Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tokyo Motor Show 2019

Dari TMS 2019, Tengok Hino Auto Plaza, Ketemu Hino Renault, Contessa dan Para Seniornya

Anda dapat melihat langsung berbagai jenis sedan, truk, dan bus Hino dari yang lawas sampai baru di Museum Hino atau Hino Auto Plaza.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Sigit Sugiharto
Tribun Manado
Langka - Bus B15 tahun pembuatan 1966 ini masih tersimpan di galeri utama Hino Auto Plaza, 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Jarum jam menunjuk pukul 10.00 Wita saat kami menginjakkan kaki di Museum Hino atau Hino Auto Plaza, Jumat (25/10/2019).

Museum dua lantai itu terletak di kawasan Minamino, Hachioji City, sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Tokyo atau sekitar 1 jam 24 menit perjalanan naik mobil.

Suhu udara di luar sekitar 16 derajat celcius. Hujan rintik dan angin sedikit kencang membuat hawa dingin langsung menusuk kulit hingga menembus tulang.

"Mari silakan masuk," ujar Mr Fukasu Yoshiaki, karyawan senior Hino Motors yang bertugas mendampingi kami bersama rombongan PT Hino Motor Sales Indonesia.

Di tengah-tengah kami ada Mr Hiroyasu Seto, Manager Sales Support Group Indonesia Operations Support Division.

Briefing - Sebelum memasuki Museum Hino, Mr Fukasu Yoshiaki memberkan penjelasan singkat kepada para tamu tentang apa yang boieh dan tak boleh dilakukan dalam museum.
Briefing - Sebelum memasuki Museum Hino, Mr Fukasu Yoshiaki memberkan penjelasan singkat kepada para tamu tentang apa yang boieh dan tak boleh dilakukan dalam museum. (Tribun Manado)

Mr Seto adalah satu dari beberapa petinggi Hino Motors Ltd yang menyambut gembira kedatangan kami.

Kami berada di Jepang atas undangan PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) untuk menghadiri Tokyo Motor Show (TMS) 2019 yang digelar di Tokyo Big Sight dari 24 Oktober hingga 4 November.

Di sela even bergengsi yang diikuti sekitar 187 perusahaan otomotif dari 15 negara inilah kami menyempatkan diri mengunjungi Museum Hino.

Setelah menaruh tas dan perbekalan di loker, kami diajak Mr Fukazu Yoshiaki ke pelataran museum.

Nah, di pelataran atau outdoor exhibit itu ada terpajang beberapa armada legendaris Hino.

Yang paling kanan adalah Hino Ranger, truk paling tangguh yang sering disebut sebagai "little monster".

Jagoan Hino Motors - Inilah Hino Ranger yang dijuluki
Jagoan Hino Motors - Inilah Hino Ranger yang dijuluki "little monster" karena sudah 10 kali menoreh prestasi juara dalam Dakar Rally ini. Hino500 Series yang tangguh ini banyak beredar di Indonesia. (Tribun Manado)

Disebut monster cilik karena truk kelas medium heavy duty ini memang tak mau menyerah saat berlaga dengan truk-truk garang di ganasnya medan Dakar Rally.

Sejak 1991, Hino500 Series ini telah 10 kali menoreh prestasi gemilang dalam Dakar Rally di kelas di bawah 10 liter.

Prestasi terakhir diraih pada Dakar Rally 6-17 Januari 2019 di Peru.

Hino Ranger banyak beredar di Indonesia.

Yang dipajang di museum ini adalah kembaran dari yang dipamerkan di Tokyo Motor Show 2019 di Tokyo Big Sight.

Di TMS sana, truk yang jadi kebanggaan Hino Motors ini nyaris tak pernah sepi pengunjung.

Selalu ada saja yang menggunakannya sebagai background foto bersama maupun swafoto.

Tapi, ada juga visitor yang mencoba naik ke ruang kemudi untuk dapat membayangkan bagaimana rasanya jadi peserta Dakar Rally.

Mungkin dia membayangkan dirinya sebagai Yoshimasa Sugawara atau Teruhito Sugawara yang tengah berjuang habis-habisan menggilas jalan terjal berpasir dan berdebu sejauh 5.598 kilometer.

Inilah Hino TE11 buatan 1959 yang dipajang di Hino Auto Plaza.
Inilah Hino TE11 buatan 1959 yang dipajang di Hino Auto Plaza. (Tribun Manado)

Tak seperti di museum lainnya, di sini pengunjung bebas menyentuh dan bahkan menaiki ruang kemudi atau tempat duduk penumpang. Asyik banget.

Berjajar dengan Hino Ranger yang perkasa, ada Hino TE11 buatan 1959. Truk dengan model bonet (mesin di moncong depan) ini dipasarkan bersamaan dengan tipe TH yang merajai pasar Jepang dan Asia kala itu.

Daya angkut truk dengan panjang 7,785 mm, lebar 2,380 mm, tinggi 2,500, berat 5,050 kg, ini 6,5 ton, sama dengan TE10. Namun, mesinnya lebih powerful karena menggunakan tipe DS70.

Saat itu, truk yang banyak dipakai untuk angkutan hasil-hasil pertanian dan peternakan ini dipasarkan bersama kakaknya, tipe TH pada tahun yang sama.

Di dekat truk moncong panjang itu ada TE120, truk pemadam kebakaran generasi kedua yang kelak berubah bentuk pada 1971.

Dari 1974 sampai 1997, truk tangga ini dipakai sebagai armada utama pemadam kebakaran di Kota Okinawa, Jepang.

Paling kiri ada Bus HIMR buatan 1991. Inilah untuk pertama kalinya di dunia, bus menggunakan mesin hybrid (mesin diesel dan listrik) dan ternyata Hino Motors pelopornya.

Saat itu, teknologi hybrid ini memang harus dibuat seiring dengan tuntutan global mengurangi penggunaan BBM sejak 1971.

Uji coba bus HIMR hybrid dengan mesin tipe M10U (diesel dan listrik) itu dilakukan sampai 1994 untuk angkutan umum dan baru setelah itu mesin ini resmi diluncurkan ke pasar.

Hybrid  - Hino HIMR inilah cikal bakal teknologi hybrid yang dikembangkan Hino di tahun-tahun selanjutnya.
Hybrid - Hino HIMR inilah cikal bakal teknologi hybrid yang dikembangkan Hino di tahun-tahun selanjutnya. (Tribun Manado)

Bus HIMR itu berukuran panjang 10,68 m, lebar 2,49 m, tinggi 3,065 m, berat 10,230 m, dan tempat duduk 69.

Yang dipajang di museum itu adalah bus HIMR "Watasuge" yang sudah dikandangkan di garasi Nikko.

Mengamati kendaraan-kendaraan lawas serta mencoba masuk ke dalamnya, serasa mencoba menyelami masa-masa yang kemungkinan dialami ayah ibu kita.

"Ini kendaraan sudah ada saat saya belum terbit," ujar Dzikry Subhanie sembari duduk di kursi bus HIMR.

Beberapa kali, reporter senior ini selfie di depan, di samping, dan di dalam bus. Gayanya juga berubah-ubah, mulai membungkuk, kepala mendongak, sampai mata melirik ke kiri dan ke kanan.

Udara hangat mulai terasa saat Mr Fukasu Yoshiaki mengajak kami memasuki museum.

Di ruang tamu terpajang truk paling lawas TGE buatan 1917.  

Truk Perdana Hino - Inilah truk pertama yang diproduksi secara massal oleh pendahulu Hino Motors Ltd, yakni Tokyo Gas Electric Engineering Company (TGE).
Truk Perdana Hino - Inilah truk pertama yang diproduksi secara massal oleh pendahulu Hino Motors Ltd, yakni Tokyo Gas Electric Engineering Company (TGE). (Tribun Manado)

TGE 1917 inilah truk pertama yang dibuat dan diproduksi secara massal oleh nenek moyang Hino Motors Ltd, yakni Tokyo Gas Electric Engineering Company (TGE) di Jepang.

Bentuk dan model truk yang banyak digunakan di sektor pertanian dan peternakan ini tampak seperti yang sering dipakai sebagai alat angkut di film film lawas.

Ukurannya, panjang 5,100 mm, lebar 1.780 mm, tinggi 2.365 mm, berat 2.000 kg, muatan 2.000 kg, mesin 4 silinder berpendingin air.

Sumbu roda terbuat dari kayu yang dikencangkan dengan besi.

Begitu pula bak dan beberapa bagian bodi truk. "Ini terbuat dari kayu teak (teak wood)," ujar Mr Fukasu Yoshiaki.

Ban luar masih berupa bantalan karet seperti pada roda pedati. Sementara kepala truk terbuat dari kain kanvas yang dibentuk seperti atap becak.

"Belum ada electric starter, sehingga untuk menghidupkan mesin truk ini masih menggunakan besi pemutar atau engkol," tambahnya.

Pada 2008, truk ini diregister ke dalam "Modern Industrial Heritage" di Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang.

Dari yang Lawas sampai Termodern - Di galeri utama, pengunjung dapat melihat mobil, truk, dan bus Hino dari yang lawas sampai yang terkini.
Dari yang Lawas sampai Termodern - Di galeri utama, pengunjung dapat melihat mobil, truk, dan bus Hino dari yang lawas sampai yang terkini. (Tribun Manado)

Bangunan utama Museum Hino terdiri dari dua lantai. Di lantai pertama, selain ada pajangan outdoor, juga ada galeri utama (main gallery) dan pajangan mesin-mesin kendaraan buatan Hino dari tahun ke tahun.

Di galeri utama ada aula yang berbentuk lingkaran. Di sini pengunjung dapat melihat dan menyentuh langsung kendaraan buatan Hino dari yang lawas sampai terkini.

Ada bus tipe BH10 buatan 1950. Tak seperti trailer yang mendahuluinya, bus ini punya peran penting dalam transportasi massal pada tahun 1950-an.

Kapasitas bus berukuran 9,40 m x 2,44 m dan 2,76 m ini memang tak banyak, hanya 63 penumpang.

Namun, penampilan bus 7.000 cc bertenaga 80 kW (110 ps)/2.200 rpm dan bermesin diesel DS10 ini tampak kokoh.

Cat putih yang membalut bodi yang dipadu dengan merah pada atap, moncong, dan slebor membuat armada ini terlihat semakin garang.

Di main galeri, pengunjung dapat melihat pajangan sedan Hino Renault 4CV (1953), Contessa 900 (1961), Contessa 900 Sprint (1962), Contessa 1300 Coupe (1965), mobil roda tiga Hustler (1961), dan Hino Commerce Model (1960) yang mirip VW Combi Jerman.

Tak hanya itu mesin-mesin seperti DS11 (1952), EF100 (1971), EP100 (1981), NO4C hybrid, JO8C (1995), AO9C (2017), DS120 (1963), P11C (1992) dapat dilihat detailnya.

Termasuk juga kendaraan listrik konsep eZ Cargo (yang dipajang pada Tokyo Motor Show 2011), Poncho Mini (TMS 2013), dan Light Duty EV Platform (TMS 2013).

Miniatur Produk Hino - Di lantai dua museum terpajang miniatur berbagai jenis kendaraan produk Hino dari tahun ke tahun.
Miniatur Produk Hino - Di lantai dua museum terpajang miniatur berbagai jenis kendaraan produk Hino dari tahun ke tahun. (Tribun Manado)

Di lantai 2, ada miniatur truk dan bus Hino yang dipajang pada rak susun terbuat dari kaca.

Selain itu, ada juga diorama miniatur kendaraan yang seolah sedang bekerja yang dibuat bersama pabrik mainan Tomica Town.

Model kendaraan bersejarah Hino juga ada, dibuat dengan skala 1:10.

Sementara di dinding setengah lingkaran di lantai 2 ada gambar, teks, dan foto berisi sejarah Hino Motors, mulai dari TGE, era Toyota, sampai Hino Motors.

Sejarah Hino, selain dipresentasikan dalam bentuk teks dan foto juga film.

Pengunjung yang ingin melihat sejarah Hino dari layar lebar juga boleh.

Masih di lantai dua museum, ada dua ruangan yang juga tak kalah menarik untuk dinikmati.

Satu ruangan berisi pajangan mesin-mesin pesawat buatan Hino dan satunya lagi Enginner's Gallery yang memajang foto dan teks terkait karya para insinyur yang sangat berjasa bagi pengembangan teknologi Hino, yakni Isamu Hoshiko dan Takashi Suzuki.

Dari ruang mesin pesawat, orang akan kaget, ternyata Hino pernah juga menjadi pabrik pesawat yang banyak digunakan dalam perang dunia II. 

Sedangkan dari engineer gallery, pengunjung akan menyadari bahwa pabrik-pabrik mobil raksasa seperti Hino ternyata juga butuh insinyur-insinyur hebat yang bisa melahirkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan.

Berlama-lama di Museum Hino ini terasa meniti sejarah yang panjang, dari ketika orang masih menggunakan mobil, bus, atau truk dengan teknologi sederhana sampai kepada kendaraan-kendaraan yang dirancang dengan mesin hybrid hingga listrik di masa depan.

Hino Renault 4CV 1953 ini pada zamannya sering dipakai sebagai taksi.
Hino Renault 4CV 1953 ini pada zamannya sering dipakai sebagai taksi. (Tribun Manado)

Menurut Mr Fukasu Yoshiaki, museum yang digawanginya tak pernah sepi pengunjung, apalagi ketika musim libur sekolah. Anak-anak sekolah banyak belajar dari museum ini.

"Seperti sekarang saja, Anda kan harus antre bergiliran dengan para pengunjung lain," ungkap pria berusia 70 tahun ini.

Sementara Mr Hiroyasu Seto yang mendampingi kunjungan kami menyatakan Hino Auto Plaza adalah sarana yang baik bagi para pelajar dan masyarakat Jepang khususnya untuk mengenal Hino yang lahir dari dan untuk mereka.

Hino Auto Plaza dibuka gratis untuk umum setiap Senin hingga Jumat pada hari kerja, dari pukul 10:00-16:00.

Pengunjung terakhir diperbolehkan masuk 60 menit sebelum tutup. Museum ini tutup pada hari Minggu, liburan Tahun Baru, Sabtu tanggal ganjil, dan pada musim panas.

Pihak museum juga menyediakan kamar kecil, fasilitas makan malam, ruang merokok, pintu parkir otomatis, tangga untuk kursi roda, toilet multiguna, fasilitas ganti popok, dan sewa kursi roda.

Selain museum di kompleks Hino Auto Plaza ada juga tempat pelatihan atau training.

Di gedung training berlantai lima ini banyak karyawan Hino dari luar negeri dididik menjadi karyawan yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved