Pohon Tumbang
Ini Riwayat Seorang Pendeta Berdomisili di GPI yang Meninggal Tertimpa Pohon di Wisata Kuliner
Stevanus Lamongi adalah salah satu korban, pohon tumbang yang terjadi di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (21/06/2019) pukul 20.00 Wita.
Penulis: Fistel Mukuan | Editor: Alexander Pattyranie
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Stevanus Lamongi adalah salah satu korban pohon tumbang yang terjadi di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, Jumat (21/06/2019) pukul 20.00 Wita.
Dalam ibadah pemakaman di kediamannya, Perumahan GPI, Mapanget, Manado, Sabtu (22/06/2019), dibacakan riwayat hidupnya.
Stevanus Lamongi bergelar MPdK MMis, lahir di Jakarta 11 September 1961.
Pendidikan sekolah dasar (SD) di Jakarta, Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Teknik Mesin (STM) Negeri 3 Jakarta.
Mengambil Sarjana Strata 1 di Petamburan, S2 di STT Apolos Manado.
Stevanus pernah bekerja sebagai guru di SD di Subaim tahun 1989 sampai 2000, guru SD GMIM Pineleng tahun 2000.
Baca: 3 Pendeta Tertimpa Pohon, 2 di Antaranya Hanya Pesiar ke Kota Tinutuan
Pamong belajar di SKB Koka, dan Dosen di sekolah Alkitab Halmahera Timur.
Stefanus pernah melayani di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Subaim Harmahera Timur.
Menjadi Ketua Ministry Syaloom Pinelang, Ketua Komsel di GPDI Betani GPI pada 2012 sampai 2013.
Kemudian menjadi anggota komisi pusat GPdI Pelprip periode 2017 sampai 2022.
Ia pensiun dini pada 1 November 2016.
Stevanus menikah dengan Dreita Masje Poluan pada tanggal 24 November 1985 di Amurang, dan dikaruniai dua orang anak perempuan.
Yang pertama Sandra Lamongi yang menikah dengan Riko Kumampung dan dikaruniai dua orang cucu Dominic Fendra Kumampung dan Tristan Kumampung.
Anak kedua menikah dengan Roger Karundeng, dan sementara mengandung.
Malam saat peristiwa nahas itu terjadi, Stevanus Lamongi sedang bersama rekannya, Roy H Manueke (48), warga Desa Rerer, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, yang berdomisili di Taman Kotabumi, Kota Tangerang.
Roy H Manueke juga meninggal dunia.
Sementara satu lagi korban yakni pria bernama Yarnes Tamera (37), warga Kelurahan Kusuri Kecamatan Tobelo Barat, Kabupaten Halmahera Utara, selamat.
Sebelum kejadian, seorang saksi mata, Aldy Chandra Yasin (20), warga setempat, melihat tiga korban tak bisa berbuat apa-apa lagi saat pohon tiba-tiba tumbang.
Aldy melihat tiga korban saat itu berdekatan.

"Saat itu tidak ada angin, tidak ada hujan juga.
"Tapi beberapa saat kemudian saya mendengar ada suara pohon retak," jelasnya.
Setelah itu dia melihat ternyata pohon di sampingnya telah roboh.
"Saya langsung loncat dan berlari menyelamatkan diri.
"Sementara saya lihat tiga korban tertimpa pohon di lokasi kejadian," tambahnya.
Pemilik tenda tempat pohon tumbang Broery Sarapil (48).
Ia merupakan warga Kelurahan Malalayang Dua, Kecamatan Malalayang juga mengatakan memang tiga korban sedang makan gorengan.
Saat itu Broery berada di dapur.
Memang tenda dapur dan tenda tempat pengunjung makan berbeda lokasi.
"Saya kaget juga mendengar ada pohon roboh.
"Saya langsung ke lokasi dan melihat banyak warga yang sudah berkumpul dan ada korban tertimpa pohon," tambahnya.
Melihat kejadian ini, warga dan pengunjung menolong tiga korban tersebut.
Dua korban meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara satu lainnya masih bisa diselamatkan.
(Tribunmanado.co.id/Fistel Mukuan/Jufry Mantak)
BERITA TERPOPULER:
Baca: Oknum Pramugari Buka Jasa Berhubungan Intim di Toilet Pesawat: Lebih Suka Penerbangan Jarak Jauh
Baca: Galih Ginanjar Sebut Mantannya Bau Ikan Asin, Pengakuan Fairuz Bikin Hotman Kaget
Baca: 3 Orang Tertimpa Pohon Tumbang di Wisata Kuliner, 1 Pendeta dan 1 PNS Meninggal, Seorang Pdt Dirawat
TONTON JUGA: