Seputar TNI
KISAH TNI Baku Tembak dengan KKB Papua, Sebelum Menyerang Komandan Mimpi Lumpur dan Pohon Besar
Dimana dituliskan jika komandan kompi TNI AD bermimpi aneh sebelum menggempur KKB Papua ini. Komandan TNI itu bernama bernama Agus Rohman
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah TNI baku tembak dengan KKB Papua, sebelum menyerang komandan mimpi lumpur dan pohon besar.
Kisah ini dilansir dari buku 328 Para Battalion, The Untold Stories Of Indonesian Legendary Paratroopers terbitan Elex Media Komputindo.
Dimana dituliskan jika komandan kompi TNI AD bermimpi aneh sebelum menggempur KKB Papua ini.
Komandan TNI itu bernama bernama Agus Rohman yang merupakan Komandan Kompi C Yonif L-330.
Saat itu Agus Rohman beserta 125 prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 ditugaskan dalam operasi pembebasan para peneliti Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera oleh KKB Papua di tahun 1996 silam.
Terkait penyanderaan Tim Lorentz ’96 dan bagaimana mereka diselamatkan, kisah ini juga pernah diulas secara khusus oleh majalah Intisari.
Penelitian tim Ekspedisi Lorentz 95 dilakukan antara bulan November 1995 dan Januari 1996.
BERITA TERPOPULER:
Baca: Aniaya Anggota Polisi Saat Mengantar Jenazah, Pria Ini Tak Berkutik Ditangkap Tim Paniki di Kamarnya
Baca: 5 Pemicu Penyakit Kanker Paru-paru yang Renggut Nyawa Mantan Bupati Ichsan Yasin Limpo
Baca: Sebelum Gempur KKB Papua, Komandan TNI AD Bermimpi Aneh, Maknanya Kematian
Tidak ada gangguan berarti yang dialami tim selama menjalankan misinya.
Tim ekpedisi ini juga sudah tahu jika di sana terdapat KKB Papua yang didalangi oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik
Tanggal 8 Januari menjelang hari-hari kepulangan ke Jakarta, mereka berkumpul di rumah kayu milik Pendeta Adriaan van der Bijl asal Belanda yang sudah menetap di sana sejak tahun 1963.
Hari itu sang pemilik rumah sedang pergi, berkeliling ke daerah Mbua dan ALama untuk menyusun kegiatan misionaris bersama istrinya.
Tiba-tiba, datanglah sekelompok suku setempat berjumlah puluhan orang berpakaian perang, lengkap dengan tombak.
Tak hanya itu, salah satu dari mereka, diduga sebagai komandan, membawa senapan laras panjang M-16 yang diacung-acungkan dan sesekali ditembakkan ke udara.
Mereka lalu mendobrak mendobrak pintu yang dikunci, memaksa masuk, menyerang, menyandera tim, dan akhirnya membawa seluruh tim peneliti ke hutan pedalaman.
KABAR SELEBRTIS TRIBUN MANADO:
Baca: Penampakan Wajah Semasa SMA Ahmad Dhani di Instagram, Bak Kembarannya Dul Jaelani
Baca: Inilah Sosok Pembenci Ahok BTP usai Ceraikan Veronica Tan hingga Menikah Lagi dengan Polwan PND
Baca: Bilqis Putri Semata Wayang Ayu Ting Ting Punya Kartu Identitas Anak, Nama Ayahnya Bukan Enji!
Berita penyanderaan Tim Lorentz mulai beredar di media massa dan menjadi berita besar hingga ke Jakarta bahkan dunia.
Pemerintah Indonesia segera meminta ABRI (TNI) melakukan penyelamatan.
Saat itulah Agus Rohman beserta 125 prajurit Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 juga ikut dalam misi penyelamatan
Ketika berada di Kenyam, Agus Rohman tiba-tiba saja bermimpi mendapat mimpi aneh.
"Ketika saya sedang melaksanakan patroli dengan berpakaian PDLT lengkap di sebuah rawa yang sulit dilewati, dengan berlumurkan lumpur saat itu karena kelelahan saya beristirahat sambil bersandar di antara batang pohon besar yang telah tumbang. Ketika itu saya didatangi oleh para Jenderal melewati batang pohon besar yang tumbang tadi," tulis Agus dalam buku itu.
Mendapati mimpi semacam itu, Agus Rohman pun penasaran dengan makna di balik mimpinya itu.
"Dari mimpi itu saya mencoba menanyakan kepada Wadantim Sertu Tukiyo, agar menjabarkan apa kira-kira isi dari mimpi saya. Dia menyampaikan bahwa, penjabaran dia makna dari berlumuran lumpur menggambarkan makna tanah kuburan, pohon besar menggambarkan tepat pemakaman dan didatangi oleh para Jenderal menunjukkan suatu hal yang wajar apabila Perwira meninggal didatangi Pemimpin/ Komandannya," ungkap Agus Rohman.
Mendapati mimpi soal kematian itu, Agus Rohman pun mengaku mendekatkan diri pada Tuhan.
"Dengan adanya firasat melalui mimpi, maka pendekatan diri kepada Tuhan lebih besar dan khusyuk dengan selalu bertawakal dan berserah diri kepada-Nya seolah-olah kematian sudah dekat," tulis Agus Rohman.
Meski demikian, Agus Rohman tetap melanjutkan tugasnya dalam operasi pembebasan itu.
Akhirnya, pada tanggal 13 Mei 1996 Agus diperintahkan oleh Komandan Satgas memimpin tim yang berkekuatan 25 orang untuk menggempur KKB Papua dan membebaskan para sandera.
Mereka harus melewati medan yang berat, karena hutan di Papua saat itu masih lebat.
Kontak senjata baru terjadi pada tiga hari kemudian.
Saat itu, mereka menembus semak belukar pada pukul 17.30 WIT.
Meski terjadi kontak senjata, namun para prajurit TNI AD berhati-hati karena tugas utama mereka adalah membebaskan sandera.
KKB Papua berhasil didesak dan kabur, TNI AD pun berhasil membebaskan sembilan orang sandera.
Sedangkan, dua orang meninggal dunia.
Mereka adalah Navy Panekenan dan Yosiyas Mathias Lasamahu yang meninggal dunia setelah dibacok oleh KKB Papua.
Sedangkan, dari pihak OPM berdasarkan keterangan dari TNI, yang meninggal dunia berjumlah delapan orang, dan dua orang ditahan.
Akhirnya, pada hari keempat, tepatnya pada tanggal 16 Mei 1996, seluruh sandera, dan dua jenazah dievakuasi ke Timika.
Kopassus Selamatkan Ratusan Warga yang Disandera KKB
Aksi KKB Papua melakukan penyanderaan terjadi lagi tahun 2017 silam, bahkan saat itu ada ratusan warga yang jadi korban
Namun, TNI segera menurunkan tim kopassus dan kostrad untuk misi penyelamatan
Operasi senyap Kopassus dan Tim Intai Kostrad menuai kesuksesan saat misi pembebasan ratusan warga yang disandera Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Banti, Kimbeli dan area longsoran Distrik Tembagapura, Papua pada Jumat (17/11/2017)
Dilansir dari Kompas.com, sebanyak 13 personel Kopassus dan 10 personel Kostrad sudah mengintai lokasi para KKB sejak lima hari lalu.
Tim Kopassus dan Tim Intai Kostrad memantau pergerakan para KKB yang membaur dengan warga sipil.
Kepala Penerangan Daerah Militer XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi di Timika, Sabtu (18/11/2017), mengakui upaya pembebasan 344 warga sipil terisolasi itu penuh risiko lantaran KKB terus menghujani aparat dan warga dengan tembakan dari jarak jauh.
Aidi menjelaskan kronologi misi pembebasan 344 warga.
Warga yang diisolasi oleh kelompok kriminal bersenjata dievakuasi dari Kampung Kimberly, Kampung Banti, menuju Tembagapura, dengan pengawalan ketat personel TNI dan Polri pada Jumat (17/11/2017) sekitar pukul 11.00 WIT. (Humas Polda Papua)
Dia menyebutkan, pasukan TNI sudah bergerak ke lokasi sasaran sejak lima hari sebelumnya.
Mereka terdiri dari Kopassus 13 personel, 20 personel dari Batalyon 751/Rider, dengan tugas khusus merebut Kampung Kimbeli dari KKB.
Selain itu, Peleton Intai Tempur Kostrad bersama Batalyon Infanteri 754/Eme Neme Kangasi. Tugasnya adalah merebut Kampung Banti.
"Mereka bergerak dengan sangat senyap, sangat rahasia pada malam hari. Lalu pada siang hari mereka mengendap, membeku. Sambil mempelajari situasi secara perlahan sekali mereka sampai di titik sasaran," ujar Aidi.
Aidi menuturkan, satu hari sebelum jam yang disepakati untuk menyerbu, pasukan sebenarnya sudah berada di lokasi masing-masing dan siap untuk menyerbu.
"Selama satu hari itu mereka tidak makan," ucap Aidi.
Rencana menyerbu KKB yang berada di Banti dan Kimbeli pada Kamis (16/11/2017) urung dilakukan mengingat saat itu kelompok separatis sudah membaur dengan masyarakat.
"Saat itu anggota sudah meminta izin kepada Pangdam untuk segera mengatasi KKB karena jarak mereka hanya sekitar 30-50 meter dan ada anggota KKB yang menenteng senjata api," kata Aidi.
Namun Pangdam Cenderawasih memberikan petunjuk bahwa jika KKB masih membaur dengan masyarakat sipil, maka tidak boleh ada tindakan karena operasi penumpasan KKB Tembagapura itu lebih mengutamakan keselamatan warga sipil.
Lalu, Jumat pagi kemarin, sejumlah pentolan KKB yang baru bangun bergerak ke pos-pos di wilayah ketinggian yang sudah mereka dirikan.

Di pos-pos itu sejumlah bendera kelompok separatis Papua merdeka berkibar di sana.
Saat itulah, pasukan TNI serentak menyerbu Kampung Kimbeli dan Banti. Kelompok separatis bersenjata itu kocar-kacir menyelamatkan diri ke dalam hutan dan ke area ketinggian sambil menyerang aparat dengan tembakan bertubi-tubi.
Saat penyerbuan itu dilakukan, jarak pandang di lokasi itu hanya sekitar tiga hingga lima meter karena masih berkabut tebal.
Setelah KKB lari kocar-kacir meninggalkan kedua kampung itu, aparat gabungan TNI dan Polri lain bergegas menuju dua kampung itu untuk membebaskan ratusan warga yang disandera.
Aidi mengatakan saat proses evakuasi warga masih berlangsung, kontak tembak antara aparat TNI-Brimob dengan KKB masih terus berlangsung dalam kurun waktu kurang dari dua jam.
"Kami belum bisa memastikan apakah dari pihak mereka ada korban atau tidak," kata Aidi.
#KISAH TNI Baku Tembak dengan KKB Papua, Sebelum Menyerang Komandan Mimpi Lumpur dan Pohon Besar
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUN MANADO:
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Komandan TNI AD Mimpi Aneh Sebelum Gempur KKB Papua, Bermakna Kematian tapi Endingnya Misi Sukses