Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gunung Meletus

Sejarah Meletusnya Gunung Tangkubanparahu, Erupsi Terakhir 2013, Kini Meletus Lagi 

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 38 milimeter dan durasi ± 5 menit 30 detik.

Editor: Aldi Ponge
Istimewa
Gunung Takubanparahu erupsi Jumat (26/7/2019). 

11. Tahun 1967: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu
12. Tahun 1969: Letusan freatik didahului letusan lemah yang menghasilkan abu
13. Tahun 1971: Letusan freatik
14. Tahun 1983: Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas Kawah Ratu.
15. Tahun 1992: Peningkatan kegiatan kuat dengan gempa seismik dangkal dan letusan freatik kecil
16. Tahun 1994: Letusan freatik di kawah baru
17. Tahun 1999: Peningkatan aktivitas
18. Tahun 2002: Peningkatan aktivitas
19. Tahun 2005: Peningkatan aktivitas
20. Tahun 2013: Beberapa kali terjadi peningkatan aktivitas (Februari, Maret, Oktober). Sejarah baru terjadi dengan 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari (5-10 Oktober 2013)

Setelah terakhir kali, Gunung Tangkubanparahu meletus di tahun 2013, dengan terjadinya beberapa kali peningkatan aktivitas, yakni pada Februari, Maret, dan Oktober.

Saat itu, terjadi sebanyak 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari.

Kini, pada Jumat (26/7/2019), Gunung Tangkubanparahu kembali keluarkan asap abu yang membumbung tinggi setinggi 200 meter di atas puncak. Seluruh warga sekitar dan juga pedagang pun diimbau untuk waspada atas kejadian ini.

Sebelumnya pun, empat hari lalu, aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu di Kabupaten Bandung Barat kembali meningkat.

Hal itu berdasarkan pengamatan visual Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Senin (22/7/2019).

Dari hasil rekaman seismograf PVMBG, terpantau sudah terjadi 425 kali gempa.

Hembusan dan Asap kawah utama bertekanan lemah hingga sedang teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal

Selain itu sudah terjadi dua kali gempa Tremor Harmonik, tiga kali gempa frekuensi rendah, tiga kali gempa vulkanik dalam, dan tiga kali gempa tektonik jauh.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi pada Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan.

Saat ini PVMBG masih mengevaluasi data lengkapnya.

"Intinya masih dievaluasi karena aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih didominasi gempa hembusan yang berfluktuasi dan masih kami evaluasi data lengkapnya," ujarnya saat dikonfirmasi Tribun melalui pesan singkat.

Namun secara umum, kata dia, variasi gempa hembusan berfluktuasi ini pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Hal tersebut akibat efek perubahan muka air tanah akibat perubahan musim.

Atas hal tersebut, pihaknya mengimbau agar warga atau pengunjung wisata Tangkubanparahu tidak mendekati Kawah Ratu dan Kawah Upas karena adanya gas-gas vulkanik yang berbahaya bagi manusia.

Sumber: Tribun Cirebon
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved