Tarkam Dumoga
Anak-Anak Trauma dan Tak Sekolah, Stop Tarkam di Dumoga
Tarkam membuat suasana tak aman. Semua memilih tinggal di kampung. Selain takut, warga menetap juga karena alasan mobilisasi umum.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Maickel Karundeng
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sekolah serasa sebuah tempat nun jauh disana dan tak terjangkau lagi.
Itulah perasaan Ani, siswa asal Desa Toruakat, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow.
Sejatinya tak demikian karena sekolahnya dekat.
Semua itu karena tarkam.
Desanya terlibat tarkam dengan desa Pusian yang bertetangga sejak Jumat lalu.
Tarkam membuat suasana tak aman. Semua memilih tinggal di kampung.
Selain takut, warga menetap juga karena alasan mobilisasi umum.
Takut diserang sewaktu waktu, para pria berjaga, sedang para wanita menyiapkan makanan.
Adapun sejumlah wanita dan lansia pilih mengungsi.
Dalam suasana inilah Ani dan ratusan anak sekolah lainnya terjebak.
Keinginan untuk sekolah harus dipendam dulu karena situasi kampung sedang genting. "Saya ingin secepatnya sekolah," kata Ani.
Salah satu orang tua mengatakan, anaknya didera trauma karena situasi yang mencekam.
Anaknya trauma mendengar suara sirene ambulans dan teriakan parau.
"Di luar massa membawa sajam dan polisi pegang senjata, ini semua harus dihentikan," kata dia.
Kapolres Kotamobagu AKBP Gani Siahaan melalui Kasubag Humas AKP Rusmin Zima mengatakan pihaknya masih berjaga di sejumlah titik rawan.