Anggota DPR Hitungan Menit di Depan Pagar: Gagal Temui Mahasiswa Papua
Rombongan anggota Dewan Perwakilan Rakyat gagal menemui mahasiswa-mahasiswa Papua di asrama mahasiswa
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Ia berharap tidak terbukanya mahasiswa Papua di asrama Kalasan hanya terkait dengan peristiwa insiden yang belum lama ini terjadi. Willem berharap ketidakterbukaan ini tidak dilanjutkan ke depannya.
Terlebih masalah mahasiswa Papua di Kalasan itu yang turut memengaruhi persoalan kehidupan berbangsa di Indonesia. Bahkan hingga menimbulkan gejolak di Manokwari, Sorong dan di Fakfak.
"Sehingga hari ini kami dari parlemen pusat, pimpinan dan anggota DPR RI dari Dapil Papua dan Papua Barat, kami ada di sini di Surabaya dalam rangka meninjau dan menyikapi persoalan ini dengan langsung melihat dan mendengar dari anak kita mahasiswa yang ada di sana. Tapi begitu kami sampai di sana itu masih dipalang masih ditutup, mereka tidak mau menyambut kedatangan kami," kata Willem.
Lantaran penolakan itu, mereka bergeser ke Grahadi dan bertemu dengan gubernur Jawa Timur dan Kapolda Jawa Timur. Ada sejumlah hal yang dibahas di forum pertemuan tadi. Willem mengatakan anggota DPR RI mendorong polisi segera mengusut tuntas masalah insiden di Malang maupun Surabaya yang dianggap pemicu kerusuhan di Papua Barat.
Menurut Wille, penyelesaian itu harus diserahkan pada tim kepolisian. Mereka juga menggali informasi yang benar untuk nantinya bisa disuarakan kepada masyarakat di tanah Papua supaya tetap menahan diri.
"Tetap mengedepankan semangat silaturahmi dialog yang santun, damai karena kita semua adalah bersaudara, kita sama-sama bersaudara, kita sama-sama warga Nusantara," katanya.
Selain itu mereka mengimbau untuk selalu saling menjaga kedamaian. Jangan biarkan ini berlanjut dan terus merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Dan dari diskusi kami dengan gubernur dan kapolda, kita akan membawanya sebagai bentuk penting rekomendasi. Yang terpenting yaitu soal human right atau hak manusia," pungkasnya.
Bus Polisi Dirusak di Mimika
Selain kerusuhan di Fak Fak, wilayah lain di Papua Barat juga bergejolak yakni Mimika. Ribuan demonstran yang berunjuk rasa di halaman gedung DPRD Mimika merusak berbagai fasilitas umum.
Fasilitas umum tersebut antara lain gedung DPRD Mimika, bangunan di sekitar gedung DPRD hingga mobil dan bus polisi yang berada di jalan. Selain itu, massa juga memblokade jalan Cenderawasih.
Kerusuhan bermula saat massa menggelar unjuk rasa memprotes dugaan persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur. Awalnya, aksi berlangsung tertib.
Namun, beberapa saat kemudian, massa menjadi beringas. Massa mulai melempari aparat polisi dan TNI yang mengawal aksi. Kapolres Mimika AKBP Agung Marlianto di Timika, mengatakan 20 orang diamankan usai melempar Hotel Grand Mozza di Jalan Cenderawasih, dengan batu. Beberapa lainnya diamankan usai melakukan aksi pelemparan batu ke fasilitas Kantor DPRD Mimika dan aparat keamanan.
"Totalnya ada 45 orang yang kami amankan untuk dilakukan proses penegakan hukum, sebab tidak dibenarkan melakukan kegiatan unjuk rasa anarkis dengan cara melakukan perusakan seperti tadi," kata AKBP Agung.
AKBP Agung menyesalkan unjuk rasa damai warga di Timika berujung kericuhan. Massa pada pagi tadi awalnya bergerak menuju Tugu Perdamaian Timika Indah. Massa kemudian diarahkan menyampaikan aspirasi terkait insiden mahasiwa Papua di Jawa Timur di kantor DPRD Mimika. Massa kemudian berjalan kaki ke kantor DPRD Mimika dengan pengawalan ketat aparat.