Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Faizal Assegaf Menyebut HTI Lebih Aktif Menyebarkan Hoaks di Medsos, Dibanding Turun ke Jalan

Faizal Assegaf mengatakan, paham radikalisme dan intoleransi masih mendominasi pemilu 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April mendatang.

Editor: Rhendi Umar
kompas.com
Faizal Assegaf 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketua Progres 98 Faizal Assegaf mengatakan, paham radikalisme dan intoleransi masih mendominasi pemilu 2019 yang akan diselenggarakan pada 17 April mendatang.

Salah satu pendiri Presidium Alumni 212 itu menyebutkan, kelompok radikal Hizbut Tahfir Indonesia (HTI) masih eksis saat ini, dan sering menumpang nama pada kelompok yang sebetulnya damai dan mendukung demokrasi.

Menurutnya, sejak dibubarkan, HTI lebih aktif menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks di sosial media, dibandingkan turun ke jalan.

"Jelang Pikada DKI, saya sebagai penentu alumni 212 koordinator kajian politiknya, tujuan awal itu gimana hadirkan gerakan oposisi yang damai. Tapi, ada upaya untuk menunggangi yang dilakukan oleh HTI untuk timbulkan perpecahan," ungkapnya, dalam diskusi Pemilu Damai Tanpa Radikalisme, Intoleransi, dan Terorisme, di Lentera Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/2/2019).

"Di medsos sejak HTI bubar, tak ada lagi demo-demo di jalan, mereka buat forum di medsos didanai kekuatan-kekuatan Internasional," sambungnya.

Baca: Buron 6 Tahun, Perampok Sadis Ini Tewas Ditembak Polisi karena Melawan dengan Senpira

Baca: 10 Fakta Prof Winda yang Mantan Suaminya Nikahi Selingkuhan: Kalah Kasasi, Tetap Pakai Cincin Kawin

Faizal Assegaf menilai, kelompok radikal sebetulnya tidak mendukung kandidat capres cawapres tertentu, melainkan punya agenda dan kepentingannya sendiri.

"Di Twitter sudah ada ancaman integrasi. Mereka tak tanggung-tanggung suarakan keinginan mereka untuk kegagalan demokrasi yang sudah berlangsung, tak peduli Prabowo kalah, Jokowi menang, dan lainnya. Ini ancaman yang serius, tak bisa demokrasi dengan biaya mahal malah jadi pintu masuk disintegrasi Indonesia," tegasnya.

Menurutnya, pemerintah, KPU, dan TNI/Polri perlu ambil sikap tegas untuk memberantas kelompok radikal tersebut.

"Saya usulkan KPU TNI Polri harus sensitif lihat itu. Jangan sampai elemen yang tidak percaya hasil pemerintahan demokrasi ikut terlibat dan ciptakan konflik," papar Faizal Assegaf.

"Musuh kita bukan Prabowo, bukan oposisi, tapi intolerasi radikalisme, pelaku utamanya HTI yang terlibat dalam skenario-skenario kebohongan," tambahnya.

Baca: Bantah Beras Eceran Termahal ada di Indonesia, Mentan: Urutan Pertama adalah Jepang

Baca: Laga Persija Melawan Persikabo Heri Sutanto Siap Gantikan Posisi Marko Simic

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, radikalisme, intoleransi, dan terorisme masih menjadi ancaman jelang Pemilu 2019. Maka itu, ia meminta masyarakat Indonesia mampu mendeteksi ancaman tersebut.

"Harapan kami pemilu ini damai, aman, penuh kegembiraan tanpa ada gerakan yang bisa menggangu pemilu dan menimbulkan keretakan sosial," harap Karyono.

Dia mengatakan, salah satu bentuk ancaman pada pemilu saat ini adalah politik identitas yang mengedepankan suku, agama, ras, dan antar-golongan. Bahkan, selama memasuki masa kampanye, lanjut dia, ruang publik telah diisi ujaran kebencian dan hoaks.

"Gerakan-gerakan intoleran, gerakan radikalisme, paham khilafah islamiah juga ikut menumpang dalam proses pemilu. Kemudian, kita sering kali melihat masih ada bendera HTI berkibar di dalam proses pemilu 2019 ini. Itu mengkhawatirkan, jangan sampai hal itu mengganggu proses pemilu," bebernya.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan link http://wartakota.tribunnews.com/2019/02/16/ketua-progres-98-ungkap-hti-tebar-ancaman-gagalkan-demokrasi-di-media-sosial.

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved