Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Saatnya Mengambil Peluang dari Limbah Plastik

Karena itu, jangan melihat sampah sebagai masalah. Tapi sebagai peluang.

Editor: Charles Komaling
Istimewa
Sampah plastik 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Dari Data Solid Waste Association, produksi sampah plastik di Indonesia diperkirakan mencapai 5,4 juta ton per tahun. Data itu belum diakumulasi dengan temuan-temuan sampah plastik di sejumlah bibir pantai. Tentu, jumlah itu bisa saja berubah, karena penggunaan plastik setiap tahun selalu naik.

Adapun menurut data Adipura 2016, komposisi sampah terdiri dari sampah organik (57 persen), plastik (16), paper (10 persen), besi (4 persen), tekstil (3 persen persen), karet (2 persen), dan kaca (2 persen). Meski sampah organik mendominasi, sampah plastik cenderung jadi ‘kambing hitam’.

Seharusnya, plastik jangan hanya dilihat sebagai masalah karena sejatinya produk plastik mampu meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sejatinya, persoalan sampah dapat dikelola lebih baik asalkan ada sinergi dengan kelompok lain. Business Development Director Indonesia Plastic Recycles (IPR) Ahmad Nuzuludin menilai, persoalan sampah plastik, dapat diminimalkan dengan metode daur ulang. Industri Daur Ulang Plastik (DUP) dinilai dapat menjawab permasalahan pemerintah dalam hal ekonomi maupun lingkungan.

Kata dia, secara fundamental ekonomi, rantai Industri Daur ulang dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar, yang secara tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika pemilahan sampah dilakukan secara tepat, maka akan memudahkan dalam melakukan proses daur ulang.

Kemudian, secara fundamental lingkungan, industri Daur Ulang Plastik (DUP) secara langsung atau tidak langsung membantu pemerintah untuk mengolah suatu produk yang sudah tidak terpakai atau dibuang oleh masyarakat. Jadi barang yang sudah no-value, di industri DUP bisa di sulap menjadi value-added product.

IPR berharap agar pemerintah, baik di pusat maupun di daerah dapat bersinergi untuk membantu industri daur ulang plastik berkembang. Bukan malah sebaliknya. Apalagi dengan segala potensi positif yang ditawarkan industri ini.

“Pelarangan kantong plastik ini kelihatan keren tapi sebenarnya dampaknya justru sangat negatif terhadap ekonomi dan lingkungan, karena serapan campuran bahan daur ulang dalam kantong plastik recycle sangat banyak,” tegasnya.

Ia usul, pemerintah memberikan insentif terhadap pemda yang memakai atau mendukung pemakaian produk produk daur ulang plastik. Karena, cukai dan larangan hanya sebatas tulisan aturan yang ingin permasalahan terlihat selesai secara instant padahal tidak efektif dan menciptakan masalah yang lebih besar..

“Sehingga pengumpul akan lebih semangat mencari dan mengumpulkan untuk dikirim ke pabrik DUP sehingga sampah jadi lebih bernilai. Seperti kantong sampah, kresek , polybag tanaman, tong sampah dan lain-lain, harusnya diwajibkan menggunakan bahan daur ulang sehingga sirkular ekonomi akan lebih berjalan,” ujarnya.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) Fajar A.D Budiyono, juga mengingatkan, sampah, tak melulu plastik. Asal ada pengelolaan sampah terintegrasi, seperti di Jepang dan Singapura, tak perlu alergi dengan plastik. Sampah plastik pun lebih mudah didaur ulang. Mudah diubah ke banyak bentuk baru. Juga bisa menjadi barang bernilai ekonomi.

“Karena itu, jangan melihat sampah sebagai masalah. Tapi sebagai peluang. Apalagi banyak masyarakat yang menjadikan sampah sebagai mata pencarian. Seperti pemulung. Hasil sampah yang didapat dijual ke sejumlah asosiasi. Nah, karena asosiasi daur ulang sudah ada, maka industri-industri yang mendaurulangkan sampah harus didukung,” ujar Fajar.

Jika dikelola baik, tak perlu lagi ada kampanye menghentikan penggunaan plastik. Caranya, pengelolaan sampah dimulai dengan pendekatan Management Sampah Zero (Masaro). Memilah sampah langsung di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, pelibatan masyarakat, pemerintah, dan industri.

Dalam konsep ini, baik sampah yang bisa membusuk maupun tidak, bisa diolah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi baik. Sampah-sampah tersebut diolah menjadi berbagai macam produk seperti bahan daur ulang, bahan bakar minyak, penguat aspal berbahan dasar plastik, pupuk, pakan organik, dan media tanam hingga bahan bakar minyak.

Pengolahan sampah Masaro, diawali dengan pemilahan sampah. Pertama, sampah membusuk yang dicacah lalu diolah sehingga bisa menghasilkan pupuk organik cair, konsentrat pakan organik cair, dan media tanam dalam bentuk polybag.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved