17 Agustus 2019
Kebiasaan Bung Karno Bikin Pidato 17 Agustus, Libatkan Emosi hingga Air Mata
Dikenal sebagai orator ulung, pidato yang disampaikan Soekarno mampu membangkitkan emosi mereka yang mendengarnya.
Libatkan emosi hingga air mata
Sementara, ada pengakuan langsung sang Proklamator melalui penggalan amanat yang ia sampaikan saat peringatan kemerdekaan tahun 1963.
Soekarno menyebutkan, ia kerap menitikkan air mata saat menuliskan amanat karena kondisi batin yang penuh dengan emosi.
“Dengan terus terang saya katakan di sini bahwa beberapa kali saya harus ganti kertas, oleh karena air mataku kadang-kadang tak dapat ditahan lagi,” kata Soekarno dalam pidatonya.
Emosi ini bukan amarah, melainkan perasaan haru dan cinta yang begitu besar kepada bangsa dan negara.
“Tiap kali saja mempersiapkan pidato 17 Agustus lantas menjadi seperti dalam keadaan keranjingan,” ujar Soekarno.

Dia pun menjelaskan maksud dari ‘keadaan keranjingan’ yang ia sebutkan sebelumnya sejumlah perumpamaan.
“Segala yang gaib dalam tubuh saya lantas meluap-luap. Seluruh alam halus di dalam tubuh saya ini lantas seperti menggetar dan berkobar dan menggempur. Dan bagiku, api lantas seperti masih kurang panas, samudera lantas seperti masih kurang dalam, bintang di langit lantas seperti masih kurang tinggi,” papar Bung Karno.
Soekarno juga mengungkapkan betapa ia bangga dan kagum terhadap bangsa majemuk yang ia pimpin.
Kekaguman ini tak jarang membawanya pada perasaan terharu.
“Saya menulis pidato ini sebagaimana biasa dengan perasaan cinta yang meluap-luap terhadap Tanah Air dan bangsa. Tetapi ini kali dengan perasaan terharu juga. Lebih daripada biasa terhadap keuletan Bangsa Indonesia dan kekaguman yang amat tinggi terhadap kemampuan Bangsa Indonesia,” ujar Soekarno saat upacara peringatan kemerdekaan 56 tahun lalu.
Pidato Kemerdekaan 1965

Pada peringatan kemerdekaan ke-20 RI, 17 Agustus 1964, Soekarnno menyampaikan pidatonya yang berjudul “Berdikari”.
Beberapa poin penting yang disebutkan sang Founding Father dalam pidatonya adalah kemerdekaan sepenuhnya yang sudah didapatkan Bangsa Indonesia dari segala bentuk penjajahan.
“Kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat Tanah-Air kita. Mulai saat ini kita menyusun negara kita, negara merdeka, Negara Republik Indonesia, merdeka, kekal, dan abadi, Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu!”