Heboh Suami Bunuh Istri di Langowan, Lalu Bunuh Diri, Mengapa Ada Orang Tega Habisi Keluarganya?
Pembunuhan sadis yang melibatkan keluarga tejadi di sejumlah daerah di Indonesia. Lalu mengapa ada orang yang tega menghabisi keluarganya?
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Finneke Wolajan
TRIBUNMANADO.CO.ID - Masih hangat di ingatan kita mengenai peristiwa memilukan kematian pasangan suami istri di Noongan, Langowan, Minahasa, Sulawesi Utara, Minggu (10/11/2019) pagi.
Fransien Sandra Mokalu tewas di tangan suaminya sendiri Domme Jhein Rorie.
Domme menghabisi nyawa istrinya dengan parang di rumah mereka di Noongan.
• Mama Ampuni Papa, Tangis Pilu Anak Korban Suami Bunuh Istri, Pasutri Ini Tinggalkan 3 Orang Anak

Tak lama setelah itu, Domme bunuh diri dengan cara gantung diri di perkebunan.
Pasangan suami istri ini meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil.
Si sulung perempuan duduk di bangku SMA, adiknya lelaki masih usia 2 tahun dan yang satunya masih di Sekolah Dasar.
Peristiwa ini sangat menggemparkan warga.
Semua orang tak menyangka Domme akan tega melakukan itu pada istri dan anak-anaknya.
Menurut keterangan polisi, Domme diduga membunuh sang istri karena ketahuan memiliki wanita idaman lain (WIL).
Pelaku dan korban kemudian terlibat cekcok.
Diduga pelaku kalap hingga akhirnya membunuh sang istri dengan parang.
"Kita dapat informasi dari selingkuhan pelaku, pelaku katanya sempat curhat pada selingkuhannya sebelum mengakhiri nyawanya di perkebunan," kata Kapolres Minahasa, AKBP Denny Irawan Situmorang, melalui Kasat Reskrim Polres Minahasa AKP Sugeng Wahyudi.
Menurut informasi, suami istri ini sering cekcok, karena kehadiran orang ketiga.
"Nah diduga karena orang ketiga sehingga cekcok terjadi dan berujung pada kejadian fatal ini," kata Kasat Reskrim.
Domme membunuh korban yang merupakan istri dari pelaku dengan menggunakan parang di kamar belakang rumah.
Dari belakang rumah kemudian, pelaku menyeret korban ke kamar mandi dan menghabisi nyawa korban.
"Ini termasuk pembunuhan sadis yang terjadi," kata mantan Katim Resmob Jatanras Polda Sulut.
Selain kasus ini, ada beberapa kasus pembunuhan sadis yang melibatkan keluarga.
Lalu mengapa ada orang yang tega menghabisi keluarganya?
Penyakit Mental
Dalam istilah kriminologi, kasus pembunuhan tersebut dikenal dengan istilah familicidae.
Familicide adalah peristiwa pembunuhan di mana seorang pelaku membunuh anggota keluarga.
Kriminolog juga telah membagi kasus familicide ini ke dalam beberapa istilah berikut:
- Matricide : pembunuhan seorang ibu
- Patricide: pembunuhan seorang ayah
- Siblicide: pembunuhan saudara kandung
- Fratricide: pembunuhan saudara laki-laki
- Sororisida: pembunuhan saudara perempuan
- Filisida: pembunuhan anak
- Uxoricide: pembunuhan seorang istri
- Parricide: pembunuhan orang tua
Riset yang diterbitkan dalam Howard Journal of Criminal Justice 2013 juga membuktikan, 68 persen pria yang melakukan familicide juga berakhir dengan bunuh diri.
Biasanya, mereka yang melakukan familicide berusia antara 30 hingga 39 tahun saat pembunuhan.
Sebesar 32 persen kasus familicide dilakukan dengan menusuk korban, dan 15 persen dilakukan dengan meracuni korban.
Para ahli mengatakan para pelaku familicide, baik pria maupun wanita, biasanya memiliki sejarah panjang penyakit mental, cenderung depresi atau psikotik.
Lalu, apa yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku familicidae?
Menurut peneliti ada empat faktor yang menyebabkan seseorang tega membunuh keluarganya sendiri. Berikut empat faktor tersebut:
1. Karekter superior
Orang dengan karakter superior atau mendominasi biasanya selalu menyalahkan pasangan atas permasalahan atau penderitaan yang dirasakannya.
Faktor ini biasanya menyebabkan seseorang membunuh anak-anak mereka dan membiarkan pasangannya hidup menderita karena tak bisa mencegah peristiwa tragis itu.
Biasanya, pembunuhan semacam ini terjadi ketika ada masalah di dalam keluarga, seperti akses untuk bertemu anak-anak yang sulit.
2. Kecewa
Merasa dikecewakan oleh orang-orang di sekitarnya juga bisa membuat seseorang tega membunuh keluarganya sendiri.
Kasus semacam ini biasanya terjadi jika kekecewaan yang dirasakan sang pelaku terlalu dalam hingga melukai kehormatannya.
3. Kepentingan tertentu
Mereka yang melakukan familicidae karena alasan ini biasanya menganggap keluarga adalah perpanjangan dari kesuksesan ekonomi mereka.
Jika keluarga mereka tetap ada di dalam kehidupannya, mereka yakin status ekonomi yang telah mereka bangun akan rusak.
4. Paranoid
Pelaku biasanya percaya keluarga dan terutama anak-anak mereka berada di bawah ancaman atau perlu dilindungi.
Artikel ini tayang di Kompas.com