Pilpres 2019
Prabowo-Sandi Kalah, Rocky Gerung Sebut Tidak Cocok Sejak Awal, Tabungan untuk 2024
Rocky Gerung menyebut kalau sejak awal chemistry antara Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto dipaksakan, sebab tak ada kecocokan antara keduanya
"Kan awalnya kan dua belah pihak ini yaitu Prabowo dan Jokowi ingin berpolitik dengan taruhan yang luar biasa tinggi secara moral dan value, di ujung selesaikan di gerbong doang, ya recehan kan, orang beli tiket di gerbong lalu ngobrol di kereta, lalu kasih kesan kepada publik sudah berdamai," ungkapnya.
Kabar Artis dan Tokoh:
> Kelelahan Setelah Syuting Bareng, Gempi Bersandar di Bahu Rafathar, Reaksi Rafathar Bikin Baper
> Ganti Rugi Rp 30 Miliar Tak Juga Dibayar, Fahri Hamzah Ajukan Sita Paksa
> Nunung Menyesal dan Masih Berharap Kerja di Net TV: Saya Minta Maaf Sudah Bikin Malu
Sementara dalam pertemuan tersebut, kata Rocky Gerung, tidak ada kejelasan yang pasti.
"Tapi publik tagih damainya apa? Kan gak ada pengentalan isu, sampai sekrang orang masih berandai-andai itu, siapa Semar dan siapa Togok," katanya.
Bahkan Rocky Gerung menyebut kalau hal itu mirip dengan politik tukang sate.
"Ini sebetulnya politik tukang sate, dikipas-kipas tapi nggak dibagi, cuma mereka berdua yang nikmatin satenya, yang lain kebagian aromanya saja," jelasnya.
Meski begitu, ia memberi pesan kepada pendukung kedua kubu untuk tetap kembali ke akal sehat meski merasa kecewa.
"Boleh kecewa, tapi kita pulihkan kembali akan sehat kita bahwa pengalaman buruk ini hanya pengalaman buruk, nggak usah ditangisi, dan orang memang musti telan pil pahit supaya tubuhnya makin sehat," tutupnya.
Tak hanya itu, Rocky Gerung juga mengomentari sikap Prabowo yang saat ini lebih ke dealership daripada leadership.
"Itu artinya, kita lagi pindah dari politik leadership ke dealership, jadi orang marah kenapa pemimpin yang tadinya leader kok jadi berkualitas dealer gitu," ujarnya.
"Ini saya bisa pahami, karena pada waktu kampanye, orang melihat sosok Prabowo terutama, adalah orang yang ingin mengedepankan politik bernilai, atau value dalam politik, dan terutama emak-emak menganggap itu adalah representasi dari hati nurani. Jadi kalau urusan hati nurani itu hitam atau putih, gak ada itu naik gerbong terus tinggalin penonton di belakang layar, kan gitu persoalannya," tambahnya.
Meski begitu, menurutnya, saat ini Prabowo sedang memperlihatkan bahwa dirinya tidak seperti yang dianggap para pendukung.
seperti itu atau tidak.
"Buat die hard itu to be or not to be, karena mereka itu meraka tetap menganggap bahwa mereka disakiti, karena disakiti, Pak Prabowo pasti tahu itu, lalu dia cicil psikologinya itu, dengan memperlihatkan bahwa kami nggak begitu, kami akan begini-begini. Tapi itu kan diuji oleh waktu," jelasnya.
Subscribe Youtube Tribun Manado: