Ini yang Dilakukan Sajjad Warga Afghanistan di Manado Sebelum Maut Menjemputnya
Kurang lebih enam hari mendapat perawatan medis di RSUP Prof dr RD Kandou Manado, Sulawesi Utara, Sajjad (24).
Penulis: Tirza Ponto | Editor: Alexander Pattyranie
Ini yang Dilakukan Sajjad Warga Afghanistan di Manado Sebelum Maut Menjemputnya
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Kurang lebih enam hari mendapat perawatan medis di RSUP Prof dr RD Kandou Manado, Sulawesi Utara, Sajjad (24), warga Afghanistan yang memberanikan diri untuk membakar dirinya sendiri di gedung Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado, Kamis (07/02/2019) lalu, akhirnya dipanggil Tuhan, Rabu (13/02/2019) sore, sekitar pukul 15.00 Wita.
Dari data yang diperoleh wartawan tribunmanado.co.id, sebelum Sajjad meninggal dunia, ia pernah bercerita dengan Tribunmanado.co.id, bahwa ia adalah lulusan Fakultas Teknik di Universitas Sam Ratulangi Manado.
"Saya angkatan 2013, dan Wisuda tahun 2018 kemarin," ungkap Sajjad ke wartawan tribunmanado.co.id, saat ditemui di ruangan nginap RSUP Kandou Manado, Sabtu (09/02/2019) lalu.
Dengan menahan sakit luka bakar yang dialaminya, Sajjad berusaha menjelaskan masa hidupnya sejak di Indonesia, khususnya di Kota Manado ini.
"Kenapa hak kami ditahan, kami tidak pernah buat kekacauan selama di Indonesia ini, kami hanya ingin mendapatkan hak kami," jelas Sajjad.
Meski, demi mendapatkan hak mereka, lelaki kelahiran tahun 1994 itu memberanikan dirinya untuk membakar diri sampai mengalami 80% luka bakar di bagian tubuhnya.
Sampai akhirnya, meski sempat dirawat di RSUP Kandou Manado, Sajjad dipanggil sang pencipta.
Sayangnya, teman-temannya saat akan diwawancarai wartawan Tribunmanado.co.id, tidak mau.
Diberitakan sebelumnya, aksi bakar diri tersebut nekad dilakukannya dan itu sebagai bentuk protes terhadap pihak PBB, dalam hal ini UNHCR yang telah mengabaikan perjuangan mereka selama puluhan tahun untuk mendapatkan status Refugee (pengungsi).
“Selama ini PBB terlebih khusus UNHCR telah menginjak hak kami, sebab selama 20 tahun ini mereka tidak pernah lanjuti janji mereka, saya ingin bertanya kepada mereka, kenapa? ada apa?,” sesalnya.
Ditambahkannya, saat dia melakukan aksi bakar diri, ternyata bukan hanya dia yang terbakar.
Pamannya juga ikut terbakar.
"Paman saya Muhammad Rahim (60), berdiri di samping saya, saat saya memasang korek api, saya langsung tebakar. Dan ternyata paman saya juga ikut terbakar," tambahnya.
Patut diketahui, gejolak Warga Negara Asing (WNA) di Rudenim Manado melalui aksi demo dan mogok makan, memang gencar terjadi beberapa tahun belakangan ini.