Berita Terkini
Beredar Informasi, Perpanjangan Izin Front Pembela Islam Diperpanjang, Kemendagri: Itu Hoaks
Kepala Pusat Penerangan Bahtiar memastikan, perpanjangan izin ormas Front Pembela Islam yang beredar adalah hoaks.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Beredar Isu perpanjangan izin ormas Front Pembela Islam ( FPI), dibantah oleh Kementerian Dalam Negeri
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Bahtiar memastikan, isu dan informasi yang beredar soal itu adalah hoaks.
Bahtiar mengatakan, izin ormas FPI terdaftar dengan Nomor SKT 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014.
“Itu hoaks,” kata Bahtiar, Rabu (10/7/2019) pagi.
Menurutnya masa berlaku SKT FPI terhitung sejak 20 Juni 2014 hingga 20 Juni 2019.
Kemudian, FPI mengajukan perpanjangan SKT dan hingga saat ini masih dalam evaluasi Kementerian Dalam Negeri.

Pernyataan ini disampaikannya menanggapi unggahan di media sosial, salah satunya diunggah akun Instagram @Indonesiawow45, Minggu (7/7/2019).
Unggahan itu menampilkan sosok Mendagri Tjahjo Kumolo dengan sejumlah anggota FPI di belakangnya.
Pada gambar itu terdapat judul “Kemendagri Tolak Perpanjangan Izin FPI-Berita Viral”.
Saat ditelusuri, unggahan Instagram tersebut berasal dari tangkapan layar sebuah video YouTube sebuah akun dengan judul yang sama.
Baca: Angelina Sondakh Nikah Siri Dengan Brotoseno di Penjara, Sang Putri Unggah Fotonya
Baca: Komentari Soal Lelaki Dalam Hidup Luna Maya, Raffi Ahmad : Cowok Biasa Aja Takut Dengar Namanya
Baca: Pria Batal Mudik setelah Tak Bayar Tarif Wanita Malam 1,2 Juta, Teriakan berakhir Pengeroyokan
Meskipun berjudul “Kemendagri Tolak Perpanjangan Izin FPI”, isi dari video berdurasi 2 menit 20 detik itu tidak memuat konten seperti judul yang tertera.
Informasi pada video itu hanya menyebutkan Kemendagri sudah menerima Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI, namun belum ditindaklanjuti.
Tak Disangka Ulama FPI Bantu Polisi Halau Massa yang Bikin Rusuh
Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Hengki Haryadi mengungkap kepolisian dibantu oleh ulama Front Pembela Islam (FPI) dalam menghalau aksi massa yang rusuh di flyover Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5) pagi.
Petugas kepolisian terlibat bentrok dengan massa di Kawasan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)
Usai berkoordinasi dengan ulama FPI, Hengki menegaskan massa tersebut bukan dari pihak FPI.
Melainkan massa yang berasal dari luar daerah.
"Ya, itu massa dari luar daerah. Kami tegaskan bukan FPI, justru kami dibantu ulama FPI," ujar Hengki ketika dikonfirmasi, Rabu lalu
Ia menjelaskan bahwa massa dari luar daerah itu berencana bergabung dengan massa lain di kawasan Tanah Abang.
Massa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)
Jajaran kepolisian, kata dia, menghalau massa tersebut untuk bergabung.
Baca: Kembali ke Pelukan Suami, Polly Alexandria Sebut Hamil, Netizen Heboh, Nur Khamid: Thats My Wife
Baca: Prabowo Singgung Sikap Politik Ani Yudhoyono, SBY: Tidak Baik, Mohon Pengertiannya
Baca: Jadwal Australia Open 2019, Anthony Ginting dan Jonatan Christie Siap Bermain
Namun, massa justru bereaksi dengan kekerasan.
Hengki menyebut bentrok tak terhindarkan tatkala itu, sehingga pihaknya dilempar batu oleh massa yang tidak terima.
"Kami halau, tapi malah dilempari batu para petugas," kata dia.
Hingga saat ini, kepolisian disebutnya masih terus melakukan pengamanan dan berjaga di lokasi tersebut.
Pemicu awal
Ia mengatakan bahwa pemicu awal terjadinya kericuhan di kawasan itu adalah aksi lempar yang dilakukan massa terhadap aparat kepolisian yang tengah melakukan patroli.
"Jadi awal mulanya tiba-tiba ada sekelompok massa ini melempari kendaraan patroli polisi, (ini) pertama," ujar Hengki yang saat itu didampingi Panglima Front Pembela Islam (FPI) Jakarta, Habib Muchsin.
Kemudian aksi sekelompok massa itu akhirnya membuat polisi mendatangkan pasukan untuk mengamankan wilayah tersebut.
Namun malah berujung bentrokan dan massa semakin bertindak anarkis.
"Nggak lama (setelah itu), kita datangkan pasukan, ternyata justru jadi perlawanan yang lebih besar lagi," jelas Hengki.
Pihaknya, kata Hengki, akhirnya bertemu dengan tokoh masyarakat setempat yakni Panglima FPI Jakarta Habib Muchsin untuk berkoordinasi menangani massa yang membuat Jalan KS Tubun harus ditutup sementara.
Baca: Pemudik ini Nekat Membonceng Istri dan 3 Anaknya Tempu Jarak 428 Kilometer dengan Motor Tua
Baca: Bos Budak Seks ISIS Jadi Kunci Perburuan Baghdadi, Terungkap Soal Perang Istri Bagi Petinggi ISIS
Baca: 6 Tahanan Rutan Kabur, 3 Berhasil Ditangkap, Karutan Sempat Temani Napi
Dari keterangan Habib Muchsin, ternyata diketahui bahwa massa yang melakukan pengrusakan bukan merupakan warga Petamburan, melainkan oknum yang berasal dari luar daerah.
"Nah setelah kami berkoordinasi dengan beliau, Habib imam FPI Jakarta,M (Habib Muchsin), ternyata sebagian besar dan ada beberapa (oknum) yang kita amankan ini sebagian besar dari luar daerah," kata Hengki.
Hal itu karena mereka yang melakukan pengrusakan tersebut tidak satupun dikenal oleh warga setempat.
"Apakah itu Tasik, apakah itu Majalengka, apakah itu Banten dan sebagainya ini (massa) banyak dari luar daerah dan tidak dikenal oleh masyarakat (sekitar)," tegas Hengki.
Pernyataan Kombes Hengki pun dibenarkan oleh Habib Muchsin, ia mengatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat lainnya serta aparat untuk memukul mundur massa yang telah melakukan pengrusakan terhadap banyak properti milik warga sekitar.
"Alhamdulillah kami bersama para tokoh masyarakat yang ada di Petamburan, dibantu juga dengan Bapak Kapolres Hengki sudah bisa mengkondusifkan lokasi yang ada di Petamburan," kata Muchsin.
Orang dari Luar
Polri menyesalkan aksi anarkistis yang dilakukan sekelompok orang pascaaksi unjuk rasa di depan Kantor Bawaslu, Jakarta, Selasa (21/5/2019).
Menurut Kepolisian, aksi anarkistis itu dilakukan oleh sekelompok orang dari luar Jakarta.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, aksi unjuk rasa menolak hasil rekapitulasi hasil Pilpres 2019 di depan Bawaslu sudah berjalan kondusif.
Aksi berjalan damai hasil koordinasi antara Kepolisian dengan para koordinator lapangan.
Massa pendemo pun bubar dengan tertib.
Namun, kata Dedi, situasi berubah ketika massa dari luar Jakarta tiba sekitar pukul 23.00 WIB.
Mereka memprovokasi massa pendemo yang hendak kembali ke rumah masing-masing.
"Kita sesalkan massa dari luar Jakarta yang masuk jam 11-an, memprovokasi kejadian," kata Dedi dilansir dari Kompas.com.
Massa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)
Dedi mengatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan para koordinator lapangan agar aksi anarkistis tidak kembali terjadi.
Diharapkan para korlap bisa mengontrol massanya dalam aksi demo hari ini.
"Kita harapkan masyarakat menahan diri, unjuk rasa yang selama ini damai tolong dipertahankan," kata Dedi.
Baca: Pakai Cara Ini, untuk Pastikan Whatsapp, Instagram, dan Facebook Error atau Tidak
Baca: Buser Polres Amankan 3 Tersangka Penganiaya Karyawan Hotel yang Sempat Melarikan Diri
Baca: Solskjaer Berusaha Tahan Paul Pogba Tetap di Manchester United
Dedi mengingatkan, hasil analisa dari aparat keamanan, ada pihak ketiga yang ingin memanfaatkan situasi.
"Bisa jadi disusupi para pelaku teror. Ini sangat bahaya," kata Dedi.
Dedi mengatakan, Polri dan TNI juga akan terus berkoordinasi dengan para tokoh masyarakat untuk menenangkan warga.
Situasi kondusif di DKI harus dijaga.
"Saya rasa masyarakat Jakarta damai, jangan terprovokasi massa yang datang dari luar Jakarta," ujar Dedi.
Massa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari. Tribunnews/Irwan Rismawan (Tribunnews/Irwan Rismawan)
Aksi berjalan damai hasil koordinasi antara Kepolisian dengan para koordinator lapangan.
Massa pendemo pun bubar dengan tertib.
Namun, kata Dedi, situasi berubah ketika massa dari luar Jakarta tiba sekitar pukul 23.00 WIB.
Mereka memprovokasi massa pendemo yang hendak kembali ke rumah masing-masing.
"Kita sesalkan massa dari luar Jakarta yang masuk jam 11-an, memprovokasi kejadian," kata Dedi dilansir dari Kompas.com.
Dedi mengatakan, pihaknya terus melakukan koordinasi dengan para koordinator lapangan agar aksi anarkistis tidak kembali terjadi.
Diharapkan para korlap bisa mengontrol massanya dalam aksi demo hari ini.
"Kita harapkan masyarakat menahan diri, unjuk rasa yang selama ini damai tolong dipertahankan," kata Dedi.
Dedi mengingatkan, hasil analisa dari aparat keamanan, ada pihak ketiga yang ingin memanfaatkan situasi.
"Bisa jadi disusupi para pelaku teror. Ini sangat bahaya," kata Dedi.
Dedi mengatakan, Polri dan TNI juga akan terus berkoordinasi dengan para tokoh masyarakat untuk menenangkan warga.
Situasi kondusif di DKI harus dijaga.
"Saya rasa masyarakat Jakarta damai, jangan terprovokasi massa yang datang dari luar Jakarta," ujar Dedi.
Selain itu, Kemendagri juga memberikan klarifikasi melalui komentar pada unggahan di akun Instagram @Indonesiawow45.
“Judul headline di atas tidak benar adanya. Mohon diperbaiki. Hingga saat ini, perpanjangan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) Ormas FPI, masih dievaluasi oleh Kemendagri. Untuk informasi yang valid terkait Kemendagri, silakan cek di web resmi www.kemendagri.go.id,” tulis akun @ kemendagri.
SUBSCRIBE YOU TUBE TRIBUN MANADO TV:
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Viral Berita Perpanjangan Izin FPI Dihentikan, Kemendagri: Itu Hoaks