Seperlima Kredit Fintech Wajib ke Sektor Produktif
Minat financial technology (fintech) lending beroperasi di negeri ini terbilang tinggi. Sedikitnya ada 106 fintech yang hingga kini
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
PT Mitrabara Adiperdana Tbk mencatatkan produksi sekitar 2 juta ton batubara selama Januari hingga Juni 2019. Pencapaian tersebut separuh dari target produksi sepanjang tahun 2019 yang mencapai 4 juta ton.
Meskipun proses produksi terlihat lancar, Mitrabara mewaspadai risiko tren penurunan harga batubara. "Maka kami masih fokus untuk memproduksi batubara serta menjalankan program efisiensi biaya produksi untuk menghadapi pelemahan harga batubara," ujar Chandra Lautan, Sekretaris PT Mitrabara Adiperdana Tbk kepada KONTAN, Sabtu (13/7).
Asal tahu, Mitrabara memproduksi batubara berkualitas tinggi dengan kandungan abu dan sulfur rendah yakni kalori 5.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg), 5.200 kkal/kg, 5.400 kkal/kg dan 5.700 kkal/kg. Perusahaan berkode saham MBAP di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut memasarkan batubara ke pasar domestik dan ekspor.
Pasar ekspor MBAP meliputi India, China, Filipina, Korea Selatan, Taiwan, Jepang, Selandia Baru, Pakistan dan Sri Langka. Untuk pasar domestik, mereka mengikat kontrak pasokan batubara dengan PT Paiton Energy.
Dalam catatan KONTAN, tahun ini MBAP membidik kenaikan penjualan 15%–20% year on year (yoy). Tahun lalu penjualan mereka turun 0,17% yoy menjadi US$ 258,14 juta. Sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih turun 1421% yoy menjadi US$ 50,31 juta.
Penurunan kinerja berlanjut di kuartal I-2019. Penjualan turun 13,77% yoy menjadi US$ 65,42 juta sedangkan laba bersih turun sekitar 3,5 kali lipat menjadi US$ 6,07 juta.
Bank Kelas Menangah Mencari Modal Segar
Sejumlah Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III tengah menyiapkan aksi korporasi tahun ini. Bentuk rencana itu mulai melepas saham baru (rights issue) hingga melepas unit usaha syariah (UUS).
PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) sedang menyiapkan rights issue yang akan digelar pada akhir kuartal III-2019. Dari penerbitan saham baru itu, Bank Mayapada menargetkan penghimpunan dana hingga Rp 1 triliun. Presiden Direktur Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi mengatakan, perolehan dana dari rights issue akan digunakan untuk menambah modal. “Saham baru akan dieksekusi pemegang saham pengendali,” ujar dia, Minggu (14/7).
Baca: Kota Manado di Mata Warga, Masih Banyak yang Perlu Dibenahi hingga Ucapan Terima Kasih dari Nelayan
Penambahan modal ini dilakukan salah satunya karena laba Bank Mayapada tergerus pada akhir tahun lalu menjadi Rp 579,09 miliar, turun 54,52% year on year (YoY) dari Rp 894,84 miliar.
Satu lagi BUKU III yang tengah mempersiapkan rights issue adalah PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) setelah batal merilis obligasi subordinasi. “Obligasi secara jangka panjang belum bagus sekarang. Makanya kami inisiatif rights issue,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo.
Bank Bukopin berniat melepas sahamnya hingga 30% dengan target pengumpulan dana mencapai Rp 2 triliun. Dana yang terhimpun untuk digunakan untuk ekspansi kredit, khususnya ke segmen ritel. Sisanya akan disuntikkan ke entitas anak, yaitu
PT Bank Syariah Bukopin, dan Bukopin Finance.
Bukopin juga berniat merilis surat utang melalui skema efek beragun aset (EBA) dengan menargetkan dapat menghimpun dana hingga Rp 2 triliun.
Ada pula rencana Bukopin lainnya melepas 40% kepemilikan saham entitas anak PT Bank Syariah Bukopin. Santer kabar, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berminat mengeksekusi untuk kemudian menggabungkannya dengan unit usaha syariah (UUS) BTN Syariah. Sayang, Eko bilang rencana tersebut batal. Direktur Utama BTN Maryono bilang, BTN saat ini juga masih mencari alternatif untuk melepas BTN Syariah. (Anggar Septiadi/Maizal Walfajri/Ika Puspitasari)