Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Indonesia

Kisah Menyayat Hati Danjen Kopassus RI Pertama Idjon Djanbi, Dilengserkan & Pergi Tanpa Penghormatan

Komandan Kopassus pertama, Idjon Djanbi, punya pengalaman tak mengenakan jelang akhir kariernya.

Editor: Frandi Piring
Tribunnews
Idjon Djanbi - Ilustrasi Prajurit Kopassus 

Pelatihan dan pelajaran yang diperoleh antara lain berkelahi dan membunuh tanpa senjata, membunuh pengawal, penembakan tersembunyi, perkelahian tangan kosong, berkelahi dan membunuh tanpa senjata api.

Sedangkan baret merah diperoleh melalui pendidikan komando di Special Air Service (SAS), pasukan komando Kerajaan Inggris yang sangat legendaris.

Selain itu, Idjon juga mengantongi lisensi penerbang PPL-I dan PPL-II. Dan juga menjalani pendidikan spesialisasi Bren, pertempuran hutan, dan belajar bahasa Jepang.

Idjon kemudian mengikuti Sekolah Perwira karena dianggap berprestasi. Lalu ia bergabung dengan Koninklij Leger untuk memukul Jepang di Indonesia, meski Jepang keburu mundur dari Indonesia sebelum pasukan Idjon sempat dikirim.

Setelah beberapa saat tinggal di Indonesia, ternyata Idjon menyukai hidup di Indonesia.

Ia sempat pulang ke Inggris menemui keluarganya dan meminta istrinya, perempuan Inggris yang dinikahinya semasa PD II serta keempat anaknya, untuk ikut ke Indonesia bersamanya.

Namun, sang istri menolak, sehingga Visser memilih untuk bercerai.

Tahun 1947, Visser kembali ke Indonesia. Ternyata sekolah yang dipimpinnya sudah pindah ke Batujajar, Cimahi, Bandung.

Tidak lama, Idjon dipromosikan menjadi kapten dengan jabatan Pelatih Kepala. Dalam kurun 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak penerjun militer.

Tahun 1949, Idjon memutuskan keluar dari dunia militer dan memilih menetap di Indonesia sebagai warga sipil.

Ia menetap di sebuah lahan pertanian di daerah Lembang, Bandung. Sejak itu, Visser dikenal dengan Mochammad Idjon Djanbi.

Suatu hari di tahun 1951, rumah Idjon Djanbi kedatangan seorang perwira muda.

Si tamu memperkenalkan diri sebagai Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).

Dalam pertemuan itu, Idjon Djanbi diminta sebagai pelatih tunggal untuk melatih komando di pendidikan CIC II (Combat Inteligen Course) Cilendek, Bogor.

Tidak mudah membujuknya, sebab ia sudah hidup tenang di pedesaan sebagai petani bunga. Letda Sugianto tak kurang akal, dirinya sampai harus bermalam dua hari di situ.

Sumber: Tribunnews
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved