Olahraga bela diri kateda
Mengenal Kateda, Olahraga Bela Diri yang Mulai Berkembang di Sejumlah Daerah di Sulawesi Utara
Paling utama dari kateda adalah menjaga pertahanan, tidak memupuk ambisi menyerang yang berarti memancarkan bela diri yang sebenarnya.
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
Pada saat kematiannya sejumlah muridnya tergabung dengannya dalam mencapai tingkat ketujuh.
Seorang muridnya bernama Lionel Henry Nasution, anak seorang jenderal Indonesia.
Namun, tidak begitu jelas diketahui apakah Lionel Nasution meneruskan Tagashi sebagai grand master walau diketahui bahwa ia belajar langsung di bawah Tagashi dan mencapai tingkat ketujuh central power dalam bimbingannya di kawah Gunung Bromo.
Pada tahun 1977, lima tahun setelah pembukaan sekolah kateda pertama di Indonesia, Kateda Internasional, organisasi pengajaran utama dari sekolah kateda, membuka sekolah di Inggris dan tiga tahun kemudian pada 1980 di Amerika.
Semua sekolah tersebut dengan cabang-cabangnya disentralisasi dengan nama “Sekolah Bela Diri Kateda”.

Tanggal 5 Maret 1981 sekolah bela diri kateda London menjadi pusat semua sekolah kateda, karena pada saat itu anggotanya berasal dari budaya dan latar belakang yang berbeda dari Inggris, AS, Indonesia, Iran, Denmark dan sebagainya.
Tahun 1982 ada 30 master yang memimpin sekolah-sekolah melalui metode tradisional seleksi, memastikan permintaan almarhum Tagashi dilaksanakan.
Efek Latihan
Seperti latihan apapun yang dijalankan dengan benar, berlatih kateda meningkatkan kebugaran jasmani, stamina dan relaksasi.
Mempelajari kateda dianggap meningkatkan kekuatan pikiran, sistem saraf dan pernapasan, koordinasi, keseimbangan, dan naluri melalui semua jenis kelompok otot.
Setelah mempelajari gerakan dasar tersebut dari nomor 1 hingga 10 dan terdiri dari beragam pukulan, tangkisan, tendangan dan loncatan, murid-murid melalui proses mempelajari pengendalian central power.
Langkah-langkahnya menjadi lebih kuat dengan gabungan central power.
Seperti seni bela diri lainnya, kateda juga mengembangkan sisi spiritual melalui pembangkitan central power.
Central power dikembangkan melalui pernapasan unik, latihan mental dan fisik.
Salah satu latihannya disebut “ kei”, yang menandakan suatu hubungan dengan seni bela diri lain.
Ini mungkin sebuah kebetulan, tapi kemiripan dengan kata dalam bahasa Cina “Qi” atau “Chi” terlihat jelas.
Keahlian seorang murid dalam menyalurkan central power melalui sistem saraf diuji dengan berbagai cara latihan.
Tingkat central power dengan berurutan berada dengan indikasi di mana pada suatu latihan dipelajari: pernapasan, pengendalian otot, gerakan fisik, konsentrasi pikiran, komunikasi internal heat, inner vision, dan inner voice.
Pada tingkat sabuk putih, murid langsung berlatih dengan pernapasan. Mereka juga mulai diajarkan penekanan pada “satu arah”, yaitu fokus penglihatan pada satu titik.
Teknik meditasi ini digunakan di setiap kelas untuk memfokuskan pikiran dalam mengembangkan central power.
Kateda secara teknis identik dengan gerakan tendangan, memukul, bantingan, dan menahan serangan, bahkan mampu menahan serangan benda tumpul ke arah tubuh manapun.
Pada tingkatan lebih lanjut, kateda mengajarkan seseorang harus membebaskan diri dari rasa takut yang bersifat tidak alami. Rasa takut ini berasal dari lingkungan, pengamatan dan pengalaman hidup.
Ada 7 rasa takut yang tidak alami dalam setiap diri manusia, yakni takut akan kegelapan, takut akan harga diri, takut akan kesepian, takut akan menghadapi hidup, takut akan tanggung jawab, takut akan berdedikasi, takut akan kematian.
Berkembang di Sulut
Kateda masuk di Sulawesi Utara sejak 30 tahun yang lalu.
Dalam tiga tahun terakhir ini olahraga bela diri kateda semakin berkembang di bawah naungan Kateda Celebes Indonesia (Kacindo) yang menjadi pemersatu kateda-kateda di Sulut.
Kacindo berdiri sendiri sebagai satu organisasi yang di dalamnya terdiri dari beberapa perguruan kateda yang berada di Sulut dan Indonesia.
Kacindo sudah tersebar di beberapa tempat di Sulut seperti di Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa, Minsel, Minut, dan sementara berkembang ke arah Bumi Totabuan dan Nusa Utara.
Guru Besar sekaligus Ketua Umum Kateda Celebes Indonesia Vano Manoppo mengatakan, olahraga kateda merupakan ilmu bela diri pernapasan dan sudah mulai banyak peminatnya.

"Banyak murid mulai level anak-anak sampai orang dewasa. Paling utama dari ilmu bela diri ini adalah menjaga pertahanan, tidak memupuk ambisi menyerang yang berarti memancarkan bela diri yang sebenarnya, yaitu membela diri untuk tetap mampu berdiri tegak tanpa merasa sakit ataupun luka yang dapat membahayakan tubuh," ujar Vano.
Kateda diharapkan dapat digunakan pada situasi darurat seperti menjaga diri dari beberapa orang yang berniat jahat untuk melukai kita dan dapat terhindar dari serangan ke arah tubuh manapun.
"Selain bela diri, ada juga banyak manfaatnya seperti kesehatan, contohnya dapat mengatasi sakit maag, sakit asam lambung, asma hepatitis, penyempitan tulang belakang dan masih banyak penyakit dalam lainnya," jelas dia. (*)
Baca: WASI Kembali Pecahkan Dua Rekor Dunia Selam di Manado, Hadiah Indah Bagi Negara Indonesia
Baca: Cemburu Lihat Foto Suaminya Viral Bantu Wanita Korban Kecelakaan, Istri Malah Bikin Polisi Masuk UGD
Baca: Ngorok Tak hanya Melulu Soal Lelap Tidur, Bisa Jadi Tanda Ada Masalah Kesehatan