Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Korban Tewas Ledakan Bom Jadi 290 Orang: 25 Jenazah Warga Asing Belum Teridentifikasi

Jumlah korban meninggal dunia maupun luka akibat serentetan delapan ledakan bom hotel mewah dan gereja di Sri Lanka, Minggu (21/4) bertambah.

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Twitter @Aashik Nazardeen
ledakan di sebuah gereja di Sri Lanka, India 

Namun, Kedutaan Besar RI di Kolombo sudah memastikan yang bersangkutan dalam keadaan selamat dan sudah dievakuasi oleh aparat keamanan Sri Lanka. "Beberapa WNI lainnya yang menginap di Hotel Shangri La tidak berada di hotel saat kejadian," ujar Iqbal melalui keterangan tertulis, Minggu sore.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan tidak ada WNI yang jadi korban dalam teror ledakan di sejumlah tempat termasuk gereja dan hotel di Sri Lanka. Meski demikian, Kemlu mengimbau agar WNI terus waspada dan menghindari keramaian.

"Kami terus memantau keadaan situasi sana, dan sampai saat ini tidak ada informasi mengenai WNI yang menjadi korban," kata Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat diwawancarai wartawan di Kantor Kemlu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Senin.

Tata sapaan Arrmanatha Nasir  menjelaskan, hingga kemarin Minggu (21/4) masih terdapat 2 ledakan di lokasi baru di permukiman. Situasi masih belum kondusif. Pemerintah Sri Lanka sendiri masih menerapkan jam malam.

Menurut Tata, Kemenlu melalui KBRI di Kolombo telah melakukan koordinasi dengan berbagai kelompok-kelompok WNI yang ada di Sri Lanka. Seluruhnya telah diimbau untuk tetap waspada.

NTJ Afiliasi ISIS

Kepala Polisi Sri Lanka Pujuth Jayasundara pernah mengeluarkan peringatan nasional pada 10 hari sebelum serangan bom pada Minggu terjadi. Menurutnya, pelaku bom bunuh diri telah merencanakan serangan pada gereja-gereja utama.

"Sebuah agen intelijen asing melaporkan, NTJ (National Thowheeth Jama'ath) berencana melakukan seranga bunuh diri menargetkan gereja terkemuka dan komisi tinggi India di Colombo," demikian bunyi peringatan itu. NTJ merupakan kelompok radikal di Sri Lanka yang dikaitkan dengan vandalisasi patung Buddha pada tahun lalu.

Sebuah laporan intelijen yang diterima kantor Kementerian Luar Negeri menunjukkan rencana serangan itu 10 hari sebelum kejadian dan menyebut kelompok National Thowheeth Jamaath (NJT).

Sebuah laporan intelijen diunggah oleh Menteri Luar Negeri Sri Lanka Harin Fernando setelah ledakan bom mengguncang negara itu Minggu (21/4). Dalam unggahan di Twitter, Fernando mengatakan laporan yang dikeluarkan dinas intelijen asing itu telah memperingatkan akan rencana serangan pada 11 April atau 10 hari sebelumnya.

Dalam surat itu, disebutkan National Thowheeth Jamaath merupakan kelompok yang merencanakan serangan bom yang menghantam delapan tempat di Sri Lanka. Diwartakan Daily Mail, NJT merupakan kelompok ekstremis yang dibentuk di Kattankudy, kota di kawasan timur Sri Lanka, pada 2014, dan belum mempunyai sejarah serangan massal mematikan.

Laporan tentang mereka yang pernah tercatat adalah dugaan mereka melakukan perusakan terhadap sejumlah patung Buddha yang terjadi pada 2018. Sumber dari komunitas Muslim Sri Lanka menuturkan National Thowheeth Jamaath telah mengklaim dukungan kepada kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Si sumber menjelaskan Zahran Hashim yang disebut merupakan salah satu pelaku bom bunuh diri dalam serangan yang menyasar gereja serta hotel mewah itu adalah pendiri NJT. Dalam laporan intelijen itu, NJT telah merencanakan serangan di ibu kota Colombo dengan prediksi metode yang dipakai antara lain bom bunuh diri, serangan bersenjata, hingga serangan truk.

Intelijen asing yang memberikan informasi tersebut diyakini adalah Australia, salah satu anggota aliansi intelijen yang dikenal dengan nama Five Eyes. Dokumen itu menunjukkan Kepala Polisi Sri Lanka Pujuth Jayasundara kemudian merilis peringatan kepada para pejabat tinggi negara bahwa si pelaku bakal menyerang "gereja penting".  Dokumen itu bahkan membeberkan nama-nama yang menjadi pelaku serangan, termasuk Hashim.

Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan sudah mendengar informasi tersebut. Namun, dia menegaskan tidak mendapat perkembangan lebih lanjut. Wickremesinghe berkata penyelidikan harus dilakukan mengapa laporan itu tidak ditindaklanjuti. Ledakan bom terjadi tepat satu dekade perdamaian di Sri Lanka menyusul berakhirnya konflik sipil yang berlangsung selama 25 tahun pada Mei 2009. (kompas.com/dtc)

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved