Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Resensi Film

Maleficent: Mistress of Evil dan Pertarungan Antar-Kelas yang Membosankan dalam Film

Setelah sukses dengan live action Maleficent pada tahun 2014 kini Disney kembali membuat sekuelnya, Maleficent: Mistress of Evil

Penulis: Isvara Savitri | Editor: David_Kusuma
Tribun Manado / Isvara Savitri
Poster Fillm Maleficent: Mistress of Evil di Cinemaxx Lippo Mall Kairagi, Minggu (10/11/2019). 

Maleficent: Mistress of Evil dan Pertarungan Antar-Kelas yang Membosankan dalam Film

TRIBUNMANADO.CO.ID - Upaya Disney berjualan nostalgia rupanya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

Setelah sukses dengan live action Maleficent pada tahun 2014 kini Disney kembali membuat sekuelnya, Maleficent: Mistress of Evil.

Jika live action yang pertama menceritakan tentang asal-usul putri tidur dan si peri jahat Maleficent, sekuelnya kini lebih mengembangkan hubungan unik Aurora (Elle Fanning) dengan Maleficent (Angelina Jolie) dan berbagai konflik kepentingan yang terlibat di dalamnya.

Berawal dari kabar pernikahan yang akan segera terjadi antara Aurora dan Pangeran Phillip (Harris Dickinson) sempat membuat Maleficent kebakaran jenggot.

Cinta Laura Jadi Maleficent, Lihat Kemiripannya dengan Angelina Jolie!

Pasalnya, ia tidak terima Aurora yang merupakan putri angkatnya menikah dengan manusia karena kaum peri tidak memiliki hubungan yang baik dengan mereka.

Namun pada akhirnya cinta Aurora kepada Pangeran Phillip mampu meyakinkan Maleficent.

Dari pihak istana pun berusaha menunjukkan itikad baik, bahwa manusia mampu menerima kaum peri dengan turut mengundang Maleficent makan malam di Istana Kerajaan Ulstead yang menjadi pertemuan penting antar-keluarga dan awal mula segala konflik peri dan manusia yang kembali pecah.

Penggambaran kaum peri sebagai liyan dalam Maleficent: Mistress of Evil menunjukkan perbedaan kelas yang cukup kentara.

7 FAKTA Suami Bunuh Istri di Noongan, Pelaku Gantung Diri hingga Terungkap Apa Motifnya

KRONOLOGI dan Fakta Suami Gantung Diri Usai Bunuh Istri, Cekcok Usai Dengar Curhat Selingkuhan

BREAKING NEWS - Polisi Lakukan Olah Tempat Kejadia Perkara Pembunuhan, Pelaku Diburu Buser ‎

Peri-peri tersebut digambarkan sebagai makhluk-makhluk menyerupai manusia namun memiliki sifat kebinatangan yang bagi M Keith Booker dalam bukunya berjudul Monsters, Mushroom Clouds, and the Cold War: American Science Fiction and the Roots of Postmodernism (2001) hal tersebut sering digunakan oleh Hollywood untuk merendahkan dan meliyankan kaum-kaum di luar komunitas mereka.

Ditambah para peri hidup di bawah tanah dan di dalam hutan yang mana sangat berada jauh dari kehidupan layak manusia.

Maleficent sendiri digambarkan tidak benar-benar diterima oleh kaum manusia.

Hal tersebut ditunjukkan dengan adegan Maleficent, Aurora dan Diaval (Sam Raley) melewati pemukiman warga saat ke istana dan para manusia itu lari berhamburan menghindari mereka.

Berikut 8 Film Perjuangan yang Bisa Kamu Tonton pada Peringatan Hari Pahlawan Nasional

Sosok Maleficent dipandang sebagai makhluk yang menjijikkan dan pembawa malapetaka seperti binatang.

Adegan Pertarungan Antar Kelas yang Itu-itu Saja

Setelah perjamuan makan malam di Istana Ulstead yang berubah menjadi malapetaka dengan terkutuknya Raja John (Robert Lindsay), pertempuran dimulai.

Seperti film Hollywood pada umumnya, Disney tidak memberikan kesegaran baru dalam pertempuran antar-kelas ini.

Lagi-lagi perang diawali dengan kejatuhan rakyat kecil ke tangan para penguasa.

Hal tersebut ditunjukkan dalam adegan Maleficent yang terjatuh karena ditembak besi oleh pihak istana diselamatkan dalam keadaan tak berdaya oleh peri kegelapan yang kemudian dibawa ke markas.

2 Pendaki Gunung Klabat Ini Sakit dan Kelelahan, Begini Cara Basarnas Mengevakuasi

Di sana ia mengumpulkan cukup tenaga dan semangat untuk membantu meloloskan teman-teman peri lainnya yang terjebak dalam istana, ketika pernikahan Pangeran Phillip dan Aurora akan digelar.

Ratu Ingrith (Michelle Pfeiffer) yang menginisiasi perang ini sengaja menjebak para peri di dalam gereja agar bisa dimusnahkan, sehingga para penguasa yang digambarkan dengan manusia bisa hidup bebas tanpa gangguan para peri sebagai rakyat kecil.

Di akhir film sebagaimana biasanya film Hollywood terutama Disney, pertempuran seolah berakhir damai bagi kedua belah pihak.

Pendiri Nasdem Gelar Konferensi Pers Mengkritik, Bendahara Nasdem Datang Menggeruduk

Tetapi sutradara tampak tidak begitu mengapresiasi keberhasilan Maleficent yang memiliki peran besar dalam perang tersebut.

Malah cerita ini di akhir menyorot keberhasilan Pangeran Phillip dan Aurora yang sejatinya tidak melakukan apapun kecuali mengikat janji di pernikahan demi berdamainya kedua kerajaan, yakni Kerajaan Ulstead dan Moors.

Kurang matangnya konflik dalam film ini membuatnya tampak sama saja seperti film Hollywood pada umumnya: menawarkan win-win solution bagi konflik antar-kelas yang sejatinya tidak pernah ada.

Promo Menarik untuk Peringati Hari Pahlawan 2019, Cek Tanggalnya

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved