Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Kriminal

Kisah Otaku yang Melakukan Pembantaian di Akihabara, Membuatnya Menunggu Hukuman Mati

Truk besar berwarna putih itu tiba-tiba menghantam kerumunan orang di persimpangan jalan Kanda Myojin-dori dan Chuo-dori.

Editor: Rizali Posumah
wikipedia
Pembantaian Tomohiro Kato 

Aparat melacak alasan pembantaian, apa yang mereka temukan adalah serangkaian alasan yang tidak terduga.

Dimulai dengan amarah akibat seragam yang tiba-tiba hilang saat ia hendak siap-siap bekerja di kantornya.

Menurutnya, orang-orang di kantor sengaja menyembunyikan seragam tersebut.

Ia memberitahu satu kantornya dengan berteriak-teriak pada pagi hari.

Sebelum jadwal piketnya habis, rekan kerjanya memberitahu bos perusahaan perihal seragam Kato.

Tetapi, saat orang kantor hendak memberikan seragam baru, ia sudah menghilang.

Semua keluh kesahnya rupanya ia sampaikan ke sebuah forum di internet melalui telepon seluler.

Bahkan ia bertanya ke forum ini, “Seragam kantor saya hilang, apakah artinya saya harus berhenti bekerja?”

Di samping itu, ia juga ternyata mencurahkan isi hatinya di forum tersebut.

Salah satunya ia menulis angan-angan untuk mempunyai pasangan, kecanduannya dengan telepon seluler, hingga pengakuan bahwa ia tidak punya dan tidak ingin memiliki teman.

Sedihnya, respon dari forum sangatlah buruk hingga sampai pada satu titik ia mengamuk di intenet dan mengatakan akan membunuh orang-orang di Akihabara.

Kato bahkan menjelaskan dengan detail cara pembantaiannya kemudian memberikan laporan langsung di menit-menit sebelum ia menghantam truk rental berwarna putih.

Berikut kronologi pesan Kato yang disampaikan di forum internet yang diunggah pada tanggal 8 Juni 2008.

05:21: Saya akan menabrakkan mobil ke arah orang-orang. Apabila kendaraan ini sudah tidak berguna saya akan keluar dengan sebilah pisau. Selamat tinggal semuanya.

06:10: Mereka mengatakan bahwa jalanan yang ingin saya gunakan ditutup. Betul kan, semuanya menghalangi saya.

06:31: Sudah waktunya. Mari kita pergi.

07:30: Hujan ini sangat buruk. Padahal saya sudah menyiapkan segalanya secara sempurna.

07:34: Saya tidak peduli. Saya akan pergi walaupun hujan, walaupun hanya hujan kecil.

11:45: Saya telah sampai di Akihabara.

12:10: Sudah waktunya.

Pembantaian yang dibicarakan Kato di sebuah forum internet ternyata benar-benar terwujud.

Tekanan dari orangtua

Kato lahir di Aomori pada 28 September 1982 dan dianggap pintar sewaktu masih kecil.

Selain memiliki nilai cemerlang di Sekolah Dasar, ia juga aktif dalam bidang olahraga dengan menjadi atlit lari.

Kemudian berlanjut saat ia menjadi presiden klub tenis di Sekolah Menengah Pertama.

Hubungan Kato dengan keluarga dianggap tidak baik karena tekanan yang terus diberikan kedua orangtuanya.

Ayah Kato adalah seorang manajer di institusi finansial dan bersama sang ibu, ia memaksakan anak-anaknya untuk menguasai pelajaran dengan baik.

Kadang Kato bersama adiknya diminta untuk mengulang pekerjaan rumah dengan standar lebih tinggi untuk memberi kesan kepada guru di sekolah.

Bahkan adiknya mengaku Kato pernah diperintahkan orangtuanya untuk melahap sisa makanan yang berada di lantai sebagai hukuman.

Bahkan tetangga pun pernah melihat Kato dihukum kedua orangtuanya.

Ia diminta untuk berdiri di luar rumah saat musim dingin selama berjam-jam.

Alasannya pun tidak jelas, kemungkinan besar berhubungan dengan prestasi atau nilai di sekolah.

Saat masuk Sekolah Menengah Atas, Kato mulai berubah.

Ia menjadi kasar di rumah, tidak dikenal baik oleh siswa lain, dan nilai akademisnya menurun drastis.

Karena itu keinginannya untuk berkuliah di Hokkaido University harus pupus saat ia gagal lolos dalam ujian.

Bahkan tetangga pernah mendengar Kato bersama adiknya berencana memukuli ibunya.

Karenanya, orangtua Kato mulai merasa tidak nyaman dan takut bahkan saat makan malam bersama.

Banting setir, Kato bersekolah di Nakanihon Automotive College untuk belajar sebagai mekanik otomotif.

Kemudian ia mendapat pekerjaan sementara di pabrik suku cadang mobil bernama Kanto Auto Works di daerah Susono, Shizuoka.

Pada bulan Juni 2008 ia merasa akan dipecat, bulan yang sama dimana Kato melakukan pembantaian di Akihabara.

Baca: Musuh Bebuyutan Ganda Putra Indonesia Berpisah, Mogensen: Aku Sudah Sangat Dekat dengan Kematian

Baca: VIRAL Orang Tua Korbankan Nyawa Demi Selamatkan Sang Anak saat Kobaran Api Menyerang, Ini Kisahnya

Kireru: emosi yang meluap

Mitsuyuki Maniwa, seorang professor sosiologi kriminal di Shizuoka University mengatakan bahwa cara bekerja masyarakat berperan penting dalam bentuk kejahatan seperti ini.

Anak muda Jepang mendapatkan tekanan karena negara memiliki sistem pendidikan yang terus menuntut sekaligus kompetitif.

Anak muda seakan terpojok menuju sudut sempit, sama seperti kejadian klimaks penangkapan Kato.

Guru dan orangtua juga memberikan tekanan tambahan saat mereka melemparkan kesalahan dan kegagalan ke setiap pribadi murid. 

Melihat kisah Kato, pendidikan, karir, dan peran keluarga dapat mempengaruhi psikisnya yang berlanjut ke tindakan nyata.

Kireru adalah sebutan bagi amarah yang diluapkan secara tiba-tiba dan terjadi pada anak-anak muda di Jepang.

Kata itu sendiri memiliki arti “untuk mematahkan, memisahkan, memotong, dan memecahkan”.

Isu ini menjadi epidemi pada mereka yang merasa teralienasi.

Baca: Rajin ke Gym Bukan Jaminan Berat Badan Turun, Berikut Daftar Makanan Vegan yang Efektif Untuk Diet

Baca: Kalah Tipis dari Madura FC, Sulut United Optimistis Tatap Laga Kedua Tur Jatim

Dinilai waras

Dalam kasus pembunuhan, pelaku yang dianggap tidak waras biasanya memilik mental tidak seimbang sehingga sulit untuk menjelaskan kejahatannya sendiri, bahkan tidak sadar saat melakukannya.

Beda cerita dengan Kato, ia sadar betul dan bisa menjelaskan apa yang telah dilakukan.

Pengadilan pun datang dan pengacara mencoba untuk melindungi Kato dari hukuman mati dengan alasan utama ia tidak waras.

Pernyataan tersebut ditolak karena hakim mengatakan Kato sadar atas aksi-aksi yang dilakukan saat membantai orang-orang tersebut.

Semenjak pertama kali ia diminta bersaksi Kato langsung mengaku bahwa ia sendiri yang bertanggung jawab atas pembantaian di Akihabara.

Air mata pun turun dari mata sang pemegang belati dan semenjak saat itu pun ia koperatif di pengadilan.

Pada tahun 2010 ia meminta maaf kepada korban beserta keluarga yang ia sakiti.

Kato mengaku sadar telah melakukan pembantaian yang memakan nyawa walaupun beberapa ingatannya kabur.

Keputusan belum dibuat sehingga bentuk hukuman apa yang akan meninpanya jadi belum jelas.

Tetapi indikasi muncul, Kato akan menghadapi hukuman mati.

Di tahun 2015 Kepala Pengadilan Ryuko Sakurai akhirnya memberikan kepastian bahwa hukuman mati dengan cara gantung akan dilaksanakan.

Putusan ini disebut mencoba tegas pada trauma negara, karena menurut Badan Kepolisian Nasional Jepang, 67 serangan liar serupa pernah terjadi antara 1998 hingga 2007.

Dari kasus yang dikenal dengan nama Akihabara Massacre alias Pembantaian di Akihabara ini, pemerintah Jepang meninjau kembali undang-undang yag mengatur penggunaan pisau bela diri. (Bramantyo Indirawan)

Baca: JADWAL dan LINK Live Streaming MotoGP Belanda 2019 - Marc Marquez Kini Mengantongi 140 Poin

Baca: KABAR TERBARU Pasangan Viral Beda Usia Slamet (16) & Nenek Rohaya (71), Bagaimana Oma Martha & SL?

Baca: Satpam Cantik di Kantor PLN Ini Sempat Bikin Kaget Pegawai Lainnya Saat Melamar

Artikel ini telah tayang di intisari online dengan judul Kisah Truk Maut di Akihabara, Membuat Otaku Menunggu Hukuman Mati

Sumber: Grid.ID
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved