Teroris Selandia Baru Terinspirasi Breivik: Tembak Mati 49 Orang
Jumat (15/3/2019), hari terkelam di Selandia Baru. Penembakan brutal terjadi di dua masjid di Kota Christchurch. Sebanyak 49 orang
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Seorang warga Christchurch bernama Nathan Cambus sempat merekam penangkapan terhadap seorang terduga pelaku teror. Dalam video yang ia unggah di laman Youtube, Nathan menyaksikan polisi menabrakan mobilnya ke mobil terduga pelaku.
Polisi kemudian melompat keluar dan menarik senjata. Dalam video yang dia unggah, tampak dua polisi menodongkan senjata ke arah terduga pelaku.
Setelah penangkapan, polisi mendapati ada bahan peledak yang dipasang di mobil yang mereka tunggangi.
“Dari apa yang kami ketahui, tampaknya ini sudah direncanakan dengan baik. Dua alat peledak yang melekat di mobil tersangka telah ditemukan dan mereka telah dilucuti,” ucap Ardern.
Setelah serangan itu, seorang pria yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini meninggalkan 74 halaman manifesto anti-imigran. Manifesto itu menjelaskan siapa dia dan alasan atas serangan tersebut. Belakangan diketahui, dia adalah Brenton Tarrant dan mengaku sebagai seorang rasis.
Brenton Tarrant yang diduga menjadi pelaku penembakan di dua masjid itu mengakui dirinya sebagai seorang yang terinspirasi dari Anders Behring Breivik, seorang pembunuh massal asal Norwegia.
Tarrant sempat menyiarkan secara langsung serangannya di Facebook Live ini mengakui melakukan pembunuhan itu sebagai balas dendam atas kematian Ebba Akerlund, seorang anak berusia 11 tahun yang terbunuh dalam serangan teror di Stockholm yang dilakukan Rakhmat Akilov pada 2017.
Dalam manifesto yang sempat ditulisnya, Tarrant menuliskan “Saya telah membaca tulisan-tulisan Dylann Roof dan banyak lainnya, tetapi hanya benar-benar mengambil inspirasi sejati dari Knight Justiciar Breivik.”
Breivik adalah pelaku pembuhunan terhadap 77 orang di Norwegia pada 2011. Dia dihukum 21 tahun penjara oleh Pengadilan Norwegia dan merupakan hukuman maksimal yang dibolehkan di negara tersebut.
Dubes RI untuk Selandia Baru di Wellington, Tantowi Yahya, menyatakan ada 2 WNI turut menjadi korban luka dalam serangan itu. "Informasi terbaru, ada 2 WNI yang menjadi korban," kata Tantowi Yahya saat dihubungi detikcom, Jumat (15/3/2019).
Dua WNI tersebut terdiri dari ayah dan anak. Mengenai identitas, Tantowi belum mau mengungkapnya.
"Seorang bapak dan anaknya, yang solat di masjid tersebut. (Identitas) belum bisa kami sampaikan," tutur Tantowi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla JK menyebut telah memerintahkan KBRI Wellington untuk mencari kabar WNI yang hingga saat ini belum bisa dikontak. Tiga WNI tersebut berada di dalam masjid saat penembakan terjadi. Dia pun mengimbau warga Indonesia lainnya untuk berhati-hati.
Sebelumnya, insiden kekerasan paling mematikan di Selandia Baru terjadi pada November 1990 di Aramoana, sebuah permukiman kecil di pesisir timur laut Dunedin.
Pelaku, yang diidentifikasi sebagai David Malcolm Gray (33), menembak brutal tetangganya dengan senapan semiotomatis hingga menewaskan 13 orang. Ia lalu ditembak mati oleh polisi. Penembakan itu pun hanya berawal dari masalah anjing tetangga yang tersesat di properti Gray. (Tribun/ttc/kps)