Nyawa Melayang di Tol Usai Ikut Pilkades: Sopir Bantah Mengantuk
Kecelakaan maut melibatkan dua unit bus, yakni bus Sinar Jaya dan Bus Arimbi terjadi di KM 117 Tol
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Dalam olah TKP, polisi menggunakan teknologi perekam. Teknologi itu mensimulasikan bagaimana awal mula kejadian tersebut. "Penyebabnya karena ini butuh waktu, belum tahu pasti. Sopir masih dirawat. Nanti dimintai keterangan. Kami pakai teknologi mensimulasikan kejadian, nanti hasilnya bisa tahu seperti apa kejadiannya," ujar Hariyanto.
• Alasan Lorenzo Pensiun Dari MotoGP: Saya Mencintai Olahraga Ini, Tapi Saya Lebih Cinta Kemenangan
Sopir Bus Sinar Jaya, Sanudin (46) warga Kecamatan Lebak Siu Kabupaten Pekalongan selamat dalam peristiwa itu. Ia dirawat di IGD RSUD Ciereng, Kabupaten Subang. Pantauan Tribun, perban tampak melingkar di kepalanya serta menempel di pipi kanan. Hasil rontgen sempat ia pegang.
"Dari Jakarta saya jam 21.00 bawa 14 penumpang. Sepanjang jalan saya ambil jalur kiri. Sebelum kejadian, saya ambil kanan lalu ke jalur tengah karena kosong. Dari situ tiba-tiba bus ke tengah," ujar Sanudin.
Saat bus yang ia bawa tiba-tiba melaju ke tengah jalan, ia disadarkan teriakan penumpang. Sanudin mengaku sudah jadi sopir bus sejak 2015. Sebelum jadi sopir bus, ia sempat jadi sopir taksi dan truk.
"Penumpang di belakang teriak, pak awas nabrak sambil teriak. Dari situ saya sadar, saya banting ke kiri lalu pojokan bus nabrak bus Arimbi. Dari situ saya sempat tidak sadar," ujar Sanudin.
Ia kembali sadar setelah tabrakan tersebut. Ia mengaku kaca depan busnya pecah. "Dari situ saya sadar, kepala saya berdarah. Saya berdiri dan ngecek penumpang, saya tanya ada korban enggak, mereka jawab enggak ada korban. Saya lalu nunggu ambulans," ujarnya.
Ayah dengan satu anak ini mengaku sedih saat belakangan tahu ada korban meninggal dalam peristiwa itu. "Awalnya saya enggak tahu pak. Tapi katanya ada yang meninggal, sedih saya pak. Mau gimana, saya juga enggak mau begini," ujarnya.
Ia berulang kali membantah mengantuk saat menyetir. "Enggak ngantuk Pak, cuma memang kaya seliwir-seliwir ke mata karena tiba-tiba saja saya masuk ke tengah dan menabrak," ujar Sanudin.
Santunan
Eri Martajaya, Kepala Cabang Utama Jasa Raharja Jawa Barat menyampaikan bela sungkawa dan prihatin atas kejadian tersebut. Eri mengatakan korban terjamin Jasa Raharja dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.15 dan 16 tahun 2017, semua korban meninggal dunia, masing-masing ahli warisnya berhak menerima santunan sebesar Rp 50.000.000.
"Untuk seluruh korban luka-luka, Jasa Raharja telah menerbitkan surat jaminan biaya perawatan kepada rumah sakit di mana korban dirawat dengan biaya perawatan maksimum Rp 20.000.000 serta menyediakan manfaat tambahan biaya P3K maksimum Rp 1.000.000 dan biaya ambulans maksimum sebesar Rp 500.000 terhadap masing-masing korban luka” kata Eri.
Menindaklanjuti kejadian ini, Jasa Raharja yang telah menerima laporan langsung berkoordinasi dengan Unit Laka Polres Subang untuk mendata korban dan menerbitkan Surat Jaminan Biaya Rawat ke RSUD Ciereng Subang bagi korban luka-luka.
Bagi korban meninggal dunia, santunan akan diserahkan kepada ahli waris sesuai domisili korban. “Saat ini Jasa Raharja memiliki sistem pelayanan digital yang terintegrasi dengan kepolisian, Dukcapil, BPJS, dan rumah sakit untuk percepatan proses penyelesaian santunan,” kata Eri.
Sementara itu, General Manager Operasional PT Lintas Marga Sedaya (LMS) Suyitno Sari membantah konstruksi jalan tol yang kurang baik menjadi pemicu kecelakaan maut antara bus malam PO Sinar Jaya dengan PO Arimbi.
Suyitno mengatakan, kontur jalan Tol Cikopo bagus dengan perawatan yang dilakukan berkala dengan V/C ratio kurang dari 1. “Dari data yang kami punya 80 persen kecelakaan di Tol Cipali disebabkan sopir mengantuk. Atau bisa disimpulkan ini akibat human error,” kata Suyitno.