, jam berapa, tapi kebetulan sedang sibuk," kata Mubasir.
Lukai Densus
Markas Besar Kepolisian RI membenarkan dua terduga teroris yang ditembak mati di Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, sempat menyerang dengan senjata tajam saat hendak ditangkap oleh tim detasemen khusus 88 (Densus 88) Antiteror.
"Saat dilakukan upaya penangkapan kedua orang disebut melakukan perlawanan dan menggunakan senjata tajam dan airsoft gun," kata Karopenmas Humas Mabes Polri, Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan.
Akibatnya, kata Dedi, satu anggota Densus 88 Antiteror mengalami luka-luka akibat serangan senjata tajam saat tengah lakukan penangkapan. "Satu anggota Densus 88 mengalami luka-luka di bagian tangan akibat sabetan benda tajam dan luka di bagian belakang," jelasnya.
Sebagaimana diketahui, dua terduga teroris yang ditembak oleh tim densus 88 bernama AP dan K alias Khoir. Keduanya diketahui menjadi perakit bom untuk Robiatul Muslimin Nasution (RMN) pelaku peledakan bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.
Keduanya juga diketahui merupakan Jaringan Ansharut Daulah (JAD), yang diketahui berbiat dengan ISIS. AP dan K juga pernah mengikuti pelatihan di Gunung Sibayak.
Dedi juga mengungkapkan alasan dan motif pelaku terorisme mengincar aparat kepolisian saat menjalankan aksinya. "Kenapa demikian? pasca kejadian bom di Medan baik Sibolga maupun penyerangan kantor di Mapolda Sumut, itu semua kelompok mereka berhasil di penegakan hukum oleh aparat densus 88 dan aparat setempat. Mereka merasa terusik, mereka merasa terganggu, mereka akan lakukan balas dendam," ujar Dedi.
Oleh sebab itu, pihaknya telah menginstruksikan aparat kepolisian untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam bertugas.
"Aparat kepolisian sudah tingkatkan kewaspadaan dan densus 88 bekerjasama dengan stakeholders terkait berupaya semaksimal mungkin untuk lakukan upaya penegakan hukum maupun pendekatan soft approach guna menyadarkan kelompok atau orang yang terpapar paham radikal ekstrim," kata Dedi. (Tribun Network/adi/igm/tri/kps/wly)
46 Terduga Teroris Ditangkap:
1. Banten ada empat terduga teroris ditangkap
2. Jakarta ada tiga orang terduga teroris ditangkap
3. Jawa Tengah ada sembilan orang terduga teroris ditangkap
4. Jawa Barat ada enam orang terduga teroris ditangkap
5. Kalimantan Timur ada 1 orang terduga teroris ditangkap
Sebelumnya densus sudah menetapkan 23 orang tersangka terduga teroris diantaranya RMN bomber Polrestabes Medan, NP dan K alias Khoir yang membuat bahan peledak untuk RMN.
Salah satu tersangka yang ditangkap termasuk Y, selaku pimpinan kelompok tersebut. Kemudian, ditangkap pula istri RMN berinisial DA.
Para tersangka lain, yaitu MAI, MN, AL, AS, F, S (perempuan), DH alias Abu Said, KS alias Abu Munsir, S, S, Z, MFJ, SS, W alias Yunus, DS, IF, DS alias Hendro, dan AH.