Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Gempa Sulut

Takut Tsunami, Nontje Lari Tanpa Alas Kaki, Vicky Cuma Bawa Surat Penting

"Ada mengungsi dari Kema 2. Mengungsi karena takut Tsunami," kata Nontje spontan saat bersua dengan Tribunmanado.co.id.

Penulis: Christian_Wayongkere | Editor: Fransiska_Noel
Tribun Manado/Christian Wayongkere
lokasi pengungsian warga di Persimpangan Kauditan Minut dan kondisi warga yang tengah melihat situasi di pantai Kema 

TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Gempa bumi ‎7,1 SR yang terjadi Minggu (7/7/2019) malam di barat daya Ternate disebut badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) berpotensi memicu tsunami di wilayah Sulawesi Utara dan Maluku Utara (Malut).

Gempat terasa hingga ke Desa Kema 1, Kema 2, Kema 3 Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

Ratusan warga dari ketiga desa itu langsung pergi keluar rumah untuk mengungsi pasca mendengar informasi akan terjadi Tsunami.

Ini dilakukan warga karena rumah mereka sangat dekat dengan pantai Kema.‎

Baca: Gempa Magnitudo 7 Tak Bubarkan Pengucapan Syukur di Poigar, Di Desa Ini Bakal Dipasang EWS

Baca: Pasca Gempa 7.1 SR, Tamu dan Staf Mimpi Indah Resort Balik dari Pengungsian

Baca: UPDATE Gempa Magnitudo 7, 19 Kali Terjadi Gempa Susulan, di Dasar Laut Ada Gunung Api Aktif

"Lari ke tempat aman karena warga Desa Kema 3 so lari karena somo Tsunami jadi torang baku iko lari," kata Vicky war‎ga Desa Kema 2 yang rumah dekat pantai, Senin (7/7/2019) dinihari.

Diwawancarai Tribunmanado.co.id saat pergi mengungsi ke tempat aman di persimpangan Kauditan Desa Kauditan Kecamatan Kauditan Minut, Vicky tidak sempat membawa serta harta benda seperti TV, Kulkas, lemari, kursi dan barang-barang berang lainnya ditinggalkan didalam rumah.

"Cuma bawa akte, surat-surat dengan anak-anak pe surat," tandasnya.

Nontje Kapotih warga Desa Kema 2 yang dijumpai di lokasi pengungsian nampak sedang berjalan tanpa memakai alas kaki.

"Ada mengungsi dari Kema 2. Mengungsi karena takut Tsunami," kata Nontje spontan saat bersua dengan Tribunmanado.co.id.

Tidak ada informasi pasti alias resmi yang diterimanya, hanya karena takut pasca gempa sehingga spontan pergi mengungsi ke tempat yang aman.

"Hanya pakaian di badan yang dibawa dari rumah," tandasnya.

Warga di Desa Kema 1, 2 dan 3 Kecamatan Kema yang rumahnya berada di dekat pantai langsung pergi mengungsi ke wilayah dataran tinggi.

Terpantau mereka pergi meninggalkan rumahnya dalam kondisi gelap gulita karena listrik padam.

Ada yang berjalan kaki sambil memegang anak kecil, gedong balita, naik motor tiga orang hingga menggunakan kendaraan roda empat pickp up dan tertutup.

"Selain di Kauditan ada le warga Kema 3 so pi menungsi di Minawerot," kata warga lainnya yang melintas di persimpangan Kauditan.

Terpantau, titik-titik pengungsian warga mulai terlihat di rumah warga di Desa Kema 1, Desa Tontalete, jalan Kabima - Tontalete.

Sekitar pukul 02.30 wita warga mulai kembali ke rumah setelah peringatan Tsunami sudah dicabut BMKG.

Di tempat terpisah pasca gempa bumi 7,1 SR Tribunmanado.co.id coba mendekat ke pantai Kema untuk melihat kondisi air laut, ‎apakah surut atau tidak.

Setibanya di pantai Kema tepatnya di pantai Firdaus terpantau laut bergelombang dan berangin, sejumlah warga berada disana hingga pukul 02.00 wita untuk mengecek langsung kondisi laut yang terinformasi akan terjadi Tsunami.

Ibu Selly warga yang tinggal persisi di dekat pantai Kema tepatnya di Desa Kema 2 jaga 2 mengatakan tidak terjadi air surat, apalagi ada bunyi peringatan akan terjadi Tsunami.

"Informasi Tsunama saya dengar dari warga sekitar, hingga keluarga saya dari Minsel menelpon dan katakan untuk waspada dan berhati-hati akan terjadi Tsunami," kata ibu Selly.

Namun hingga 3 jam pasca gempa bumi 7,1, Tsunami ‎yang dikuatirkan sejumlah warga tidak terjadi.

Dirianya menceritakan ada orang yang mengatakan pasca gempa bumi, di Kota Bitung sudah terjadi Tsunami. Menurutnya hal itu tidak benar, pasalnya jika di liat dari keberadaan wilayah, wilayah Kema yang akan kena Tsunami duluan ketimbang Bitung karena Bitung terhalang dengan pulau Lembeh.

"Faktor lainnya, mengapa saya dan keluarga tetap bertahan tidak mengungsi karena saya melihat di tengah laut lampu dari perahu nelayan masih menyala. Kalau lampu sudah tidak kelihatan berarti sudah tertutup gemlombang Tsunami atau perahu nelayan di laut sudah terserat ke daratan," jelasnya.(crz)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved