Pengungsi Karangetang Tidur di Gereja: Bahaya, Begini Perkembangan Terkini Gerakan Lahar Panas
Gunung Karangetang masih mengeluarkan lahar atau lava panas hingga hari ketiga, Senin (4/2/2019).
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, SIAU - Gunung Karangetang masih mengeluarkan lahar atau lava panas hingga hari ketiga, Senin (4/2/2019). Para pengungsi Karangetang pun belum bisa balik ke rumah, apalagi menjalankan aktivitas kesehariannya.
Ada 43 pengungsi dari Kampung Kawahang dan 57 orang dari Kampung Batubulan yang mengungsi ke Gereja GMIST Nazareth Niambangeng.
Pergerakan lava Karangetang melalui Kali Malebuhe dan Batuare sudah mencapai jembatan di Desa Batubalan, sehingga akses jalan sudah tidak bisa dilewati lagi.
"Leleran lava sudah berjarak 2.900 meter dari puncak kawah II," jelas Yudia Tatipang, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang, Senin kemarin.
Ia mengatakan, guguran lava menimbulkan kepulan asap kecoklatan terkadang kelabu sampai hitam. "Kepulan asap tersebut sudah ke arah barat sampai ke barat laut," ujarnya.
Hingga malam hari terlihat guguran lava sudah mencapai jembatan, bahkan diperkirakan bisa lebih dari itu. "Kalau ke laut bisa saja terjadi kalau perut gunung masih terus mengeluarkan guguran lava," jelas dia.
Ia mengatakan, paling berbahaya adalah awan panas yang ditimbulkannya sentuhan lava dan tanah atau tumbuhan. Sementara dari pantauan dari pos pemantau tercatat untuk guguran terjadi 14 kali dengan amplitudo 3-10 mm, berdurasi 30-125 detik.
Hembusan terjadi 21 kali dengan amplitudo 10-52 mm, berdurasi 25-55 detik. Vulkanik dangkal 2 kali dengan amplitudo 4-5 mm, berdurasi 4-5 detik.
Vulkanik dalam dua kali terjadi dengan amplitudo 14-45 mm, S-P 0.5 detik, durasi : 15 detik. Tektonik jauh sekali dengan amplitudo 25 mm, S-P : 30 detik, berdurasi : 100 detik. Tremor menerus terekam dengan amplitudo 0.25 mm (dominan 0.25 mm).
Bernice Kalengsang, warga Kampung Batubulan, Kecamatan Siau Barat Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), terpaksa meminjam baju di dekat tempat pengungsian.
Ia tidak sempat membawa pakaian dari rumah saat dievakuasi dari rumahnya yang berdekatan Kali Malebuhe dan Batuare, jalur lahar panas. "Tidak sempat bawa pakaian, soalnya disuruh cepat saat mereka evakuasi lalu. Bersyukur ada yang pinjamkan baju," katanya, Senin kemarin.
Untuk makanan, menurutnya, sudah sangat mencukupi. Mereka juga tidur di tikar lantai gereja. Namun mereka masih merindukan rumah. "Semoga saja rumah kami tidak apa-apa, soalnya di situ ada ijazah dan surat-surat lainnya," jelas dia.
Kartince Kalensang, pengungsi lainnya mengatakan, kebutuhan mereka sangat mencukupi. "Susu cukup, juga disiapkan," jelasnya. Ia hanya memikirkan rumah. "Banyak pala hasil kebun di rumah belum sempat diamankan, pakaian juga tidak sempat diambil," katanya.
Untuk kebutuhan di lokasi pengungsian sudah mencukupi lantaran bantuan dari Dinas Sosial dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sitaro sudah masuk. Pun pos kesehatan sudah didirikan di situ, sehingga keluhan warga soal kesehatan langsung ditangani.
Erupsi Karangetan mengundang perhatian wakil rakyat. Enam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sitaro sambangi korban bencana guguran lava Karangetang yang mengungsi di GMIST Nazareth Niambangeng Kawahang, Senin kemarin.
Enam legislator itu dipimpin Wakil Ketua DPRD Wolden Sasue. Mereka datang memberikan bantuan berupa sembako dan sabun. Mereka juga mendoakan para pengungsi agar tetap kuat dalam menjalani musibah yang menimpa.
Wolden mengatakan, mendengar informasi ada pengungsi guguran lava di Batubulan dan Kawahang, legislator langsung menggalang dana dari semua anggota DPRD. Mereka membelanjakan bahan sembako.
"Semua dari anggota DPRD Sitaro, dan harapan kami supaya para masyarakat menjadi kuat dan bisa melewati bencana alam yang tidak diinginkan," jelas dia. Ia berharap agar masyarakat harus berhati-hati.
Bantuan dibagi dua, untuk pengungsi di GMIST Nazareth Niambangeng dan juga untuk pengungsi di Balai Kampung Batubulan. Namun bantuan untuk Batubulan akan dibawa menggunakan perahu lantaran jalan sudah tidak bisa diakses.
Kartince mengaku sangat bersyukur bisa mendapatkan bantuan dari DPRD Sitaro. Ia mengaku bersyukur, kebutuhan selama di pengungsian bisa terpenuhi, khususnya untuk makanan.
Hingga kemarin, guguran lava Karangetang terus terjadi. Lava mengalir ke arah ke Kali Malebuhe dan Batuare, bahkan semakin dekat dengan jalan di Kampung Batubulan.
Berdasarkan informasi dari Pos Pemantau Gunung Karangetang, nampak asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100 meter di atas puncak kawah (lihat grafis).
"Asap kawah II putih tipis sekitar 50 meter, hembusan asap kawag II putih kelabu sekitar 300 meter, asap putih kebiruan menyebar ke tubuh gunung bagian selatan," kata Aditya Gurasali, petugas Pemantau Karangetang. "Status gunung masih siaga atau level III," jelasnya.
Masyarakat di sekitar gunung Karangetang dan pengunjung wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah 2 (utara) dan perluasan ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya sejauh 3 km.
Masyarakat diharapkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari Karangetang, agar selama musim hujan meningkatkan kewaspadaan. Perlu waspada ancaman lahar hujan dan banjir bandang terutama di sepanjang bantaran Kali Batuawang hingga ke pantai.

Bupati Kunjungi Pengungsi
Bupati Kabupaten Kepulauan Sitaro Evangelian Sasingen memantau perkembangan bencana alam guguran lava Karangetang, Senin kemarin.
Pertama ia mengunjungi lokasi yang dijaga pihak Polsek Siau Barat dan Koramil 02 Siau, tepatnya di Kampung Kawahang.
Di situ ia berbincang dengan petugas Yudia Tatipang Pemantau Gunung Karangetang, Dandim 1301 Sangihe Letkol Inf Parenrengi, Kapolsek Siau Barat Kompol Johanis Sasebohe.
Sempat ingin melihat langsung aliran lava yang berada di Batubulan, namun dicegah lantaran sudah sangat berbahaya, sebab sudah sangat dekat dengan jembatan Batubulan. "Daripada beresiko awan panas, lebih baik tidak usah," katanya.
Ia berterima kasih kepada petugas TNI dan Polri lantaran siap siaga turun lokasi saat mendapat laporan terjadinya guguran lava.
"Saya berterima kasih atas kesiapsiagaan dari TNI dan Basarnas Sangihe yang sejak kemarin sudah ada di lapangan, bekerja sama dengan pemerintah di Sitaro untuk mengevakuasi masyarakat yang dianggap berbahaya terhadap aliran lava tersebut," jelasnya.
Ia mengatakan, sampai sekarang warga masih tetap diimbau untuk waspada, dan akan tetap dievakuasi bagi mereka yang memang dianggap terlalu dekat dengan aliran lava.
"Untuk warga yang masih di kampung Batubulan sampai tadi kami imbau untuk di evakuasi, dan sudah berusaha baik lewat laut, tapi masih ada yang berusaha bertahan di sana, tapi kalau mereka meminta untuk dievakuasi kami akan evakuasi," ujarnya.
Ia pun menjamin kesejahteraan warga selama di pengungsian. "Sejak diungsikan kami sudah membagikan bantuan baik dari TNI, Dinsos, dan BPBD, serta selama dalam pengungsian tetap masih dalam jaminan pemerintah," jelas dia.
Menurut, bantuan dari mana saja akan diterima untuk masyarakat uang mengungsi. "Kami terbuka menerima bantuan dari mana saja, kami akan berterima kasih kepada siapa saja yang memberikan bantuan untuk masyarakat di sini," jelas dia.
Menurutnya, untuk masker sudah dibagikan kepada seluruh warga."Bahkan kami sudah minta tambahan masker ke PMI sebanyak 10 ribu lembar," jelasnya.
Untuk siswa SD juga sudah diliburkan, dan siswa SMP dan SMA dipindahkan ke sekolah terdekat agar bisa melanjutkan pelajaran di sana. Usai dari lokasi, Bupati Sitaro menyambangi pengungsi yang ada di gedung gereja GMIST Nazaret Niambangeng.
BPBD Sulut Siaga
Setelah banjir Manado, menyusul erupsi Gunung Karangetang di Kabupaten Sitaro. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut, Joi Oroh mengatakan, setelah melihat perkembangan di lapangan, pemerintah mengakhiri tanggap darurat bencana di Manado.
"Korban yang mengungsi banyak yang sudah kembali ke rumah mereka," ujar Joi kepada tribunmanado.co.id, Senin (4/2/2019). Pemerintah Provinsi pun sudah menutup posko induk penanganan bencana di lobi kantor Gubernur Sulut.
Tempat ini beberapa hari terakhir jadi pusat komando distribusi bantuan ke korban bencana. "Kita standby di kantor BPBD, melihat perkembangan di lapangan," kata dia.
Tugas BPBD pun belum berakhir. Kini, kata Joi, dihadapkan pada erupsi Karangetang. "Kita koordinasi terus dengan Pemkab Sitaro, barusan dengan Pak Sekda," kata dia.
Sejauh ini, informasi ada 30 kepala keluarga mengungsi. Pada tahap itu masih ditangani Pemkab Sitaro. Pemprov tetap standby. Jika dibutuhkan bantuan segera bertindak. (amg/ryo)