Kisah Militer RI
KOPASKA TNI AL RI Pernah Melakukan Misi Bunuh Diri, Ini Yang Digunakan
Komando Pasukan Katak atau Kopaska, adalah pasukan elite pilihan milik angkatan laut Republik Indonesia. Pasukan khusus ini dibentuk pada 31 Maret 19
Dari mekanisme kerjanya, torpedo dibawa menggunakan sebuah speedboat kecil yang digerakan motor tempel 100TK.
Speedboat itu sendiri dikemudikan oleh seorang pilot yang akan mengarahkan dan membenturkan torpedo pada kapal musuh.
Sesaat sebelum torpedo membentur kapal musuh, pilot harus melompat menggunakan kursi pelontar yang sistemnya mirip kursi lontar jet tempur.
Mayor Urip yang belum pernah dilibatkan dalam operasi torpedo manusia dan juga tak pernah diberi petunjuk pemakaiannya atau cara operasinya, jelas tak bisa menolak perintah karena sedang berada di front terdepan.
Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, diam-diam Mayor Urip melakukan uji coba pada sukarelawan dan speedboatnya.
Ternyata mesin tempel yang terpasang bukan 100 TK melainkan 50 TK.
Kursi lontar yang katanya terpasang ternyata tidak ada sehingga pilot harus melompat sendiri sebelum torpedo meledak.
Tanpa kursi lontar, pilot 'torpedo manusia' ini kemungkinan besar akan tewas akibat kedakan TNI seberat 100 kg.
Namun yang membuat Mayor Urip geleng-geleng adalah mekanisme detonasi yang tidak berfungsi sama sekali.
Hal ini terbukti ketika dilaksanakan tes dengan menerjangkan torpedo TNT 100 kg tanpa manusia dalam kecepatan 25 knot ke salah satu tebing karang yang lokasinya berada di teluk yang sunyi.
Ternyata torpedo yang diterjangkan sama sekali tidak meledak.
Tapi torpedo tersebut berhasil meledak setelah menggunakan keterampilan khusus dan perangkat demolisi.
Ketika Mayor Urip melaporkan hasil uji cobanya ke Panglima ATA-17, Komodor Sudomo ternyata tidak keluar komentar apa pun.
Yang pasti Mayor Urip lega, karena jika Operasi Jayawijaya jadi digelar dan torpedo-torpedo manusia itu digunakan, bisa dipastikan tidak ada satu pun sukarelawan yang selamat.
Sejarah Senjata 'Torpedo Manusia'