Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kebakaran Hutan Menjadi-jadi: Begini Kata Ahli Kehutanan

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tak terhindari di Sulawesi Utara. Sejumlah titik api terpantau mulai Kabupaten Bolaang Mongondow,

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Istimewa
Karhutla di kawasan Jalan Ringroad Kota Manado. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, LOLAK – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tak terhindari di Sulawesi Utara. Sejumlah titik api terpantau mulai Kabupaten Bolaang Mongondow, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Kota Manado dan Bitung pada Kamis (15/8/2019). Diperkirakan ratusan hektare hutan dan perkebunan dilalap ‘si jago merah’ (lihat grafis).

Kabupaten Bolmong dikepung api. Hingga kemarin, karhutla sudah terjadi di 7 desa. Data yang dihimpun tribunmanado.co.id, titik terbakar terbanyak di Desa Tandu, Inobonto 1 dan Lolak 2, masing masing sebanyak 2 titik. Kemudian Desa Tuyat, Sauk, Solog dan Langagon sebanyak 1 titik. Belum ada data resmi lahan yang terbakar. Namun estimasi tribunmanado.co.id, sudah mencapai 50 hektare lebih.

Baca: Bayi Tunggui Jenazah Ayah Selama 3 Hari

Kaban Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bolmong Haris Dilapanga melalui Kasie Tanggap Darurat Abdul Muin Paputungan menyatakan, titik api berada pada level confidence di atas 50 persen. Dikatakan Abdul, pihaknya sedang berupaya memadamkan api. "Tim Satuan Tugas TRC BPBD Bolmong, Damkar Bolmong dan Manggala Agni Daops Bitung sampai saat ini terus berupa memadamkan api," kata dia, kemarin.

Abdul membeber, pihaknya mengalami kesulitan untuk memadamkan api di Inobonto. Medan terjal menyulitkan aparat. "Banyak bebatuan," kata dia. Di Inobonto, aparat sempat alami kecelakaan. Mereka terjatuh saat sedang mendaki medan curam. "Personel TRC dan Manggala Agni sempat terjatuh saat berupaya menjangkau titik api yang mulai membesar karena beban yang harus dipikul berupa tas punggung berisi air," katanya.

Ungkap dia, jumlah personel sebanyak 22 terdiri dari Damkar sebanyak 5 orang, TRC BPBD sebanyak 10 orang Manggala Agni sebanyak 7 orang.
Peralatan cukup lengkap. "Ada 2 unit kendaraan dari Manggala Agni, 1 unit
Damkar, 1 unit tangki air BPBD dan 2 Unit kendaraan operasional
pendukung dari BPBD," kata dia.

Karhutla di Bolmong berpotensi mengganggu pelayanan publik. Beberapa hari lalu, asap terlihat di bagian timur kompleks perkantoran Pemkab Bolmong. Asap berada dari titik api samping perkantoran. Langit berasap. Asap juga sempat terlihat Kamis sore. Asap juga sempat membuat udara sekitar RS Datoe Binangkang berkabut.

Titik api di bukit samping PT Conch juga sempat mengkhawatirkan pekerja perusahaan itu. Kamis pagi, bagian belakang kompleks rudis Bupati di Lalow
tertutup asap. Asap berasal dari bukit belakang rudis.

Baca: Ditertawakan Eman-emak: Begini Sindir Jokowi soal Tas Impor

Abdul menyatakan, pihaknya mengawasi objek vital yang terancam kebakaran. "Saat ini kami sedang memantau kebakaran di belakang rudis Bupati," kata dia. Dikatakannya, pihaknya memantau lokasi kebakaran 1 kali 24 jam. Laporan kebakaran setiap hari dikirimkan ke pusat lewat teleconference. Menurut dia, kebakaran umumnya disengaja warga. Sekda Bolmong Tahlis Gallang mengancam untuk memidanakan pelaku pembakar hutan dan lahan. "Ini perintah Jokowi, siapa yang membakar akan kami polisikan," kata dia.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran (Sat Pol PP Damkar) Pemkab Minsel Henri Palit mengatakan, hingga kini luas lahan yang mengalami kebakaran sudah lebih 100 hektare. "Kebakaran lahan terjadi di Bukit Sasayaban Kelurahan Uwuran Dua dan Buyungon Kecamatan Amurang, di Desa Kilotiga Kecamatan Amurang. Kemudian di Desa Kapitu Kompleks Pengadilan Agama Amurang, Kecamatan Amurang Barat dan Kelurahan Kawangkoan Bawah Amurang Barat," kata Palit, Kamis kemarin.

Mantan Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Minsel ini belum merinci jumlah total kerugian akibat kebakaran lahan. Tapi beruntung kebakakaran tak meluas sampai ke permukiman.

Lokasi-lokasi lahan yang alami kebakaran tersebut sangat dekat dengan permukiman warga. Namun sampai kini belum ada laporan kebakaran lahan di wilayah yang sulit dijangkau Sat Pol PP Damkar Minsel. Karena bila terjadi, pihaknya terkendala pada unit damkar dan tentunya lokasi yang jauh.

"Kita doakan saja tak akan lagi kebakaran lahan. Jadi kami imbau agar masyarakat tak lagi membakar lahan sembarangan apalagi di musim kemarau ini," ujar mantan Camat Tompasobaru ini.

Lurah Uwuran Dua Mariana Paat mengatakan, agar masyarakat stop membakar lahan apalagi musim kemarau. Ditakutkan Paat, Bukit Sasayaban yang masuk di wilayah kerjannya ini, ketika terbakar apinya bisa merembet ke permukiman.

Baca: Patahkan Rekor Tak Terkalahkan Tira Persikabo, Bali United Rebut Puncak Klasemen Sementara Liga 1

Kepala Dinas Pertanian Minsel Franki Pasla mengatakan, dia sudah menerjunkan sejumlah tim untuk memantau lahan-lahan kering di 17 kecamatan. "Mereka sudah berada di lapangan dan tinggal menunggu laporan," ucap dia. Jika laporan sudah masuk maka Dinas Pertanian akan mengirim tim 'brigade air'. Mereka nantinya akan bertugas memasok air ke lahan yang kering. "Soal luas lahan yang alami kekeringan kami sedang mendatanya," ujar Pasla

Karhutla terjadi di Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung. Lahan yang terbakar berada di tengah hutan persimpangan ke Kelurahan Pinasungkulan dan Batuputih Bawah.

Dari pantauan Tribunmanado.co.id di lokasi kebakaran, tim gabungan yang melakukan pemadaman harus masuk dari tepi jalan persimpangan Kelurahan Batuputih Bawah dan Pinasungkulan.

Sekitar 500 meter melalui jalan menurun dan berbukit sebelum tiba di titik api. Api menghanguskan sejumlah ilalang, dahan pohon dan batang pohon kering. "Kebakaran di sini masih masuk dalam wilayah Cagar Alam (CA) Tangkoko. Kami dan para relawan melakukan pemadaman dengan cara mapping up," kata Ronald Sumilat, Ketua Regu 1 Manggala Agni kepada tribunmanado.co.id di sela upaya pemadaman, kemarin.

Kebakaran di titik ini bermula ketika tim gabungan yang melakukan pemadaman di titik perkebunan Serawet (Rumah Jangkar) di Kelurahan Batuputih Bawah, Rabu malam, mendapati titik api Kamis pukul 11.00.

"Untuk mengantisipasi dan mencegah kembali terjadinya kebakaran pihaknya akan terus melakukan komunikasi dengan pihak terkait, patroli, pemantauan wilayah dan cuaca," tandasnya.

Personel Manggala Agni melakukan hal yang sama mapping up dan menyiram air dengan jetshooter, bersama TNI, Polri, BPBD Bitung serta masyarakat Pinasungkulan dan Batuputih Bawah.

Menurut Camat Ranowulu Diana Sambiran, sejauh ini peristiwa kebakaran lahan di tengah hutan sudah teratasi. Sejauh ini baru dua titik itu yang terinformasi. "Mudah-mudahan hanya sampai di dua titik ini," kata Camat.

Ketua RT VIII Lingkungan Kelurahan Pinasungkulan Herman Kaungan mengatakan, pihaknya harus melalui medan yang cukup berat sebelum sampai ke lokasi titik api. "Kesulitannya ketersediaan air yang kurang dan titik api juga berada di kemiringan," kata Herman.

Peringatan dini kekeringan dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Minahasa Utara (Minut). Kota Bitung pada status awas.

Sebulan terakhirhingga 15 Agustus, terdata 26 kebakaran di Kota Manado.
Sekretaris Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar Manado) Kota Manado Supriyetno mengatakan, peristiwa kebakaran didominasi oleh kebakaran ilalang. "Sejak masuk musim kemarau kebakaran didominasi oleh kebakaran alang-alang," ujarnya.

Ia mengimbau kepada warga Manado untuk waspada. "Saat ini musim panas ditambah lagi angin kencang, saya harap warga waspada, terlebih saat membakar lahan, rumput bahkan membuang puntung rokok," bebernya.

Untuk kebakaran yang menimpa rumah warga sepekan ini sekitar dua peristiwa. "Yang pertama kejadian di Karombasan Timur dan Molas, keduanya tidak ada korban jiwa," ucapnya.

Ia meminta para camat, lurah dan pala, untuk ikut memonitor wilayah. "Tetap ingatkan warga untuk tetap waspada," ucapnya. Ia mengatakan, kebanyakan rumah yang menjadi korban kebakaran cukup lama melaporkan kejadian kepada petugas Damkar.

"Biasanya mereka lama melaporkan tunggu api sudah besar baru dilaporkan, ada yang kita tau lewat live streaming di Facebook, foto-foto yang tersebar di medsos baru ada laporan kalau ada kebakaran," ujanya. Ia mengimbau kepada masyarakat jika ada kebakaran segeralah melapor ke petugas Damkar. 

Robby Rempas, Dosen Fakultas Kehutanan, UDK
Robby Rempas, Dosen Fakultas Kehutanan, UDK (tribun manado)

Hutan Sulut Sudah Rapuh

Ir Robby Rempas Msi, Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Dumoga Kotamobagu mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah di Sulut selalu terjadi saat memasuki musim kemarau ataupun saat musim kemarau. Kebakaran semacam sudah terstruktur, sebab tiap tahun selalu terjadi.

Kejadiannya berdasarkan karakteristik daerah, penyebabnya di tiap daerah lain, khusus untuk kebakaran hutan lahan. Penyebab kebakaran bisa dipicu oleh faktor angin yang bertiup, ditambah dengan cuaca panas, sehingga terjadi gesekan rumput yang menimbulkan titik api.

Juga bisa api timbul karena kelalaian warga berupa membuang puntung rokok sembarangan, saat terkena daun kering langsung memicu kebakaran. Pun dengan pembukaan lahan untuk pertanian. Biasanya saat sudah malas membersihkan, mereka ambil jalan pintas dengan membakar lahan, yang akhirnya menyebar ke mana-mana.

Saat ini banyak sekali terjadi perombakan hutan menjadi lahan pertanian. Biasanya dilakukan dengan cara dibakar. Diperkirakan di Sulut sekitar 40 persen, terjadi konversi di hutan. Ekosistem hutan di Sulut juga sudah agak rapuh. Sebenarnya di hutan banyak yang kosong, karena perambahan hutan dan pembuatan perkebunan.

Upaya yang bisa dilakukan pemerintah adalah, turun ke lapangan untuk mencari penyebab terjadinya kebakaran sehingga bisa dilakukan antisipasi. Sekarang kan mudah mencari titik api dengan menggunakan global positioning system (GPS). Selain itu, kesadaran masyarakat juga untuk tidak buang puntung rokok sembarangan, dan tidak membakar rumput atau sampah sembarang, perlu ditingkatkan.

Sebab bisa jadi sampah yang dibakar terbawa angin dan bisa membakar rumput dan bisa merembet ke wilayah hutan dan lahan. Sulut saat ini harus waspada terhadap kebakaran lahan dan hutan, karena memang hutan Sulut sudah sangat rapuh. 

Sumur Air Sudah Kering

Kekeringan mulai berdampak ke warga Kota Manado. Mereka terpaksa membeli air menyusul kekeringan sumber air bersih seperti sumur. Satu tangki berisi 1.000 liter air dibeli seharga Rp 75 ribu.

Andino Grandtino (23), warga Kelurahan Paniki Bawah, Kecamatan Mapanget mengatakan, sudah hampir sebulan sumur miliknya kering. "Air sumur kering, biasanya ambil air di tetangga sebelah, tapi karena sudah sama-sama kering saat ini cuma beli air isi ulang," ujarnya warga kepada tribunmanado.co.id, Kamis (15/8/2019).

Sehari 4 gelon air isi ulang dan sudah sekitar 5 hari dirinya membeli. "Sudah 5 hari ini beli air gelon, satu gelon Rp 5.000 jadi kalau 4 gelon bisa Rp 20.000," ujarnya. Lantaran mahal, ia memutuskan untuk menampung air di dekat sungai. "Sekarang menampung air di dekat sungai, kalau hari-hari beli air isi ulang bisa rugi. Ya beli air isi ulang cuma sekadar saja untuk minum dan gosok gigi," bebernya.

Tak hanya dia yang pergi menampung di sungai. Ada beberapa warga juga ikut menampung air di sungai. "Ada beberapa anak dan warga pergi menampung air di situ (sungai), di situ ada seperti pipa terus ada air mengalir nah air mengalir itu yang saya tampung isi di gelon bawa pulang pakai motor," jelasnya.

Menurutnya, musim kemarau seperti ini sudah pernah dialaminya beberapa tahun lalu, jadi dirinya sudah biasa dengan mengambil air dari sungai.
"Sudah biasa kak, dulu juga seperti ini makanya di sini (sungai) sudah disediakan pipa untuk air mengalir," bebernya.

Tak jauh berbeda dengan Windi (53). Ia mengatakan, membeli air 1.000 liter dengan harga Rp 75 ribu. "Setiap dua hari sekali beli 1 tong yang isinya 1.000 liter, sekali beli Rp 75 ribu, kami ada 11 anggota keluarga jadi kalau musim kemarau begini gak cukup untuk menampung air atau beli isi ulang yang harga Rp 5.000," ucapnya.

Ia menambahkan, air yang dibelinya itu selain untuk mandi juga untuk kebutuhan memasak dan mencuci. "Ya buat mandi, masak juga cuci piring, kalau baju di laundry, gak cukup airnya kalau buat cuci baju juga," ujarnya tersenyum.

Berbeda dengan Boim Sili (42), ia mandi di sungai. "Kalai mandi ya mending di sungai, kalau untuk masak beli air isi ulang, kalau air tampungan di sungai buat persediaan kalau malam suka buang air, tapi buat masak bukan air sungai," ujar pria asal Mapanget ini.

Ia berharap, musim kemarau segera usai, supaya kekeringan berakhir dan tak susah lagi cari air bersih untuk sehari-hari. "Cukup sampai akhir Agustus, gak usah berlanjut musim kemaraunya, susah air bersih," ucapnya. (art/dru/crz/ana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved