Kawasan Teluk Memanas: Ancam Tenggelamkan Kapal Perang AS, Iran Siapkan 'Senjata Rahasia'
Kawasan Teluk kembali memanas! Iran dilaporkan bersiap untuk menempatkan sebuah "senjata rahasia"
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, TEHERAN - Kawasan Teluk kembali memanas! Iran dilaporkan bersiap untuk menempatkan sebuah "senjata rahasia" yang digunakan untuk menenggelamkan kapal perang Amerika Serikat ( AS).
Pernyataan yang dibuat oleh penasihat komando militer Iran Jenderal Morteza Qorbani muncul setelah Washington mengirim tiga kepal perusak ke Teluk Persia.
"Jika AS melakukan sesuatu yang bodoh, kami bakal menenggelamkan kapal ini hingga ke dasar lautan bersama kru dan kapal mereka," ancam Qorbani dikutip Russian Today Sabtu (25/5/2019).
Baca: LSM Desak Usut Kerusuhan 22 Mei: Kapolri Bentuk Tim Pencari Fakta
Iran, lanjut Qorbani, bakal menggunakan dua "senjata rahasia" untuk menenggelamkan kapal AS. Dia tidak merinci senjata jenis apa yang digunakan untuk menyerang.
Sebelumnya, Pentagon memberangkatkan tiga kapal perusak berkekuatan rudal pandu USS McFaul, USS Gonzalez, dan USS Mason ke Selat Hormuz pada pekan ini. Ketiga kapal perang itu bergabung dengan armada yang dipimpin kapal induk USS Abraham Lincoln yang lebih dulu beroperasi di perairan Oman, dekat Teluk, di awal Mei.
Keputusan AS untuk menempatkan armada lautnya di dekat perairan Iran berbarengan dengan keputusan Pentagon mengerahkan 1.500 pasukan tambahan ke Irak yang berbatasan dengan Iran.
Meski Qorbani tidak memberi detil senjata yang dia sebut, Iran dilaporkan sudah membeberkan sejumlah kapal perang dan kapal selam dalam beberapa bulan terakhir.
Februari misalnya, Teheran memperkenalkan dan sukses menguji coba rudal jelajah jarak jauh Hoveizeh yang bisa menghantam target sejauh 1.350 kilometer.
Di bulan yang sama, Iran meluncurkan latihan angkatan laut skala besar Velayat 97 dengan area manuver dilakukan di Selat Hormuz dan Teluk Oman hingga Samudera Hindia.
Selama latihan perang itu, kapal selam kelas Ghadir menembakkan rudal jelajah anti-kapal untuk pertama kalinya di tengah momen keteganyan kedua negara.
Suhu panas menghinggapi keduanya setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penarikan diri dari perjanjian nuklir pada 2015, atau dikenal dengan JCPOA.
Baca: Temuan YLBHI soal Kerusuhan 22 Mei: Gubernur Anies Update Korban
Keputusan yang ditambah dengan pemberian sanksi kepada Irak mendapat kecaman dari banyak negara. Termasuk sekutu AS yang berada di Benua Eropa.
Sementara di internal AS, puluhan pensiunan pejabat militer maupun diplomat menulis surat terbuka kepada Trump yang isinya desakan supaya berunding dengan Iran.
Dalam surat itu, mereka memperingatkan AS tak hanya memperkeruh situasi di Timur Tengah, namun juga memasuki masa perlombaan senjata yang bisa berdampak kepada geopolitik maupun kemanusiaan.

Trump Pakai Ancaman Iran agar AS Jual Senjata ke Saudi
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump memakai alasan ancaman Iran agar tetap menjual senjata bernilai miliaran dollar ke Arab Saudi.
Trump berupaya menggunakan aspek hukum federal yang jarang dipakai untuk mendorong kesepakatan penjualan senjata senilai Rp 8,1 miliar atau sekitar Rp 116,5 triliun, yang boasanya perlu disetujui oleh Kongres.
Melansir BBC, Sabtu (25/5/2019), Trump menyatakan ketegangan yang sedang berlangsung dengan Iran merupakan darurat nasional.
Penjualan tersebut dikhawatirkan soal kemungkinan senjata akan digunakan untuk menyerang warga sipil di Yaman.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pemerintah akan menghindari peninjauan yang diperlukan oleh Kongres untuk menyetujui 22 pengiriman senjata ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Yordania.
Dia mengklaim, pembekuan penjualan senjata tersebut oleh Kongres dapat memengaruhi kemampuan operasional sekutu Arab.
"Senjata untuk mencegah agresi iran dan membangun kapasitas pertahanan diri mitra negara," ucapnya, seperti dikutip dari AFP. Penjualan itu diumumkan pada Jumat oleh Senator Roberts Menendez, yang telah menggunakan kekuatannya untuk memblokir pengiriman puluhan ribu bom ke Saudi dan UEA.
Senator dari Partai Demokrat itu cemas apabila senjata tersebut berkontribusi pada krisis kemanusiaan di Yaman.
"Saya kecewa, tapi tidak terkejut. pemerintahan Trump gagal untuk memprioritaskan kepentingan keamanan nasional jangka panjang atau membela hak asasi amnusia," ucapnya. Dia berjanji untuk menentang keputusan tersebut bersama anggota parlemen lainnya.
"Kehidupan jutaan orang bergantung pada itu," ujarnya. Senator dari Partai Demokrat, Jim Risch, telah mendapat pemberitahuan soal rencana penjualan senjata.
"Saya meninjau dan menganalisis justifikasi hukum untuk tindakan ini," katanya.
Berita tentang keputusan pemerintahan Trump mengenai penjualan senjata ke Saudi muncul setelah pengumuman peningkatan kehadiran militer AS di Timur Tengah. Ada tambahan 1.500 tentara, dengan jet tempur dan drone, yang akan dikerahkan ke wilayah itu dalam waktu dekat.

Iran Tak Akan Menyerah Meski Dibom
Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan kemerdekaan dan kedaulatan negaranya tidak akan hancur meski mendapat serangan dari musuh.
Pernyataan itu disampaikan Rouhani di tengah ketegangan antara Iran dengan Amerika Serikat. Rouhani berujar Iran kini menghadapi ancaman serangan yang lebih rumit dari sebelumnya.
Baca: Lamar’ Ketua HIPMI Bahlil Masuk Kabinet: Jokowi Beberkan Syarat Jadi Menteri
Di hari sebelumnya, pejabat militer Iran menuturkan bahwa ketegangan dua negara merupakan "konflik kepentingan". Pejabat itu memperingatkan "petualangan" AS bakal dihadang oleh mereka. Baca juga: Turki
Berhenti Impor Minyak Iran karena Hormati Sanksi AS Dilansir Russian Today dalam peringatan Perang Iran-Irak 1980-1988 Kamis (23/5/2019), Rouhani berujar tekanan AS melingkupi "serangan terhadap kesejahteraan dan taraf hidup rakyat Iran".
Dikutip Al Jazeera, Dia merujuk kepada sanksi yang dijatuhkan Washington setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir 3015 pada Mei 2018 lalu.
"Lebih dari satu tahun setelah penerapan sejumlah sanksi, rakyat kita sama sekali tidak tunduk kepada tekanan meski harus diakui kehidupan mereka saat ini cukup sulit," katanya.
Dia menuturkan Iran bakal tetap melawan meski nantinya Gedung Putih mengerahkan pasukan dan melancarkan bombardir baik dari darat, laut, dan udara.
"Jika anak-anak kita menjadi martir, terluka, atau tertangkap, dan meski tanah ini dibom, kami tak akan menyerahkan harga diri dan kedaulatan kami," tegas Rouhani.
Dia juga mengatakan kultur "pengorbana diri" harus terus diamalkan Iran, dan mengklaim mereka bisa mengalahkan AS maupun sekutunya di Timur Tengah, Israel.
Pada Kamis pagi waktu setempat, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei juga berkata generasi muda Iran bakal melihat kehancuran Washington serta Tel Aviv.
Kepala taf militer Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, menjelaskan kemenangan kemenangan Iran pada Perang Iran-Irak seharusnya menjadi pesan yang jelas bagi musuh.
Sebelumnya pada Minggu (13/5/2019), Trump dalam kicauannya di Twitter menyatakan Iran bakal berakhir seandainya berani menyerang. "Karena itu, jangan mengancam AS lagi!" ujarnya.
Penjabat Menteri Pertahanan Patrick Shanahan mengakui adanya rencana untuk mengirim tambahan pasukan ke Timur Tengah sebagai salah satu cara untuk melindungi kepentingan AS di sana.
"Yang kami cari adalah seperti ini: Apakah ada cara untuk melindungi personel kami di sana? Salah satu cara adalah dengan mengirim tambahan militer," ulas dia. *
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran Bakal Tenggelamkan Kapal Perang AS dengan "Senjata Rahasia"