Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kopassus RI

KISAH 300 Prajurit Kopassus Habisi Ribuan Pemberontak Asing, di Lembah Mematikan & Tak Bertuan

30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju lembah mematikan, disebut 'no man's land' atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.

Editor: Frandi Piring
Tribunnews
Kisah 30 Prajurit Kopassus (RPKAD) bertempur melawan Pemberontak Kongo 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Konflik yang melanda negara Kongo pada tahun 1960-an menjadi saksi bisu kehebatan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Para prajurit Korps Baret Merah itu punya andil besar menaklukkan ribuan pemberontak Kongo.

Kisah ini pun menjadi dianggap fenomenal karena prajurit Kopassus cuma berjumlah 300 orang, sedangkan pemberontak Kongo paling sedikit 2.000 orang.

Momen itu pun menunjukkan kecerdikan prajurit Kopassus merancang strategi di medan pertempuran.

Sekaligus mengharumkan nama militer Indonesia di mata internasional.

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Dari RPKAD ke Kopassus, Ini Perjalanan Pasukan Baret Merah TNI AD', Kopassus saat itu jadi bagian dari Kontingen Garuda III di Kongo 1962-1963.  

Kala itu, Kongo tengah dilanda konflik mencekam akibat adanya pemberontak.  

Suatu ketika markas pasukan Garuda III diserang para pemberontak yang merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.

Sedikitnya 2.000 pemberontak menyerang secara tiba-tiba markas Garuda III yang hanya dihuni 300 orang.

Kisah Kopassus (RPKAD) tempur melawan Pemberontak Kongo - Ilustrasi
Kisah Kopassus (RPKAD) tempur melawan Pemberontak Kongo - Ilustrasi (Net)

Baku tembak yang cukup sengit membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.

Menjelang subuh, para pemberontak pun menghentikan serangannya.

Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam.

Sekitar 30 anggota Kopassus diturunkan menjadi tim paling depan.

Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju lembah mematikan, disebut 'no man's land' atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.

Prajurit Baret Merah tersebut menyamar menjadi warga Kongo dengan membawa bakul sayuran, kambing, dan sapi.

Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan sambil beristirahat di tepi danau.

Strategi cerdik Kopassus pun dilakukan tanpa diawali gempuran bom.  

Tepat pukul 12 malam, mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.  

Kain putih itu pun melayang-layang terterpa angin malam.

Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.

Mereka sengaja menyamar menjadi hantu untuk menundukkan pasukan pemberontak itu.

Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.

Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.

Kopassus
Kopassus ()

Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.

Dalam waktu 30 menit saja, markas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah tanpa adanya baku tembak.

Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya dengan strategi cerdik prajurit Kopassus itu.  

Kehebatan prajurit Kopassus di kancah internasional juga sempat dikisahkan saat KTT ASEAN ke-13 tahun 1987.   

Saat itu pemerintah Indonesia mengirimkan pasukan TNI untuk turut mengamankan konferensi tersebut, bahkan Kopassus sampai menyamar sebagai paspampres Filipina.  

Follow Akun Facebook Tribun Manado:

Baca: Sosok Srikandi Ini Dapat Restu Jokowi dan DPR untuk Jabat Deputi Gubernur BI

Baca: Upaya Banding Ditolak Pengadilan, LM Entertainment Bakal Ajukan Kasasi Melawan Kang Daniel

Baca: Politisi Gerindra Tantang Elite PKB Antar Rizieq Shihab ke Bandara, Miftah: Saya Siapkan Rp110 Juta

Sepanjang tahun 1980-1987an negara Filipina tengah dirundung konflik hebat

Saat itu, banyak kudeta dan pemberontak separatis yang mengancam pemerintahan Filipina

Masih di tahun yang sama, Filipina malah kena giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3

Itu artinya, para pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.

Namun, keadaan keamanan Filipina yang masih rawan tak menentu membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan.

Dilansir dari buku 'Jejak Langkah Pak Harto : 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988', Indonesia sebagai salah satu 'tetua' ASEAN kemudian mengambil inisiatif.

Presiden Soeharto yang kala itu masih memimpin, kemudian memerintahkan Jenderal LB Moerdani untuk mengamankan jalannya KTT ASEAN ke-3 di Filipina.

TNI bersiap melaksanakan arahan Soeharto, mereka kemudian membentuk Gugus Tugas pengamanan KTT ASEAN dengan melibatkan semua matra laut, udara dan darat.

Maka, bertolaklah gugus tugas TNI ke Filipina, dari TNI AL dikerahkan fregat KRI Zakarias Yohannes-332 dan KRI Sorong-911.

Marinir juga tak mau ketinggalan, dua batalyon disiagakan di Teluk Manila dan siap siaga melancarkan operasi pendaratan amfibi memasuki Manila jika diperintahkan.

Dari TNI AU disiagakan jet tempur A-4 Skyhawk bermuatan bom Mk.82 untuk berjaga-jaga membom para pengacau jika menganggu jalannya KTT.

TNI AU mempersiapkan pula ambulans udara dadakan dalam pesawat angkut C-130 Hercules untuk pertolongan medis sewaktu-waktu.

Dari TNI AD, satu tim dari Kopassus tiba di Filipina dua pekan sebelum KTT berlangsung.

Tim Kopassus itu awalnya bertugas melatih para pengawal presiden (Paspampres) Filipina.

Setelah menjalani pelatihan singkat, performa dan kemampuan para pengawal presiden Filipina dinilai kurang mumpuni.

Mau tak mau tim Kopassus malah diterjunkan langsung untuk memberikan pengawalan ketat kepada presiden Filipina, Corazon Aquino.

Akhirnya, tim Kopassus ini menyamar menjadi Paspampres Filipina dengan mengenakan pakaian tradisional Barong Tagalog.

Selain itu tim Kopassus ini ditugaskan pula menjaga para pemimpin ASEAN lainnya di hotel mereka menginap.

Bukan hanya militer Indonesia saja yang mengirim pasukannya untuk suksesnya KTT.

Kopassus
Kopassus ()

Angkatan perang Singapura dan negara ASEAN lainnya juga mengirimkan kekuatan militernya namun tetap komando teratas dipegang oleh TNI.

Ketatnya pengamanan KTT ASEAN ke-13 Filipina membuat para pemimpin anggota ASEAN lainnya berbuah pikiran, mereka kemudian memastikan bakal hadir dalam KTT.

KTT ASEAN ke-13 Filipina kemudian berjalan sukses dan lancar tanpa kendala, berkat pengamanan yang dilakukan TNI beserta angkatan perang negara lainnya.

Hal ini juga menunjukkan dukungan Indonesia kepada Corazon sebagai presiden resmi Filipina dari bayang-bayang ancaman kudeta dan pemberontakan. (*)

Baca: Politisi Gerindra Lobi Olly Dondokambey Maju di Pilwako Tomohon 2020

Baca: 5 Alasan Hakim Memvonis Ratna Sarumpaet 2 Tahun Penjara, Timbulkan Keonaran Hingga Malu Karena Oplas

Baca: Tampil Feminin dengan Tema Outfit Serba Pink, Harga Rok Plisket Luna Maya Capai Puluhan Juta Rupiah

FOLLOW INSTAGRAM TRIBUN MANADO

SUBCRIBE TRIBUN MANADO TV

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul: Kisah 30 Prajurit Kopassus Taklukkan Ribuan Pemberontak Kongo, Susuri Lembah Tak Bertuan

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved