Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cara Mantan Kabareskrim Komjen Pol Arief Sulistyanto Ungkap Hoaks Ratna Sarumpaet

Komisaris Jenderal Pol Arief Sulistyanto (54 tahun), menjabat 5 bulan sebagai Kabareskrim Polri. Sejak 22 Januari, ia dimutasi

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
tribunnews
Mantan Kabareskrim Komjen Pol Arief Sulistyanto 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Komisaris Jenderal Pol Arief Sulistyanto (54 tahun), menjabat 5 bulan sebagai Kabareskrim Polri. Sejak 22 Januari, ia mutasi menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri, mengurusi kaderisasi polisi.

Walau bertugas singkat, ia menangani beberapa kasus fenomenal, di antaranya kasus berita bohong (hoaks) aktivis Ratna Sarumpaet, hoaks surat suara dicoblos sebanyak 7 kontainer, hingga misteri teror terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan. Simak wawancara eksklusif Tribun Network, pekan lalu, dengan anak kedua dari lima bersaudara putra seorang guru di Nganjuk, Jawa Timur, Mardjono (almarhum) dan ibu Halimah Sa'adijah tersebut.

Tanya: Selama lima bulan menjabat sebagai komandan penyidik, Kabareskrim, apa saja yang paling berkesan menurut anda?

Jawab: Saat awal menjabat Kabareskrim, komplain cukup tinggi, karena tidak dibuka saluran. Ada banyak kasus yang sudah empat tahun belum selesai, misalnya. Kemudian saya bukan 4 saluran media social seperti facebook, instagram, email, twitter. Perkara yang sudah tiga tahun kahirnya selesai. Menggunakan medsos, saya membangun sistem.
Kemudian pemanfaatan sumber daya manusia. Ada 32 analis kebijakan lulusan Sespimti dan Lemhanas di Bareskrim. Ini kalau tidak dipetakan sangat sayang. Saya bentuk tim-tim penyidikan. Ada bentuk subdit-subdit, sehingga saya buatlah tim penyidikan perkara yang baru ditangani. Kita harus memberikan reserse yang menangani. Itu rasa lama, kita harus membuat reserse rasa baru. Temanya adalah mari benahi reserse, rakyat menunggu.

Apakah susah mengubah sistem dan karakter penyidik?

Menghadapi resistensi itu, tapi kita bisa lalui, kalau kita sebagai pemimpin konsisten. Dan itu sudah dirasakan. Saya sudah berkali-kali mengganti, kesimpulan saya satu untuk mengubah sebuah organisasi. Organisasi yang buruk datang pemimpin baik, dia akan baik. Organisasi yang baik datang pemimpin yang baik, dia akan luar biasa.

Semasa Anda Bareskrim, banyak kasus hoaks heboh yang ditangani. Apakah penanganan kasus hoaks sama dengan kasus pidana lainnya?
Semua perkara itu memiliki karakter masing-masing. Walaupun sama-sama hoaks, misalnya, tapi hoaks Ratna Sarumpaet dan 7 kontainer surat suara, beda. Setiap perkara baru akan memberikan ilmu yang berbeda. Jangan mengambil masalah itu menjadi masalah pribadi kita. Kita berdiri di tengah.

Ada kritik terhadap Polri, terkait penanganan kasus hoaks. Konon, jika hoaks kepada pemerintah cepat diusut dan ditangkap, tetapi jika hoaks kepada pihak lain, lambat penanganannya. Apakah Polri berpihak?

Jangan tanya ke saya, saya bukan Kabareskrim lagi.

Kita bicara kasus lama, ketika anda jadi Kabareskrim.
Kami bekerja berdasarkan fakta. Bukan siapa didulukan, siapa ditangani. Hoaks yg mana yang tidak ditangani. Orang bisa berpendapat seperti itu. Setiap perkara ada tingkat kesulitannya masing2. Sehingga ada suatu perkara itu blessing juga, 7 kontainer itu blessing juga. Itu dari Tuhan. Kalau tuhan tidak meridhoi mungkin tidak akan terungkap.

Boleh cerita pengungkapan kasus Ratna Sarumpaet?

Kasus Bu Ratna, saya perintahkan Dirkrimum untuk mengecek RS di Bandung. Katanya kejadian penganiayaan tanggal 21 September dan baru dilaporkan tanggal 3 Oktober 2018. Tapi saat dicek, nggak ada di Bandara Husein Bandung. Nggak ada sopir taksi yang mengaku menolong. Manifes di pesawat juga nggak ada.

Lalu bagaimana caranya mengungkap kebohongan itu?

Kami gunakan jejak digital. Jejak digital yang kami gunakan untuk kasus Ratna ini macam-macam. Saya bilang di era sekarang ini tidak ada tempat sembunyi lagi, no place to hide.

Kemudian kami cek, ternyata mengarahkan pada satu tempat di Jakarta. Saya sendiri datang ke lokasi itu pukul 11 malam, dan ternyata rumah sakit.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved