Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tak Ada Lagi Bunyi Bip Pajer, Gadget Dambaan 'Anak Zaman Old' Itu Benar-benar Berakhir

di Jepang, pajer masih ada penggunanya hingga akhirnya betul-betul alat komunikasi itu mati, Selasa (30/9/2019).

Penulis: | Editor:
silicon.co.uk
ilustrasi pajer. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Tidit, tidit, pajerku berbunnyi/ Tidit, tidit, begitu bunyinya//

Bagi penggemar musik hiphop tahun 90-an tentu akrab dengan lagu berjudul 'Tididit' dari grup Sweetmartabak.

Lagu tersebut tentang alat komunikasi pajer (pager) yang bisa dibilang 'hype' pada masa itu.

Pajer menjadi gadget dambaan bagi anak-anak muda di 'zaman old'. Bukan sekadar alat komunikasi, tapi penanda sosial.

Namun kemudian tergeser telepon genggam alias telepon seluler, hingga akhirnya tak ada lagi yang menggunakannya.

Ternyata, di Jepang, pajer masih ada penggunanya hingga akhirnya betul-betul alat komunikasi itu mati, Selasa (30/9/2019).

Bunyi 'bip' dari pajer tak akan terdengar lagi.

Dikutip dari BBC, perusahaan penyedia pajer terakhir negara itu, Tokyo Telemessage, menutup layanannya pada Selasa.

Saat ini, pelangganya hanya tersisa 1.500 orang. Sebagian besar dari mereka adalah petugas kesehatan.

Pelanggan terakhirnya Ken Fujikura. Ia menggunakan pajer karena itu adalah cara yang disukai ibunya yang berusia 80 tahun untuk menghubunginya.

"Karena hanya ibu saya yang tahu nomor pager, saya tahu (pemberitahuan pager itu) dari ibu saya," kata Fujikura.

Berakhirtnya layanan itu memantik sejumlah orang untuk menggelar peenghormatan di dekat stasiun kereta api di Tokyo.

Orang-orang meletakkan bunga dan memberi penghormatan terakhir pada bel saku ini.

Ada juga foto pager menampilkan pesan "1141064", kode pager Jepang untuk "kami mencintaimu".

Dikutip dari NHK, layanan pager pertama diluncurkan di Jepang pada 1968.

Jumlah penggunanya mencapai puncaknya pada 1996 dengan lebih dari 10 juta pelanggan.

Anak-anak muda di Jepang pada saat itu senang mengirim pesan dengan menggunakan angka. Misalnya, "0840" yang bisa dibaca seperti "ohayo," atau "selamat pagi."

Selain pekerja, pajer juga populer di kalangan siswa sekolah menengah, yang menggunakan kode numerik untuk bertukar pesan.

Menurut BBC, meskipun menjadi tempat kelahiran raksasa teknologi seperti Nintendo, Panasonic, dan Sony, kebiasaan teknologi lama bisa sangat sulit di Jepang.

Pada 2015, faks dan kaset masih umum. Bahkan Menteri Pertahanan Siber Jepang Yoshitaka Sakurada mengaku tidak pernah menggunakan komputer. (*)

BERITA POPULER:

Baca: Kisah Cinta Ibrahim Assegaf dan Najwa Shihab, Sampai Diancam Quraish Shihab: Kamu harus Lulus Dulu

Baca: 15 Tanda yang Bisa Dirasa Jelang Kematian, Bisa Dilihat dari Gigi, Telinga hingga Hidung yang Miring

Baca: Soe Hok Gie, Tentang 80 Ribu Tapol PKI: Kita Tidaklah Lebih Baik dari Pemerintah Hindia Belanda

Baca: Serda Sulaiman Berteriak Sambil Pukul Tiang Listrik Bangunkan Anggota

Baca: Kisah Frans Pangkey, Tuama Manado Eks Cakrabirawa yang Lawan Letkol Untung: Anda akan Saya Hajar!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved