Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Indonesia

MISTERI Tanggal 17Agustus 1945 Dipilih Soekarno s/d Pembacaan Teks Proklamasi Pakai Microfon Curian

Kejadian sehari sebelum kemerdekaan hingga misteri tanggal 17 Agustus dipilh sebagai hari merdekanya Republik Indonesia.

Editor: Frandi Piring
WIKIPEDIA.ORG
Ir. Soekarno (Bung Karno) didampingi Drs. Mohammad Hatta (Bung Hatta) memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada hari Jum'at tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi di Pegangsaan Timur 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi). 

Sejarah Indonesia sebelum Proklamasi dan Pasca Proklamasi, misteri tanggal 17 Agustus dipilh sebagai hari merdekanya Republik Indonesia.


TRIBUN-MEDAN.COM
 - MISTERI Tanggal 17Agustus 1945 Dipilih Soekarno hingga Pembacaan Teks Proklamasi Pakai Microfon Curian.

Riuh semarak rakyat menyambut 17 Agustus sebagai HUT NKRI yang ke-74.

Semangat kemerdekaan bangsa pun menguar dari seluruh pelosok wilayah Indonesia demi menyambut 17 Agustus sebagai HUT NKRI ke-74.

Berbagai perayaan 17 Agustus biasanya akan digelar untuk memeriahkan peringatan HUT RI NKRI yang ke-74.

Beragam tema unik upacara 17 Agustus untuk menyambut HUT RI NKRI yang ke-74 pun digelar di berbagai tempat.

Kembali ke belakang, Proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disambut dengan sama meriahnya pada hari Jumat, 17 Agustus 1945.

Upacara Pengibaran bendera merah putih
Upacara Pengibaran bendera merah putih (Tribunnews.com)

Kemerdekaan Indonesia pertama kali diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 di kediaman Laksamana Maeda di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Kala itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk pertama kalinya dibacakan oleh Presiden Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta.

Di balik riuh kebahagiaan bangsa Indonesia yang akhirnya meraih kemerdekaannya, rupanya terdapat beberapa fakta unik yang menarik untuk disimak.

Soekarno dan Muhammad Hatta
Soekarno dan Muhammad Hatta ()

Baca: Hasil Lengkap Liga Spanyol, Barcelona di Zona Degradasi, Real Madrid di Puncak Klasemen

Baca: Kadispora Manado Apresiasi Paskibraka yang Telah Selesaikan Tugas dengan Baik

Baca: Tolak Tunduk Kepada NKRI, Istri Panglima Teroris Poso Tak Dapat Remisi

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com dan Tribunnews, berikut 4 fakta unik momen 17 Agustus 1945.

1. Rumah tentara PETA keturunan Tionghoa sempat direncanakan jadi lokasi pembacaan proklamasi

Tidak banyak yang tahu, rupanya rumah seorang tentara PETA keturunan Tionghoa sempat direncanakan menjadi lokasi pembacaan proklamasi.

Adalah Djiaw Kie Song pemilik rumah tersebut.

Djiaw Kie Song adalah seorang petani sekaligus tentara Pembela Tanah Air atau PETA yang tinggal di sekitar sungai Citarum.

Djiaw Kie Song merupakan seorang tentara keturunan Tionghoa, Hakka yang lahir pada tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang.

Melansir Kompas.com, rumah Djiaw Kie Song dipilih lantaran jauh dari kepadatan penduduk dan tertutup pohon yang rimbun.

Rumah millik Djiauw Kee Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok-Jawa Barat, menjadi tempat bersejarah karena sempat menampung Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945, setelah kedua pimpinan negara itu diculik beberapa pemuda pejuang
Rumah millik Djiauw Kee Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok-Jawa Barat, menjadi tempat bersejarah karena sempat menampung Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945, setelah kedua pimpinan negara itu diculik beberapa pemuda pejuang (Kompas/IMAN NUR ROSYADI)

Awalnya rumah Djiaw Kie Song akan dijadikan lokasi pembacaan teks proklamasi.

Namun rencana ini akhirnya dibatalkan karena Ahmad Subardjo meminta Soekarno dan Hatta membacakannya di Pegangsaan Timur Jakarta.

FOLLOW FACEBOOK TRIBUN MANADO

2. Teks Proklamasi diketik dengan mesin ketik milik Angkatan Laut tentara Nazi

Melansir dari Kompas.com dan Tribunnews, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia rupanya pertama kali diketik dengan mesin ketik milik tentara Nazi Jerman.

Lebih tepatnya, mesin ketik tersebut dipinjamkan oleh seorang perwira angkatan laut Nazi Jerman kepada bangsa Indonesia.

Mesin tik itu dipinjamkan ketika teks proklamasi disusun di rumah Laksamana Tadashi Maeda.

Ketika itu, naskah proklamasi yang ditulis oleh Soekarno rencananya akan dicetak, namun rupanya Laksamana Maeda tak memiliki mesin tik.

Mengetahui hal tersebut, Laksamana Maeda pun memerintahkan pembantunya, Satzuki Mishima untuk mencari mesin tik.

Satzuki Mishima kemudian pergi ke kantor militer Jerman dengan menggunakan mobil jip untuk meminjam mesin tik.

Di kantor militer Jerman, Satzuki Mishima mendapatkan pinjaman mesin tik dari seorang perwira angkatan laut Nazi Jerman bernama Mayor Kandelar.

Mesin tik tersebut pun digunakan Sayuti Melik dan BM Diah untuk mengetik naskah Proklamasi.

Baca: Naskah Lengkap Pidato Kedua Jokowi di Sidang Tahunan MPR RI 2019, Singgung Pemindahan Ibu Kota

Baca: Naskah Lengkap Pidato Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR RI 2019

Baca: 3 Polisi Terbakar saat Amankan Demo, Terekam Aksi Pelaku Penyiram Bensin, 15 Mahasiswa Diamankan

3. Tanggal 17 Agustus dipilih karena Soekarno mengaku percaya mistik

Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945
Peristiwa Rengasdengklok sebelum Proklamasi RI 17 Agustus 1945 (id.wikipedia.org)

Dikutip dari Kompas.com dan buku '17-8-45, Fakta, Drama, Misteri' yang ditulis Hendri F Isnaeni, Soekarno pernah mengungkap alasannya memilih tanggal 17 sebagai hari kemerdekaan.

Dalam buku '17-8-45, Fakta, Drama, Misteri', Soekarno mengaku dirinya memilih tanggal 17 Agustus 1945 sebagai hari pembacaan proklamasi kemerdekaan dikarenakan adanya unsur mistik.

Soekarno mengaku dirinya percaya pada mistik dan mencampurkan kepercayaan klenik jawa kuno dengan momen bersejarah dalam sejarah islam.

"Aku percaya pada mistik," ungkap Soekarno saat itu.

Usut punya usut, jika dikaitkan dengan penanggalan Jawa, 17 Agustus 1945 jatuh pada hari Jumat Legi.

Kata 'legi' dalam bahasa Jawa memiliki arti manis.

Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam) Jumat siang kemarin. Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D. Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok. (Kompas/JB Suratno)

Sedangkan tanggal 17 dipilih lantaran bersamaan dengan peristiwa diturunkannya Al quran dalam sejarah umat islam.

Tanggal 17 dapat dikaitkan dengan dengan perintah Nabi Muhamamd SAW kepada umat Islam untuk bersembahyang 17 rakaat dalam sehari.

"Mengapa Nabi Muhammad memerintahkan 17 rakaat, bukan 10 atau 20? Karena kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia," kata Soekarno.

4. Teks proklamasi dibacakan dengan mikrofon 'curian'

Soekarno saat detik-detik pembacaan Proklamasi RI 17 Agustus 1945
Soekarno saat detik-detik pembacaan Proklamasi RI 17 Agustus 1945 (Tribun Video/Tangkap Layar)

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Soekarno pernah menyebut bila mikrofon yang ia gunakan saat membacakan teks proklamasi kemerdekaan untuk pertama kalinya adalah hasil curian.

Soekarno berkelakar pada saat itu bahwa mikrofo tersebut adalah hasil curian yang diambil dari stasiun radio milik Jepang berikut dengan pengeras suaranya.

“Aku berjalan ke pengeras suara kecil hasil curian dari stasiun radio Jepang dan dengan singkat mengucapkan proklamasi itu,” kata Soekarno seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.

Kendati Soekarno menyebutnya sebagai mikrofon curian, rupanya kelakar mantan presiden RI itu dibantah oleh mantan sekretaris pribadi Menlu pertama RI, Sudiro.

Melansir Kompas.com, Sudiro mengungkap bahwa pernyataan Soekarno tentang mikrofon 'curian' itu tidak benar.

Hal tersebut ia kemukakan pada 6 September 1972 ketika menyampaikan pidato di Lembaga Pembinaan Jiwa '45 di Jakarta.

Lebih lanjut Sudiro mengatakan bila mikrofon tersebut adalah milik seorang warga negara Indonesia bernama Gunawan.

Gunawan saat itu adalah pemilik Radio Satriya yang bertempat tinggal di Jalan Salemba Tengah, Jakarta.(*)

 

 

SUBCRIBE TRIBUN MANADO TV

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul: 'Misteri' Soekarno Memilih 17 Agustus 1945 hingga Teks Proklamasi Dibacakan dengan Mikrofon 'Curian'

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved