Aksi 22 Mei
Deretan Fakta Ambulans Gerindra Berisi Batu: Sopir Ungkap Nama Penyuruh hingga Pajak Mobil Menunggak
Inilah beberapa fakta mobil ambulans berlogo Partai Gerindra yang membawa batu saat Aksi 22 Mei.
Penulis: Reporter Online | Editor: Frandi Piring
TRIBUNMANADO.CO.ID - Perbincangan mobil ambulans berlogo Gerindra mengundang perhatian saat aksi 22 Mei lalu, pada Rabu 22 Mei 2019.
Polemik ambulans Gerindra berisi tumpukan batu di dalam mobil saat aksi 22 Mei menjadi bahan perbincangan sampai saat ini.
Mencakup hal tersebut, Tribun Manado.co.id telah merangkum fakta-fakta terkait mobil ambulans berlogo Gerindra yang berisi sekumpulan batu.
Inilah beberapa fakta mobil ambulans berlogo Partai Gerindra yang membawa batu saat Aksi 22 Mei, yang dikutip dari Tribunnews.com (grup dari Tribun Manado.co.id).
Polisi mengamankan satu unit mobil ambulans dengan logo Partai Gerindra di sekitar lokasi kericuhan Aksi 22 Mei, Rabu (22/5/2019).
Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Muhammad Iqbal mengatakan, ambulans berlogo Partai Gerindra disita karena menyimpan batu saat insiden kerusuhan di sekitar asrama Brimob Petamburan, Jalan KS Tubun, Jakarta Barat.
"Ada bukti-bukti. Antara lain ada satu ambulans yang ada partainya, penuh dengan batu dan alat-alat. Setelah digeledah, ternyata masih banyak amplop dan uang. Kami sita dan kami sedang dalami hal tersebut," kata Iqbal.
Saat ini, mobil ambulans berlogo Partai Gerindra ada di Markas Polda Metro Jaya.
Ambulans dengan nomor polisi B 9868 PCF tampak disegel garis polisi.
Berikut beberapa fakta terkait mobil ambulans dengan logo Partai Gerindra, sebagaimana dirangkum Tribunnews.com.
1. Sopir dan penumpang ambulans Ikut diamankan
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono mengatakan, mobil ambulans Partai Gerindra diamankan di sekitar kawasan Sabang, Jakarta Pusat, Rabu kemarin.
Selain itu, polisi juga mengamankan lima orang, yaitu sopir dan penumpang mobil ambulans yang diduga turut serta menjadi pelaku kerusuhan atau turut membantu kerusuhan terjadi.
"Ya, ada lima orang yang diamankan bersama ambulans berisi batu-batu itu. Masih kita periksa," kata Argo, Kamis (23/5/2019).
2. Pengakuan Sang Sopir Ambulans Berlogo Gerindra
Sopir mobil ambulans berisi batu dan berlogo Partai Gerindra, yang ditemukan di lokasi kerusuhan pada Rabu (22/5/2019) lalu, akhir buka suara.
Ia terus terang mengakui bahwa dirinya diperintahkan untuk menuju Jakarta dari Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pengakuan tersebut diutarakan sopir itu dalam sebuah video yang didokumentasikan penyidik Polda Metro Jaya.
"Saya Yayan, sopir dari Gerindra, diperintahkan untuk ke kantor Pusat di Tjokroaminoto. Dari situ saya langsung ke Bawaslu. Di situ setelah diperiksa oleh bapak polisi ditemukan batu dan tidak ada alat medis di kendaraan saya," ujar Yayan dalam video itu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono telah mengatakan, mobil ambulans berlogo Partai Gerindra itu merupakan milik PT Arsari Pratama.
"Mobil ini atas nama PT Arsari Pratama yang beralamat di Jakarta Pusat," kata Argo Yuwono kepada awak media di Polda Metro Jaya, Kamis kemarin.
Mobil tersebut dikirimkan ke Jakarta atas perintah ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tasikmalaya.
Argo tidak menyebutkan siapa nama ketua DPC Partai Gerindra Kota Tasikmayala itu. Tujuan pengiriman ambulans itu disebutkan untuk memberikan pertolongan jika ada korban dalam kerusuhan 22 Mei.
Saat diamankan polisi di depan gedung Bawaslu RI pada 22 Mei, polisi tidak menemukan perlengkapan medis dalam mobil ambulans tersebut.
"Di mobil tersebut tidak ada perlengkapan medis atau obat-obatan perlengkapan minimal P3K," kata Argo.
Polisi hanya menemukan batu dalam mobil. Saat ini, polisi masih menyelidiki asal batu tersebut lantaran sopir dan penumpang ambulans menyatakan tidak tahu dari mana batu-batu itu.
"Ditemukan adanya batu (dalam mobil tersebut). Belum ada keterangan dari sopir dan penumpang mobil ambulans membawa batu itu disuruh siapa," ujar Argo.
Hanya Tertunduk Lesu
Sopir ambulans Partai Gerindra Yayan Hendrayana alias Yayan hanya tertunduk lesu saat dihadirkan di konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Yayan mengenakan seragam warna oranye dari Direktorat Tahanan dan Barang Bukti. Ia ditahan akibat dugaan perbuatan melawan hukum.
Yayan tak berbicara. Ia berdiri seraya menyilangkan tangan. Tangan kirinya menggenggam erat tangan kanan.
Pria berkumis ini mendengarkan secara seksama saat Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar (Pol) Argo Yuwono menerangkan kronologi kasus di hadapan awak media.
Kepada Tribun Network Yayan mengaku hanya menjalankan instruksi dari Dewan Pengurus Cabang Partai Gerindra Tasikmalaya untuk membawa mobil ambulans warna putih berlambang Partai Gerindra.
"Saya disuruh DPC," kata Yayan seraya berjalan menuju mobil tahanan.
Yayan ditugaskan untuk menyopiri mobil ambulans dari Tasikmalaya menuju Jakarta. Mobil tersebut ditujukan untuk membantu korban-korban yang berjatuhan saat aksi.
Berdasarkan informasi dari kepolisian, Yayan dibekali uang operasional Rp1,2 juta, namun ia membantah telah menerima uang tersebut.
"Belum, Pak. Saya juga belum dibayar," kata Yayan seraya masuk ke mobil tahanan dan menyudahi keterangan.
Yayan menyopiri mobil bernomor polisi B 9686 BCF. Mobil itu diduga dimiliki PT Arsari Pratama. "Mobil ini atas nama PT Arsari Pratama yang beralamat di Jakarta Pusat," kata Argo.
Yayan ditangkap bersama Obby Nugraha alias Obby, Iskandar Hamid, Syamrosa dan Surya Gemara Cibro. Polda Metro Jaya menangkap lima orang itu terkait temuan batu-batuan di ambulans berlogo Partai Gerindra saat kerusuhan 22 Mei di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Ambulans berangkat dari Tasikmalaya, Selasa (21/5) pukul 20.00 WIB. Saat itu, mobil dikemudikan tersangka Yayan. Tersangka Iskandar Hamid (Sekretaris DPC Partai Gerindra) dan Obby Nugraha (Wakil Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya) menjadi penumpang.
"Bertiga menggunakan mobil ambulans berangkat ke Jakarta karena ada instruksi sesuai keterangan tersangka diperintahkan untuk berangkat ke Jakarta," kata Argo.
Setiba di Ibu Kota, di kawasan HOS Tjokroaminoto, dua orang asal Riau menumpang di ambulans. Mereka berdua ialah Hendrik Syamrosa dan Surya Gemara Cibro.
"Setelah kami cek ternyata simpatisan, dia bukan pengurus tapi simpatisan," imbuh Argo.
Pada pukul 04.00 WIB mereka bergegas menuju gedung Bawaslu untuk menghampiri massa aksi.
Namun, ada saksi yang melihat massa demonstran mengambil batu dari mobil tersebut.
"Sekitar jam 04.00 WIB terjadi lemparan-lemparan antara petugas dengan pengunjuk rasa. Ada lemparan-lemparan kemudian ada saksi yang melihat batu diambil dari mobil tersebut. Kemudian tim menyisir dan menemukan mobil itu dan dibawa ke Polda," tutur Argo.
Argo juga menegaskan kendati membawa ambulans dan digunakan untuk mengantisipasi jatuhnya korban, tapi tidak ditemukan perlengkapan medis maupun obat-obatan di mobil tersebut.
Semua penumpang mobil itu, tidak ada satupun yang memiliki kualifikasi sebagai petugas medis. Pelaku dijerat pasal 55, 56, 170, 212 dan 214 KUHP dengan ancaman hukuman lima tahun kurungan penjara atau lebih.
3. Mobil Ambulans Berlogo Gerindra Menunggak Pajak 4 Tahun
Mobil ambulans berlogo Partai Gerindra plat nomor B 9686 PCF yang diamankan polisi saat kerusuhan 22 Mei, ternyata menunggak pajak.
Berdasarkan penelusuran melalui laman resmi Samsat Jakarta, mobil tersebut diketahui menunggak pajak kendaraan bermotor selama 4 tahun, sejak 25 Februari 2015.
Masa berlaku surat tanda nomor kendaraan (STNK) mobil tersebut telah habis sejak 25 Februari 2018.
Mobil tersebut dikenakan denda Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Rp 390.600 di luar pajak pokok Rp 1.627.500.
Mobil itu juga dikenakan denda Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) sebesar Rp 100.000.

Mengenai keberadaan mobil dari Tasikmalaya, Jawa Barat berada di Jakarta, pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tasikmalaya, Jawa Barat menegaskan, mobil ambulans yang dikirim ke Jakarta pada 22 Mei bukan untuk memfasilitasi kerusuhan.
Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya, Andi Warsandi mengakui, mengirimkan ambulans ke Jakarta untuk memfasilitasi massa yang beraksi pada 22 Mei.
"Tujuannya untuk mengantisipasi kelelahan para peserta aksi di Jakarta. Untuk kepentingan bantuan kemanusiaan," kata dia saat ditemui di Kantor DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya.
Andi mengaku kaget mendapat informasi di media sosial yang menyebut bahwa ambulans mereka membawa batu-batu saat kerusuhan di Tanah Abang, Jakarta.
Menurut Andi, pengiriman satu unit ambulans dilakukan atas instruksi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Jawa Barat (Jabar).
Melalui intruksi dari DPD Partai Gerindra Jabar, pihaknya diminta mengirimkan ambulans ke Sekretariat Nasional partainya di Jakarta.
"Ambulans kami berangkatkan selepas tarawih, ada tiga orang yang berangkat di antaranya sopir dan dua pengurus kami," kata Andi.
Hingga Rabu (22/5), ia belum bisa memastikan kabar yang beredar sudah terkonfirmasi.
Pasalnya sopir ambulans dan dua pengurus yang berangkat ke Jakarta itu masih belum dapat dihubungi.
Polda Metro Jaya menyebutkan mobil ambulans berlogo Partai Gerindra diketahui milik perusahaan swasta, dan tidak punya fasilitas medis.
"Mobil ini atas nama PT Arsari Pratama yang beralamat di Jakarta Pusat,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (23/5).
Mobil tersebut diketahui ditumpangi lima penumpang. Tiga tersangka berasal dari Tasikmalaya, yakni Y (supir), I (Sekretaris DPC Tasikmalaya), dan O (Wakil Sekretaris DPC Tasikmalaya).
(Mereka) bertiga (Y, I dan O) menggunakan mobil ambulans berangkat ke Jakarta karena ada intruksi. Karena diperintahkan untuk berangkat ke Jakarta bahwa kalau (kemungkinan) ada korban di kegiatan 22 Mei.
"Ada perintah dari Ketua DPC kemudian mereka bertiga berangkat ke Jakarta. Tujuan mengirimkan ambulance ke Jakarta untuk membantu korban di kegiatan 22 Mei,” ujar Argo.
Begitu tiba di kawasan Cokroaminoto, Jakarta Pusat, ketiga tersangka mengangkut dua penumpang lainnya yang belakangan ditetapkan pula menjadi tersangka, yakni HS dan SGC.
Kedua tersangka ini berasala dari Riau dan merupakan simpatisan.
HS dan SGC menumpangi mobil ambulans, mobil berangkat menuju Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Jadi berlima mereka berangkat ke arah Bawaslu.
"Sekitar 04.00 WIB terjadi lempar-lemparan antara petugas dengan pengunjuk rasa di pagi hari itu. Kemudian ada saksi melihat batu diambil dari mobil (ambulance) tersebut,” kata Argo.
Mendapati mobil ambulan tersebut berisikan batu yang dipergunakan massa untuk aksi ricuh, polisi pun langsung mengamankan kelima orang ke Polda Metro Jaya.
"Kemudian tim menyisir dan ditemukan batu dan (ambulans beserta penumpang) dibawa ke Polda Metro Jaya,” kata Argo.
Sebelumnya diberitakan, mobil bernomor polisi B 9868 PCF tampak disegel garis polisi, dan diamankan ke Mapolda Metro Jaya.
Mobil diduga disalahgunakan pendemo pada aksi 22 Mei, menjadi alat mengangkut bebatuan, senjata melempari aparat TNI/Polri yang mengamankan situasi.
Ambulans Partai Gerindra yang membawa batu dengan itu, tampak disegel garis polisi dan diparkir di depan Gedung Resmob Polda Metro Jaya.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon angkat suara mengenai dugaan satu unit mobil ambulans berisi batu.
"Saya sangat tidak yakin bahwa itu adalah ambulans Gerindra, dan diisi kemudian dengan batu-batu. Saya kira tidak ada itu," kata Fadli Zon.
Fadli Zon mengatakan tidak yakin atas hal tersebut. Terlebih, Partai Gerindra memiliki ratusan mobil ambulans.
Berdasarkan pantauan Tribun Network, terdapat juga gambar pasangan calon presiden-calon wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga S Uno pada bagian belakang serta samping mobil.
Mobil pintu sliding sebelah kiri, warna putih. Pada bagian cepan dan belakang terapat tulisan Ambulance. Pada sisi kanan dan kiri tampak tulisan Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Tasikmalaya.
Mobil ambulans lazim digunakan sebagai alat mengangkut pasien sakit, atau mengusung jasad. Namun berbeda pada mobil milik Partai Gerindra Cabang Tasikmalaya.
Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Muhammad Iqbal mengatakan ambulans tersebut disita karena menyimpan batu saat insiden kerusuhan di sekitar asrama Brigade Mobil Petamburan, Jalan KS Tubun, Jakarta Barat, Rabu (22/5).
"Ada bukti-bukti. Antara lain ada satu ambulans yang ada partainya, penuh dengan batu dan alat-alat. Setelah digeledah, ternyata masih banyak amplop dan uang. Kami sita dan kami sedang dalami hal tersebut," tutur Iqbal. (tribun network/kompas.com).
3. DPC Gerindra Tasikmalaya Kaget
Pengurus Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tasikmalaya mengaku kaget soal ambulans Gerindra yang diisi batu-batu.
Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya, Andi Warsandi mengakui, pihaknya mengirimkan ambulans ke Jakarta untuk memfasilitasi massa pada Aksi 22 Mei.
Dia menekankan, ambulans dikirim bukan untuk memfasilitasi kerusuhan.
"Tujuannya untuk mengantisipasi kelelahan para peserta aksi di Jakarta."
"Untuk kepentingan bantuan kemanusiaan," kata dia saat ditemui di Kantor DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya, Rabu (22/5/2019).
Dia menjelaskan, pengiriman satu unit ambulans dilakukan atas instruksi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Jawa Barat (Jabar).
Melalui instruksi dari DPD Partai Gerindra Jabar, lanjut Andi, pihaknya diminta mengirimkan ambulans ke Sekretariat Nasional partainya di Jakarta.
"Ambulans kami berangkatkan selepas Salat Tarawih, ada tiga orang yang berangkat di antaranya sopir dan dua pengurus kami," kata Andi.
Di satu sisi, ujar Andi, hingga kini pihaknya belum bisa memastikan, kabar yang beredar sudah terkonfirmasi.
Pasalnya, hingga kini sopir ambulans dan dua pengurus yang berangkat ke Jakarta itu masih belum dapat dihubungi.
4. Tanggapan M Taufik
Sementara itu, Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta, M Taufik membantah ada ambulans Partai Gerindra yang membawa batu.
Gerindra memang memiliki ambulans, tetapi ditegaskan Taufik, ambulans tersebut untuk mengangkut orang sakit.
"Enggak ada. Masa ambulans bawa batu. Kalau ambulans bawa orang. Gerindra pasti bawa orang," kata Taufik ketika dihubungi, Rabu (22/5/2019).
Kata Taufik, jika ada ambulans berlambang Gerindra, kemungkinan dikerahkan oleh kader sendiri.
Gerindra DKI Jakarta mengklaim tak mengerahkan massa atau terlibat dalam Aksi 22 Mei.
"Enggak ada," jawabnya singkat.
5. Fadli Zon menyebut Ambulans Gerindra Berisi Batu itu Settingan
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon angkat suara mobil ambulans dari partainya yang membawa batu.
Ditemui di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019), Fadli Zon mengatakan, tidak yakin atas hal tersebut.
Terlebih, Gerindra memiliki ratusan mobil ambulans.
"Saya sangat tidak yakin, itu adalah ambulans Gerindra dan diisi kemudian batu-batu. Saya kira tidak ada itu," katanya.

Dia meminta kepada seluruh pihak untuk tidak memberikan pembunuhan karakter terhadap partai berlambang kepala Garuda tersebut.
Jika benar ada, lanjut dia, harus dibuktikan terlebih dahulu.
"Kalau ada oknum, nanti kita lihat, tapi saya yakin tidak ada itu. Bisa-bisa cuma setting," ujarnya.
Berita Terkait:
Baca: Tak Hanya di Jakarta, Daerah Ini Juga Gelar Aksi Terkait 22 Mei
Baca: Fakta-fakta Aksi 22 Mei: Bakar Pos Polisi hingga Tertangkapnya Pria Bersenjata
Baca: Skenario Martir Sniper Aksi 22 Mei: Begini Pejelasan Kapolri
Follow Instagram Tribun Manado:
Berita Terpopuler:
Baca: VIRAL VIDEO Perkelahian Pelajar, Siswi dan Siswa Baku Hantam, Rok Terangkat hingga Teriak Nama Levi
Baca: Mayat Wanita Ditemukan Membusuk, Posisi Pakaian Jenazah Terlihat Aneh, Ternyata Modelnya Begini!
Baca: Sering Pakai VPN Gratisan di Android, Bahaya Ini Mengintai Anda
Subscribe Channel Youtube Tribun Manado:
KLIK LINK AWAL DI TRIBUNNEWS.COM