Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Bolmong

Dulu Tinggal di Gubuk, Makan Ubi, Kisah Sukses Transmigran Bali di Mopuya

Potret kemakmuran warga transmigran Bali yang bermukim di Desa Mopuya, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUN MANADO/ARTHUR ROMPIS
Dulu Tinggal di Gubuk, Makan Ubi, Kisah Sukses Transmigran Bali di Mopuya 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Rumah mewah sekaligus tempat usaha.

Tempat pemujaan dengan arsitektur Hindu beserta taman yang asri dalam kompleks rumah.

Kendaraan roda empat dan dua berjejer di garasi yang letaknya di belakang tempat pemujaan Itulah potret kemakmuran warga transmigran Bali yang bermukim di Desa Mopuya, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), Sulawesi Utara.

Memang aroma kemakmuran sangat berasa ketika memasuki desa ini.

Di kiri kanan jalan terdapat toko - toko besar yang menjual pakaian, alat bangunan hingga ponsel.

Sawah berukuran besar dan terawat menyeruak di antara rumah penduduk.

"Kalau dompet Anda jatuh di sini, tak ada yang akan ambil," kata seorang warga kepada tribunmanado.co.id.

Kemakmuran tersebut merupakan buah perjuangan dari warga transmigran Bali.

Perjuangan mereka bak kisah perwayangan, di mana seseorang harus menahankan derita yang panjang, menanggung hinaan, demi menempuh jalan yang mulia, dan akhirnya kemenangan jadi milik yang tabah, tulus serta sabar.

Tribun berjumpa dengan Made Gunung, salah satu transmigran generasi pertama.

Ia bercerita, mereka sekeluarga bermigrasi ke Bolmong pada tahun 1974.

"Waktu itu Bali sudah sangat padat, lahan sangat sempit, hingga ayah kami memutuskan menerima tawaran bertransmigrasi," kata dia.

Sebab lain, beber dia, adalah meletusnya gunung agung di Bali.

Made yang waktu itu baru berumur 11 tahun, naik kapal bersama ayah, ibu dan lima saudaranya.

Malangnya, sang ibu wafat di kapal.

"Terpaksa jenazah ibu kami tinggalkan di Sulawesi Selatan," kata dia.

Dalam keadaan masih berduka, mereka mendarat di Inobonto.

Perjalanan menuju Dumoga memakan waktu hingga sehari.

"Kami naik truk tapi jalan waktu itu sangat sulit, banyak sungai kecil dan jembatan masih pakai batang kelapa," kata dia.

Ia bercerita, sebuah sungai harus dilewati dengan berenang.

Tiba di Mopuya, Made sekeluarga mendapati lahan yang dijanjikan masih hutan belantara.

"Masih hutan rimba, kami ditampung sementara di rumah seorang jawa yang lebih dulu bermukim di sana," kata dia.

Made menjelaskan, lahan untuk rumah maupun lahan pertanian yang diberikan pada warga sudah ditandai.

Persoalannya tak mudah mencarinya di tengah hutan belantara.

"Kami harus naik pohon yang tingginya puluhan meter untuk melihat di mana lahan kami," kata dia.

Melewati deretan pohon berdiameter hampir dua meter, menyusuri rawa, Made sekeluarga mencari lahan mereka dengan tekun.

Kadang sampai berhari hari lamanya.

Sebuah rumah gubuk pun berdiri di tengah hutan.

Namun masalah tak berhenti.

"Kini jadi masalah bagaimana kami makan, makanan tak ada, pasokan beras sering tersendat, uang pun tak ada," kata dia.

Made bercerita, sang ayah kerap berjalan kaki hingga belasan kilometer hanya untuk mengambil ubi.

Setiap hari mereka makan ubi.

"Hidup kami sangat sulit, waktu itu banyak yang ingin kembali ke Bali tapi tak sanggup karena tak punya uang, kami berpikir entah sampai kapan hidup seperti ini," kata dia.

Made memulai usaha pertaniannya dengan menanam kedelai.

Kemudian jagung.

Tahun 1990, mulailah ia menanam padi sawah.

Ekonomi keluarga pun terkatrol.

Kini ia punya sebuah rumah yang besar, tempat usaha, mobil serta tempat pemujaan keluarga di dalam halaman rumah.

Ia membeber, kerja keras adalah kuncinya.

"Kami datang di sini hanya fokus bekerja, tak ada hal lain yang dipikirkan, hanya bekerja dan fokus, ulet, hemat dan pantang menyerah, itulah kuncinya," kata dia.

Ia mengaku sudah betah di Bolmong.

Tanah Bali hanya enam kali diinjaknya setelah ia bermukim di Bolmong.

(Tribunmanado.co.id/Arthur Rompis)

BERITA TERPOPULER :

 Ngeri, Warga Kaget Lihat Kepala Terpisah dari Tubuh Setelah Duel Maut Antara Paman dan Ponakan

 VIDEO Detik-detik Pendeta Meninggal Saat Khotbah: Apa yang Kita Lakukan di Bumi Tercatat di Sana

 Perbedaan Prabowo dan Menhan Pendahulunya saat Tangani Anggaran Pertahanan RI, Terbuka Tertutup

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved