Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Torang Kanal

Dea Sebut Solusi Masalah Sampah di Manado Harus Diselesaikan Mulai dari Rumah Tangga

Caroline N A C Tasirin, Pengamat Lingkungan menyebutkan solusi masalah sampah di Manado harus diselesaikan mulai dari rumah tangga, Kamis (14/11/2019)

Penulis: | Editor: Maickel Karundeng
Aji Sasongko/Tribun Manado
Dea Sebut Solusi Masalah Sampah di Manado Harus Diselesaikan Mulai dari Rumah Tangga 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Caroline N A C Tasirin, Pengamat Lingkungan menyebutkan solusi masalah sampah di Manado harus diselesaikan mulai dari rumah tangga, Kamis (14/11/2019).

Sekarang, banyak sampah-sampah yang tercampur antara yang organik dan anorganik di Manado.

Sampah-sampah tersebut biasa ditemukan tergeletak begitu saja dipinggir jalan.

"Memang tidak gampang sih. Orang pasti banyak yang mengeluh karena tidak terbiasa," kata perempuan yang biasa dipanggil Dea kepada tribunmanado.co.id di Universitas Sam Ratulangi.

Lanjutnya, jika membuang sampah yang sesuai tempatnya itu sudah menjadi rutinitas, hal itu tidak akan jadi masalah.

Hanya butuh tambah satu tempat sampah lagi untuk memisahkan antara organik dan anorganik.

"Masalahnya sekarang jika sampah organik dan anorganik dicampur, dikhawatirkan sampah terkontaminasi dan tidak bisa didaur ulang lagi," tegas Dea.

Dia setuju untuk menyelesaikan masalah atau mengurangi volume sampah di suatu TPA bisa menggunakan insenerator.

"Sampah akan jauh lebih berkurang. Akan tetapi, tentunya harus ada kajian mengenai hal ini. Soalnya akan timbul masalah baru seperti emisi setelah insenerator dipakai," kata perempuan yang mengenakan kaos krem ini.

Menurutnya, program-program pemerintah bisa membantu. Akan tetapi itu semua kembali lagi ke masyarakatnya sendiri.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan menurut Dea memang sudah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat Manado.

"Pemerintah memang sudah membuat peraturan soal buang sampah sembarang, meskipun sepertinya belum sepenuhnya ditegakkan, tidak ada sanksi ketat," tutur Dea.

Banyak organisasi yang telah melakukan program-program di bidang lingkungan. Akan tetapi, Dea mengatakan kembali, masyarakat sendirilah yang perlu berubah.

Dia mengingatkan, mengubah perilaku masyarakat yang demikian akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Dea pernah mendengar, di Bitung ada program mengenai pembatasan penggunaan sampah plastik yang sekali pakai.

Seperti tidak menggunakan botol air mineral, mika pembungkus makanan, dan lain sebagainya. Jika ada yang melanggar akan ada sanksi.

"Meskipun baru diterapkan di lingkungan Pemkot, akan tetapi hal seperti ini mungkin bisa memicu masyarakat untuk sedikit demi sedikit bisa merubah kebiasaan buruknya," tutup Dea.

BERITA TERPOPULER :

 7 Pria di Dunia yang Berubah Jadi Wanita Cantik, Nomor 5 Mirip Gisella Anastasia?

 Motif Pelaku Bom Bunuh Diri di Polres Medan, Marah pada Menag, Kematian Pemimpin ISIS jadi Penyebab

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved