Olahraga bela diri kateda
Mengenal Kateda, Olahraga Bela Diri yang Mulai Berkembang di Sejumlah Daerah di Sulawesi Utara
Paling utama dari kateda adalah menjaga pertahanan, tidak memupuk ambisi menyerang yang berarti memancarkan bela diri yang sebenarnya.
Penulis: maximus conterius | Editor: maximus conterius
Dia belum pernah melihat manuskripnya hingga Tagashi memberikan izin untuk menerjemahkannya.
Izin tersebut diberikan karena master ini ketika di Gunung Bromo, mempunyai bayangan yang sama dengan Tagashi tentang simbol yang dijelaskan di akhir buku. Tagashi sadar bahwa Rahasia Ketujuh ini dapat diraih.
Cara yang ditempuh untuk meraihnya disebut “Deep Silence”.
Dengan cara ini, orang akan mampu mengedalikan pikiran sehingga dapat menghubungi alam bawah sadarnya dan mencapai inner vision dan inner voice.

Selang tiga tahun, 1969 hingga 1972, master ini menerjemahkan Tujuh Rahasia dalam pengasingannya ke Tibet Utara, di mana manuskripnya ditemukan.
Maret 1972 Tagashi menerima terjemahannya dan dia juga setuju untuk menghapuskan kerahasiaan tradisionalnya dan menggantinya dengan organisasi pengajaran terstruktur dengan peraturan-peraturan.
Terjemahan dari Tujuh Rahasia disebut Kateda yang berarti “tingkat tertinggi dari central power”.
Metode pernapasan, pengendalian otot, gerakan fisik, konsentrasi pikiran, komunikasi hawa internal heat, inner vision dan inner voice adalah kata-kata yang digunakan sekarang menggantikan simbol-simbol manuskrip asli.
Satu-satunya simbol yang dipakai adalah nama kateda itu sendiri.
Huruf-huruf K-A-T-E-D-A diambil dari simbol yang digambar di halaman paling akhir dari “Tujuh Rahasia”, simbol gunung bersama dengan garis bantu, juga dalam bentuk simbol, instruksi untuk mencapai titik tertinggi.
Gunung Bromo menjadi seperti “pusat spiritual” kateda.
Salah seorang murid Indonesia menyebutkan bahwa kateda berasal dari “karate tenaga dalam” dan sesuai yang digunakan oleh organisasi Kateda.
Setelah Tagashi Meninggal
Pada 1976, tanggal 22 Januari, Tagashi meninggal pada usia 89 tahun. Ia kemudian dikremasi di kawah Bromo bersama manuskrip asli, sesuai dengan permintaaan terakhirnya.
Tagashi juga meminta siapapun yang baru menjadi grand master kateda harus memprioritaskan perdamaian di atas semua pengetahuan yang dicapai melalui kateda.