Brenton Tarrant Dapat Mudah Dibunuh Gangster Saat Berada di Penjara
Seorang kriminolog mengatakan bahwa Brenton Tarrant akan menjadi target kemarahan para napi di penjara.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Seorang kriminolog mengatakan bahwa Brenton Tarrant (28) pelaku penembakan di dua masjid Christchurch, Selandia Baru akan menjadi target kemarahan para napi di penjara.
Brenton Tarrant bahkan telah diperingatkan bahwa dirinya menjadi target oleh anggota geng yang marah setelah penembakan yang dilakukakan Tarrant pada hari Jumat (15/3/2019)
Salah satu anggota geng bahkan mengancamnya, "kami juga punya banyak teman di dalam".
"Ancaman ini harus ditanggapi dengan sangat serius," kata kriminolog Universitas Canterbury Greg Newbold, seperti dikutip TribunWow dari New Zealand Herald, Senin (18/3/2019).
Baca: Pria Ini Memaafkan Brenton Tarrant Si Penembak Istrinya di Masjid Selandia Baru
Greg yang juga pernah mendekam di penjara, menegaskan bahwa ancaman tersebut akan sangat serius dan menyatakan bahwa Brenton Tarrant berada dalam bahaya besar.
"Itu bisa dianggap sangat serius dan saya akan mengatakan dia (Tarrant) akan berada dalam bahaya ekstrem."
"Akan ada orang-orang di penjara yang akan sangat marah tentang penembakan itu, terutama dia adalah seorang ekstrimis kulit putih," kata Greg.

Dia mengatakan mayoritas napi di penjara adalah non-kulit putih.
Tarrant tidak akan dapat menemukan kelompok ekstremis kulit putih untuk diajak membuat geng karena mereka kalah jumlah di penjara.
Orang kulit putih di sana juga cenderung untuk rendah diri, atau tak berani melawan geng-geng besar di penjara.
Ada beberapa orang napi kulit putih di Pulau Selatan, tetapi jika Tarrant dinyatakan bersalah dan dihukum karena pembantaian itu, ia kemungkinan besar akan menjalani hukumannya di penjara dengan tingkat keamanan maksimum di Auckland.
Mungkin saja dia bisa menghabiskan sisa hidupnya dipisahkan dari tahanan lain.
Baca: Aksi Unjuk Rasa di Aceh Menuntut Brenton Tarrant Dihukum Mati
Setidaknya ia akan menjalani lima hingga 10 tahun kurungan isolasi yang ketat.
"Ada banyak [orang] yang ingin menangkapnya juga ... dia harus berada dalam kondisi yang sangat terpisah," lanjutnya.
"Jika dia dihukum, dia akan dikurung dalam kesendirian untuk waktu yang sangat lama ... dia akan dikekang di selnya sendiri dalam waktu sangat lama."
Greg Newbold mengatakan Tarrant "dapat dengan mudah dibunuh" di penjara, sehingga ia harus dihindarkan dari kontak dengan tahanan atau manusia lain.
"Saat ini dia pasti akan menjadi orang yang paling diincar. Tidak banyak orang bersimpati akan perbuatannya, bahkan orang rasis kulit putih."
"Sebagian besar rasis di negara ini (Australia) mereka tidak seperti Hitler, mereka tidak ingin memusnahkan orang-orang yang mereka tidak suka, seperti orang Asia atau Muslim atau orang yang tidak berkulit putih. Meski mereka tak suka, mereka tidak ingin membunuh mereka semua," lanjut Greg.
Kepala petugas pemasyarakatan Neil Beales telah mengkonfirmasi bahwa Tarrant kini ditahan di fasilitas keamanan ketat, di bawah pengawasan 24 jam, sementara ia menunggu waktu persidangannya.
Brenton Tarrant saat di Pesidangan
Dikutip TribunWow.com dari Heavy.com, semua mata tertuju pada Brenton Tarrant di pengadilan Christchurch yang dipimpin oleh hakim daerah, Paul Kaller, pada Sabtu (15/3/2019).
Dalam persidangan itu, polisi menduga bahwa setelah melepaskan tembakan di dalam Masjid Al Noor, Tarrant pergi ke Masjid Linwood di seberang kota dan terus mengamuk.
Tarrant pada persidangannya tampak mengenakan pakaian penjara putih dan sesekali terlihat bingung.
Tarrant yang diborgol tanpa mengenakan alas kaki, tampak tersenyum ketika dia muncul di pengadilan.
Dari foto-foto yang beredar, Tarrant tampak dijaga sangat ketat.
Disebutkan pula, ia justru menyeringai ketika media mengambil fotonya.
Ia pun membuat simbol menggunakan jarinya, jari telunjuk dan jempol tampak disatukan seperti membentuk simbol 'OK' terbalik.
Namun, banyak yang mengatakan bahwa simbol tersebut bisa juga sebagai simbol "Kekuatan Putih".

Pria bersenjata pembantaian Christchurch yang dituduh, Brenton Harrison Tarrant (foto) telah membuat gerakan kekuatan putih dari balik jendela kaca, selama penampilan singkat di pengadilan (HZ Herald/DailyMail.co.uk)
Dilansir oleh Dailymail.co.uk, selama persidangan Tarrant berdiri tegak di tempatnya dan sesekali dia memutar tubuhnya berulang kali untuk melirik media.
Awalnya, Tarrant tampak tersenyum tipis, tetapi memudar menjadi ekspresi netral saat sidang terus berlanjut.
Selama persidangan, masyarakat dilarang hadir di ruang pengadilan yang dijaga ketat dan hanya awak media yang diperbolehkan masuk.
"Demi kepentingan keselamatan publik," kata hakim yang memimpin persidangan.
Total ada enam penjaga keamanan dan polisi yang mengenakan rompi pelindung hitam.
Sidang itu dilaporkan selesai hanya dalam beberapa menit, dan Tarrant dikembalikan ke tahanan.
Tarrant pun mendapatkan hukuman penjara seumur hidup.
Pengacara yang bertugas mendampingi Tarrant tidak mengajukan satupun bantahan.
Tarrant telah didakwa dengan satu tuduhan pembunuhan, tetapi polisi mengatakan akan lebih banyak lagi tuduhan yang akan diajukan padanya.
Sidang selanjutnya akan digelar kembali di Pengadilan Tinggi, pada Jumat (5/4/2019) mendatang.
Kronologi
Laporan pertama serangan datang dari masjid Al Noor di Christchurch tengah selama sholat Jumat, pukul 01:40 waktu setempat (00:40 GMT).
Seorang pria yang telah diketahui sebagai Brenton Tarrant, bersenjata melaju ke pintu depan, masuk dan menembaki jamaah selama sekitar lima menit.
Diketahui juga Tarrant menyiarkan langsung serangan itu dari kamera yang dipasang di kepala melalui Facebooknya.
Dalam rekaman itu Tarrant menunjukkan menembaki pria, wanita dan anak-anak.
Bahkan aksi biadabnya, ia lakukan bersamaan dengan memutar lagu metal dengan potongan lirik : “I am the god of Hellfire, and I bring you fire (Aku adalah Dewa dari Neraka, dan Kubawakan Kau Api),”.

Foto masa lalu Brenton Tarrant pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) (abc.net.au)
Tarrant juga sempat memutar lagu berjudul Remove Kebab saat melakukan serangan.
Seusai itu, Tarrant disebutkan mengendarai sekitar 5 km (tiga mil) ke masjid lain di pinggiran Linwood di mana penembakan kedua terjadi.
Tidak jelas di mana penangkapan itu dilakukan.
Polisi mengatakan mereka menemukan senjata api dari kedua masjid, dan alat peledak ditemukan di mobil milik seorang tersangka.
Beruntung bom berhasil dijinakkan oleh militer.
Baca: 5 Fakta Brenton Tarrant, Pembunuh Sadis yang Lakukan Penembakan Jemaah Salat Jumat
Korban Meninggal menjadi 50 Orang
Mike Bush pada Minggu (17/3/2019) mengatakan korban tewas berjumlah 50 orang yang sebelumnya 49 orang.
"Jumlah korban tewas kini berjumlah 50 orang. Saya juga ingin menyampaikan jumlah korban luka juga mencapai 50 orang," ujarnya.
"Kami telah dapat memindahkan seluruh korban dari kedua lokasi kejadian dan dari situ kami dapat menemukan korban lain," ujar Mike Bush, komisaris polisi Selandia Baru, dilansir kompas.comdari The Independent, Minggu (17/3/2019).
Bush menambahkan, sebanyak 36 korban luka masih dirawat di rumah sakit Christchurch, dengan 11 di antaranya dalam kondisi kritis.
Di antara para korban tewas terdapat warga negara Arab Saudi, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Turki, dan Yordania.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV: