Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

News

Putra Kawanua OH Pantouw yang Punya Andil Besar Pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Putra kawanua punya andil besar dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Frandi Piring
Istimewa
Mengenal OH Pantouw, Wartawan Kawanua yang Berperan Dalam Sumpah Pemuda 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Putra kawanua punya andil besar dalam peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Hal itu diutarakan Ben Wowor, sejarawan Sulut kepada Tribun Manado beberapa tahun lalu.

"Putra kawanua bernama OH Pantouw punya peranan besar," kata dia.

Inilah 13 Tokoh Pemuda Pencetus Kongres 28 Oktober 1928 Hari Sumpah Pemuda, Begini Makna Teks-nya

Sebut dia, Pantouw yang akrab dipanggil Ingka adalah wartawan.

Pantouw dalam kongres pemuda 2 tanggal 28 Oktober 1928 membawakan satu dari tiga makalah yaitu satu bahasa ialah bahasa indonesia.

Dasar pemikiran Pantouw adalah sejumlah negara barat yang memakai beberapa bahasa.

"Dari situ muncul pemikiran jika bangsa Indonesia memakai satu bahasa, itulah jalan terpendek untuk pembebasan," kata dia.

Pemikiran Ingka tersebut diakomodasi ke dalam salah satu butir sumpah pemuda.

"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia," 

Sumpah Pemuda menjadi rekaman tersendiri bagi perjalanan bibit-bibit nasionalisme dan persatuan bangsa ini.

Lantas bagaimana kronologi atau sejarah Sumpah Pemuda yang merupakan hasil putusan Kongres Pemuda Indonesia II (1928) dapat terjadi?

Berlangsungnya kongres pemuda itu sendiri pastinya tak lepas dari rentetan kejadian-kejadian sebelumnya.

Paling tidak pada 20 Mei 1908 sudah dicetuskan sebuah pergerakan nasional bernama Budi Utomo.

Kemudian pemikiran integrasi nasional ini juga menggelinding lewat terbentuknya organisasi pergerakan yang lain.

Nasionalisme Indonesia juga berkembang lewat sebuah kelompok mahasiswa yang belajar di negeri Belanda.

Negeri yang saat itu justru menjadi penjajah.

Lewat majalah bernama Indonesia Merdeka, perhimpunan itu menyatakan pikiran tentang perubahan nasib bangsa Indonesia.

SIFAT KEDAERAHAN

Dua organisasi yang baru muncul dan langsung memasuki gelanggang politik adalah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPI) dan Jong Indonesia.

Kedua organisasi ini mempunyai peranan yang cukup banyak dalam mencetuskan Sumpah Pemuda kelak.

Sejumlah organisasi pemuda yang ada pun makin deras untuk mengarus ke arah persatuan.

Maklum, saat itu yang tumbuh adalah organisasi kepemudaan yang bersifat kedaerahan.

Para pelajar atau pemuda yang belajar di Jawa terwadahi oleh organisasi yang beraneka ragam.

Sebutlah seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong WVinahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, dan JongTimoreesch Verbond.

Bukan hanya itu. Ada juga klab studi, seperti Indonesisch Studieclub, Algemeene Studieclub.

Ada pula perkumpulan yang berdasarkan agama atau ideologi, misalnya Jong Islamieten Bond, dan Pergerakan Pemuda berdasarkan Nasional Indonesia.

Gagasan fusi (peleburan) dari beragam organisasi itulah yang kemudian melahirkan "Kerapatan Besar" pemuda yang lebih kita kenal sebagai Kongres Pemuda I.

Tujuan kongres yang dipimpin oleh Mohammad Tabrani (dari Jong Java) itu antara lain adalah membina pernumpulan pemuda yang tunggal.

Maksudnya, dari sanalah akan dimajukan faham persatuan dan kebangsaan.

Gila juga. Mengapa? Usia mereka kala itu 21-30 tahun.

Sehingga, predikat mereka memanglah benar-benar pemuda asli.

Kongres tersebut berisikan dan menyuarakan cita-cita persatuan Indonesia, tapi perumusannya belum jelas.

Kemudian pada 23 April 1927, sejumlah Jong berkumpul untuk membahas kembali.

Di sana berhasil dirumuskan dasar-dasar pikiran yang sama.

Antara lain ialah bahwa citacita Indonesia Merdeka harus menjadi cita-cita semua putra Indonesia.

Pikiran-pikiran itu mengkristal, hingga muncul keinginan yang sama untuk membuat kongres pemuda yang kedua.

Susunan panitia kongres pun dibentuk.

Pagi di Oost Java Bioscoop, Koningsplein Noord (Medan Merdeka Utara 14, sudah dibongkar).

Momen Kecil Bermakna Sebelum Teks Sumpah Pemuda 1928 Dibacakan (Majalah Hai edisi 1992) 

Sementara malam hari digelar di Indonesische Clubgebouw.

Yang hadir dalam kongres kedua kali ini memang lebih banyak, sekitar 750 orang.

Adalah Sugondo Djojopuspito yang akhirnya membacakan rumusan keputusan kongres.

Suratkabar Pemoeda Soematra kemudian menyebar luaskan secara lengkap hasilnya.

Di tiap peringatan Hari Sumpah Pemuda, ikrar (demikianlah sebetulnya ia disebut) hingga berubah menjadi 'sumpah' itu berkumandang kembali.

Berikut teks Sumpah Pemuda 1928:

"Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah yang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa yang satoe, Bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia."

Begitulah sejarah sumpah pemuda terjadi, sehingga setiap tanggal 28 Oktober kita sebagai bangsa Indonesia harus memperingati tanpa melupakan sejarahnya. 

Fakta Yang Terjadi Tanggal 28 Oktober 1928

Di balik perjuangan para pemuda pemudi saat itu, terdapat beberapa fakta unik seputar Hari Sumpah Pemuda yang patut kamu ketahui.

1. Diikuti sekitar 700 peserta dari berbagai suku di Indonesia

Dilansir dari Kompas.com, Kongres Pemuda II yang menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda diikuti oleh peserta yang jumlahnya mencapai 700 orang dari berbagai suku di Indonesia.

Para peserta Kongres Pemuda II berasal dari berbagai organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, di antaranya Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), dan Pemuda Kaum Betawi.

Namun dari sekian banyak peserta, tercatat hanya ada 6 pemudi yang ikut serta dalam peristiwa bersejarah ini.

Dilansir Grid.ID dari Bobo.grid.id, mereka di antaranya Dien Patow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, Poernamawoelan, dan Siti Sundari.

Awalnya tak disebut sebagai Sumpah Pemuda

Dilansir dari laman Tribun Manado, ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II dirumuskan oleh Mohammad Yamin.

Pada kongres tersebut, Yamin bertugas sebagai sekretaris sekaligus perumus tunggal dari naskah Sumpah Pemuda.

Akan tetapi pada waktu itu, baik peristiwa maupun rumusan ikrar tersebut tak memiliki sebutan atau judul tertentu seperti yang kita kenal sekarang.

Penyebutan istilah Sumpah Pemuda baru diberlakukan resmi sejak tahun 1959 dengan dikeluarkannya Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 yang menetapkan Hari Sumpah Pemuda sebagai Hari Nasional.

 3. Lagu Indonesia Raya diperdengarkan tanpa syair

Lagu kebangsaan Indonesia Raya memiliki kaitan erat dengan peristiwa Sumpah Pemuda karena pada hari itu lagu ini diperdengarkan untuk pertama kalinya di hadapan para peserta Kongres Pemuda II.

Lagu ini diciptakan dan dibawakan oleh Wage Rudolf Supratman atau yang dikenal sebagai WR Supratman.

Mengingat Kongres Pemuda II mendapat pengawasan ketat dari polisi Belanda, lagu ini akhirnya hanya dimainkan dengan instrumen biola tanpa menggunakan syair.

4. Para peserta Kongres Pemuda II justru masih menggunakan bahasa Belanda

Dalam rumusan Sumpah Pemuda terdapat pernyataan untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Akan tetapi, selama berlangsungnya Kongres Pemuda II ternyata penggunaan bahasa Belanda masih mendominasi.

Misalnya, Siti Soendari yang turut menyampaikan pidatonya dalam kongres tersebut dalam bahasa Belanda.

Tak hanya pembicara, para notulen rapat pun diketahui menulis catatan menggunakan bahasa Belanda.

Meskipun demikian, ada pula yang mahir berbahasa Melayu, yakni sang perumus ikrar Sumpah Pemuda, Mohammad Yamin.

5. Dijaga ketat polisi Belanda dan peserta dilarang mengucap kata merdeka

Kongres Pemuda II memang berhasil digelar, namun bukan berarti penyelenggaraannya tak mendapat halangan dari penjajah Belanda yang menguasai Indonesia pada masa itu.

Dilansir laman Bobo.grid.id, acara Kongres Pemuda II ternyata berlangsung dengan penjagaan ketat dari para polisi Belanda.

Tak hanya itu, para pemuda dilarang keras untuk mengucapkan kata merdeka.

Meskipun begitu, para pemuda sangat cerdik untuk menyiasati keterbatasan tersebut.

Buktinya, mereka mampu menyusun ikrar Sumpah Pemuda untuk menyatukan bangsa Indonesia tanpa perlu menyebut kata merdeka di dalamnya.

Fakta-fakta tersebut menjadi bukti besarnya pengorbanan para pemuda dan pemudi Indonesia pada masa itu agar dapat mengikrarkan Sumpah Pemuda.

Oleh karenanya, kita sebagai generasi muda tak menganggap sepele peringatan Hari Sumpah Pemuda dan hendaknya menjadikan momen ini sebagai motivasi untuk terus berkarya bagi negara ini. (art)

BERITA TERPOPULER :

 TEKS Sumpah Pemuda dan 13 Tokoh Penting Atas Terciptanya Momen Bersejarah Pada 28 Oktober 1928

 Keluarga Ketua KPK Diteror: Kasus Buku Merah Akan Dilanjutkan

 Anak SD Ini Namanya Cuma Satu Huruf, Sang Ayah Bilang Punya Makna Filosofis

TONTON JUGA :

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved