Sulut Punya Syarat ‘Impor’ Rektor: Begini Penjelasan Menristek
Rencana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir ‘mengimpor’ rektor asing untuk perguruan tinggi.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Rencana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir ‘mengimpor’ rektor asing untuk perguruan tinggi negeri ditanggapi kontroversi. Ada yang menilai positif, namun tak sedikit yang pesimistis dengan kebijakan itu.
Perguruan tinggi negeri di Sulawesi Utara punya syarat ‘impor’ rektor. Rektor Universitas Negeri Manado Prof Julyeta Runtuwene melalui Koordinator Media Center Irwani Maki mengatakan, mendukung program Presiden Joko Widodo.
Baca: Penembakan di AS Tewaskan 29 Orang: Patrick Tembakan Peluru ke Massa
"Tentunya dengan tidak mengabaikan tentang kepentingan nasional yang lebih besar dan dengan disesuaikan dengan visi Presiden Jokowi terkait peningkatan sumber daya manusia (SDM) unggul," katanya, Jumat (2/8/2019).
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unima Prof DR Arijani mengatakan tidak setuju. "Alasannya banyak orang hebat di Indonesia yang justru bekerja pada posisi-posisi penting di perguruan tinggi.
Kita punya SDM yang hebat dan ambisi mengejar peringkat internasional bukanlah tujuan pendidikan kita. Meskipun saya setuju kalau peringkat merupakan salah satu dari sekian banyak indikator kemajuan perguruan tinggi di seluruh dunia. Itu penting tapi bukan tujuan utama. Tujuannya sesungguhnya seperti yang tertera dalam UU no 12 thn 2012," ungkap Arijani.
Tanggapan kontroversi dari kalangan mahasiswa Unima. Putri Adinda Mokoagow (19) setuju. Kata dia, merekrut rektor dari luar negeri akan lebih banyak pengetahuan didapat, mengikuti era modern. "Dengan hal tersebut nantinya akan lebih meningkatkan (kualitas) perguruan tinggi di Indonesia,” katanya.
Rahmat Kasim (19) mengatakan, bahwa di Indonesia memiliki banyak orang yang jenius. "Saya tidak setuju dengan alasan rektor asli Indonesia pun bisa, hanya saja harus lebih intens agar bisa meningkatkan rangking PTN agar bisa masuk daftar 100 besar di dunia. Karena banyak orang jenius lahir dari Indonesia seperti BJ Habibie," tandasnya.
Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi tanggapi beragam. Ada yang setuju, ada pula yang berbeda pandangan. Cavin Marcelino Bintang, mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis setuju dengan kebijakan itu. "Asalkan rektor dari luar mampu memimpin dengan inovasi-inovasi," kata mahasiswa asal Tahuna, Kepulauan Sangihe ini, Minggu (4/8/2019).
Baca: PSM vs Persija, Panpel Final Piala Indonesia Terapkan Peraturan Baru
Hal senada diutarakan Marcelino Mukuan, mahasiswa Fakultas Hukum. Harapannya rektor asing bisa mengangkat performans PTN. "Harus kita akui, kualitas pendidikan di luar negeri lebih baik. Semoga dengan adanya rektor dari luar, bisa membuat Unsrat berdaya saing di era digital," katanya.
Pendapat berbeda diungkapkan Brigita Tulung, mahasiswi Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil. "Terlalu berlebihan. Apakah sumber daya kita tidak ada yang berkualitas? Seharusnya kita menjaga rumah kita sendiri dengan memberdayakan SDM lokal yang ada," katanya. Brigita menilai kebijakan itu terlalu dipaksakan. "Rektor asing bukan jaminan kualitas pendidikan kita lebih baik," katanya.
Maryono Kambotai, mahasiswa Fisip Unsrat setuju jika rektor asing telah lebih dulu mengabdi sebagai tenaga pengajar lebih dari dua tahun. "Asal benar-benar berkualitas," katanya.
Maryono balik tidak setuju dengan alasan kalau saja ada kader lokal yang bisa dipercaya menjalankan jabatan.
Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kerja Sama Politeknik Manado, Dra Mareyke Alelo MBA mengatakan, wacana merekrut rektor asing sebenarnya tidak masalah. "Tidak masalah, tetapi perlu diperhatikan, mengapa rektor-rektor Indonesia itu ditingkatkan, pemberian insentif yang nanti akan diberikan kepada rektor asing, kenapa tidak dilakukan kepada rektor-rektor kita," katanya, Jumat (2/8/2019).
Menurut Alelo, rektor dibatasi, ada banyak hal membuat mereka tidak kreatif, mereka menangani banyak hal secara bersamaan, sehingga hal strategis yang mereka rencanakan tidak bisa dilakukan. "Kenapa hal seperti ini dijanjikan kepada rektor asing kenapa tidak dilakukan kepada rektor-rektor kita yang ada di Indonesia," ujarnya.
“Sebelum mencoba memakai rektor asing marilah mencoba dengan rektor kita, berikan apa yang dijanjikan kepada rektor asing. Saya yakin kita memiliki potensi, memiliki peluang untuk melakukan ruang-ruang itu. Rektor kita banyak yang pintar dan cerdas tetapi mereka tidak diberikan ruang seperti yang dijanjikan kepada rektor asing," ujar dia.
Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Manado, Dr Efendy Rasjid MSi MM setuju. Dikatakannya, isu ini beredar di kalangan akademisi. Sebenarnya ada aturan-aturan yang mana untuk pemilihan rektor sesuai permen.
Baca: Saat Listrik Padam Minyak Sayur Bisa Bermanfaat Seperti Lilin, Begini Caranya