Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Eksploitasi Burung Hantu di Sulawesi Utara, Vania Menyesal Sempat Berfoto dengan Mereka

Eksploitasi Burung Hantu di Sulawesi Utara, Vania Menyesal Sempat Berfoto dengan Mereka.

Penulis: Andreas Ruauw | Editor: Siti Nurjanah
TRIBUNMANADO/ANDREAS RUAUW
Benteng Moraya 

Eksploitasi Burung Hantu di Sulawesi Utara, Vania Menyesal Sempat Berfoto dengan Mereka.

Laporan Wartawan Tribun Manado, Andreas Ruauw

TRIBUNMANADO.CO.ID, TONDANO - Memasuki pintu masuk Benteng Moraya dari antara pilar-pilar sejarah yang ada di depan menara, pengunjung melewati beberapa orang yang membawa burung hantu.

Burung itu dibiarkan bertengger di ring besi, ada juga yang berdiri di atas pundak sang pawang. Bulu ada yang putih bersih, putih berbintik, ada pula coklat tanah.

Baca: Penikaman di Depan SMU St Thomas Aquino Manado, Kapolsek: Tersangka Sudah Dikantongi

Baca: Peluru Bersarang di Dada, Seniman Asal Padang Jadi Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru

Kaki-kaki mereka terikat tali sepanjang sekitar 1,5 meter. Di dekatnya, kamera digital yang digantung di leher dan sebuah printer foto eksternal dalam sebuah tas selempang, karena setiap pawang yang juga merupakan tukang foto keliling.

Tak terlalu jauh dari situ, ada sebuah pilar dengan gambar burung yang bernama latin Tyto Rosenbergii yang merupakan simbol dari Suku Asli Minahasa.

Jumat siang itu, setidaknya tiga pawang bersama peliharaannya itu menunggui pengunjung untuk dimintai foto. Ada pula yang dengan sengaja mengajak para pengunjung untuk berfoto dengan burung hantu mereka.

Ada saja orang yang tertarik foto aksi bersama burung. Kadang mereka minta untuk meletakkan burung itu di pundak, atau di lengan.

Seorang pengunjung minta salah satu pawang burung meletakkan sat burung hantu berukuran cukup besar di pundak kanan. Permintaan itupun dilayani.

Baca: Peluru Bersarang di Dada, Seniman Asal Padang Jadi Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru

Baca: Soal Hasil Survei Pilpres 2019, Prabowo: Emang Gue Pikirin!

Pawang tampak cekatan meletakkan burung-burung di kedua pundak pengunjung. Setelah memberikan ponsel, si pawang mengambil beberapa foto, tak lupa juga foto diambil menggunakan kamera digitalnya untuk dicetak dan diberikan ke pengunjung.

Usai foto-foto, pengunjung mengeluarkan dompet. Satu lembar rupiah warna hijau berpindah tangan sambil diperhatikan oleh si burung hantu. Ya, Dengan harga Rp 20.000 foto sudah langsung jadi. Entah apa yang ada di benak burung tersebut melihat lebaran kertas berwarna tersebut.

Jika burungnya sudah mulai mengantuk, si pawang mulai menyemprotkan air ke wajah burung tersebut agar kondisinya tetap terjaga. Saat di tanyai Tribunmanado.co.id, pawang tersebut tidak menanggapi.

Eksploitasi burung hantu di Sulawesi Utara bukan hanya berada pada satu lokasi wisata saja, sejumlah tempat wisata populer di Sulut kini mulai di garap para pawang burung hantu untuk berdagang foto.

Vania (21) salah satu pengunjung di Lokasi Wisata Religi Bukit Kasih mengakui dirinya pernah menggunakan jasa foto bersama burung hantu saat dia bersama keluarga mengunjungi lokasi tersebut.

"Cantik memang waktu pertama kali melihat foto dicetak karena dapat berfoto dengan hewan eksotis seperti burung hantu, tapi setelah dipikir kembali merasa bersalah juga karena telah menjadi bagian dari eksploitasi satwa," katanya.

Atas kejadian tersebut, hingga saat ini Vania hanya sekali berfoto dengan burung hantu.

Tidak hanya sekedar menyesal, tapi juga tidak ingin membiasakan para pedagang foto untuk menggunakan burung hantu sebagai pemanis gambar

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved