Berita Heboh
Serang 3 Anggota TNI dan 2 Personel Polri yang Bertugas, Kelompok SMB Ternyata Pendatang
3 Anggota TNI dan 2 Personel Polri serta sejumlah warga diserang Kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SMB)
TRIBUNMANADO.CO.ID - 3 Anggota TNI dan 2 Personel Polri serta sejumlah warga diserang Kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SMB) di Kantor Distrik VIII PT WKS.
Kelompok dipimpin Muslim ini beranggotakan 70 orang menyerang dan melakukan perusakan fasilitas.
Mereka juga melakukan penjarahan dan penganiayaan terhadap beberapa karyawan perusahaan tersebut.
Belum diketahui jumlah kerugian dan jumlah korban luka-luka, karena para karyawan perusahaan masih bertahan di dalam kawasan perusahaan.
Kelompok Muslim Cs diduga membawa sekitar 50 pucuk senpi rakitan dan membawa senjata tajam jenis golok. Mereka menuntut untuk mengosongkan Kantor Distrik VIII PT WKS.
Dari infromasi yang dikumpulkan, dikabarkan bahwa polisi dari Brigade Mobile (Brimob) Polda Jambi dan TNI sekira 24 personel telah berada di lokasi untuk melakukan pengamanan.
Selain itu puluhan personel dari Mapolres Batanghari juga dikerahkan menuju lokasi.
Kabag Ops Polres Batanghari, Kompol Ahmad Bastari Yusuf, saat dikonfirmasi membenarkan hal ini. Anggotanya menuju lokasi untuk melakukan pengecekan.
"Kami dikirim hanya untuk melakukan pengecekan lokasi. Tapi untuk pengamanan tetap Polres Tanjab Barat," jelasnya.
Informasi yang dihimpun, penyerangan tersebut disertai aksi pembakaran lahan seluas 10 hektar. Dilaporkan sejumlah korban luka-luka.
Termasuk tiga anggota TNI dan dua orang polisi yang tergabung dalam Satgas Karhutla yang harus mendapat perawatan medis.
Kepala desa ( Kades) Sengkati Baru, Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, Jambi, Herdianto mengatakan, kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SMB) sering melakukan penyerangan ke berbagai pihak termasuk dirinya.
Bahkan Hardianto menyebut jika SBM seperti Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Baca: Begini Ekspresi Pebulutangkis Tercantik di Dunia usai Menderita Kekalahan
Baca: Selama 27 Tahun Hidup dan Menyendiri di Hutan, Pria Ini Ngaku Sudah 1.000 Kali Lakukan Ini
Baca: Breaking News - Pasutri di Bolsel Hanyut Terseret Arus Sungai, 1 Korban Ditemukan Tak Bernyawa
Baca: Curhat Wali Kota Tangerang soal Menkumham Yassona Laoly
Baca: Hasil Undian Kualifikasi Piala Dunia 2022: Indonesia di Grup Neraka
Baca: Jokowi Kans Pertahankan 9 Menteri Ini di Kabinet Selanjutnya, Ini Sosoknya
Baca: VIRAL, Sindir Imbauan Garuda Indonesia, Kaesang Pangarep Pasang Foto dengan Jokowi di Pesawat
Baca: Keluarkan Vlog Baru, Ahok Sebut Namanya Lebih Ngetop Saat di Penjara: Betul Gak?
Baca: 4 Oknum Polisi dan Wartawan Ditangkap Polisi, Diduga Mau 86 Kasus Narkoba
Herdianto meminta kepada aparat kepolisian untuk mengusut tuntas dan menangkap pelaku penganiayaan yang dilakukan kelompok SMB terhadap dirinya.
"Yang saya sayangkan lambatnya proses hukum yang ditangani Polres Batanghari dalam kasus yang menimpa saya," kata Herdianto, di Jambi, Rabu (18/7/2019).
Setelah mendapatkan penganiayaan, ia langsung lapor ke Polres namun hingga sekarang para pelaku penganiayaan yang menggunakan senjata api rakitan itu belum ditangkap.
"Saya hampir mati untung masih dilindungi dan saat aksi itu mereka membawa senjata api rakitan atau kecepek dengan jumlah massa mencapai ratusan orang dengan membawa berbagai senjata ada bambu runcing," kata Herdianto.
Ia bercerita penyerangan terjadi lebih kurang sepekan lalu saat dirinya dan masyarakat akan melakukan pengecekan lahan koperasi yang harus ditanami.
"Waktu itu kita bawa truk mau ke lokasi lahan yang diberi menteri untuk dikelola oleh koperasi desa yang berbatasan dengan distrik VIII WKS," kata Herdianto.
Belum sampai lokasi masih di pertengahan jalan, pihaknya dihadang massa SMB dengan bersenjata lengkap. Mereka yang tidak memiliki senjata memilihkabur , bahkan mobil truk milik warga juga sempat ditembaki SMB.
Ia mengatakan, jangankan masyarakat biasa, Babinkamtibmas dan Babinsa tidak diperbolehkan masuk ke area wilayah yang diduduki SMB .
"Mereka (polisi) tidak berani apalagi kita," ungkapnya.
Saat ini, kawasan lahan yang diduduki SMB mencekam apalagi saat malam hari. Warga yang tinggal di kawasan SMB seperti desa mati karena penghuninya tidka berani keluar karena ketakutan
Secara terpisah, Danrem 042/Garuda Putih, Kolonel Arh Elphis Rudy meminta penegakan hukum atas kejadian ini.
"Kejadian ini mengakibatkan dua personel saya kena pukul dan intimidasi," kata Kolonel Arh Elphis Rudy, Sabtu (13/7/2019).
Ia meminta hukum ditegakkan sesuati aturan berlaku terkait adanya intimidasi yang dilakukan kelompok tersebut.
"Saya tidak terima ini harus ada penegakan hukum," tambahnya.
Kolonel Arh Elphis Rudy menegaskan dirinya mempermasalahkan adanya pembakaran 10 hektar tersebut.
"Yang saya soroti itu adanya pembakaran itu, dan datangnya petugas ini atas perintah saya untuk memadamkan api. Tapi mereka langsung dikeroyok," tegasnya.
Selain itu, dirinya juga telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian Polda Jambi untuk dilakukan pengamanan di Distrik VIII tempat terjadinya kebakaran.
Dia berharap kepada kepolisian untuk serius menangani persoalan SMB ini sebab semakin merajalela perbuatannya dan terakhir melakukan penyanderaan terhadap tim terpadu termasuk tiga anggota TNI, Polisi dan Damkar.
Kelompok SMB yang dipimpin Muslim merupakan warga pendatang dari berbagai daerah baik dari Provinsi Jambi dan dari luar provinsi seperti dari Lampung, Medan, Tebo dan Pelembang.