Hari Pahlawan
Kisah Pejuang Veteran Asal Minut Saksi Hidup Peristiwa 14 Februari, Bikin Preman Kampung Ketakutan
Seorang pria bertato memasuki sebuah tempat tambal ban di pertigaan Desa Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulut.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang pria bertato memasuki sebuah tempat tambal ban di pertigaan Desa Sukur, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Provinsi Sulawesi Utara.
Lagaknya congkak.
Ia memaksa pria tua, pemilik tampal ban, segera memperbaiki motornya.
Tak ditanya pria tua itu menghardiknya.
Bahkan kemudian mengusirnya.
Kegagahan pria tua itu membuat sang pemuda mendadak sopan.
"Sorry om," kata pemuda itu sambil menyatukan kedua lengan di dada.
Andai saja si pemuda tersebut tahu siapa si pria tua, niscaya akan bergidik.
Pria tua itu adalah Henk Mengko Mekel, veteran perang perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Pria berumur 87 tahun ini sudah makan asam garam peperangan di sejumlah palagan, satu diantaranya peperangan melawan RMS. Dia menjadi salah satu saksi mata tewasnya Slamet Riyadi dalam pertempuran merebut benteng Victoria.
Dia adalah salah satu komandan dalam Batalyon Worang yang bersejarah itu. Dasar dasar berperang diperolehnya selama menjadi anggota Heiho, kesatuan angkatan bersenjata Jepang yang dikenal tangguh dalam medan perang rimba raya.
"Saya sudah biasa dengan desing peluru, anak muda," kata dia.
Kepada Tribun Manado, Henk menuturkan kisah perjuangannya. Dimulai saat menjadi anggota Heiho pada medio 1942.
"Jepang mendarat di Kema pada 11 Januari 1942, beberapa diantara kami pemuda Desa Sukur masuk Heiho," kata dia.
Henk menceritakan, latihan Heiho sangat disiplin. Ia mencontohkan, untuk mandi hanya diberi waktu lima menit.