Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Orang Lari Jauhi Lahar Karangetang: Begini Kondisi Tiga Kampung di Jalur Lahar Panas

Gunung Karangetang tebar ancaman! Gunung berapi di Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biro (Sitaro)

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
Tribun Manado
Para pengungsi beristirahat di gereja GMIST Nazareth Niambangeng Kawahang, Minggu (3/2/2019). 

TRIBUNMANADO.CO.ID, SIAU – Gunung Karangetang tebar ancaman! Gunung berapi di Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biro (Sitaro) ini meletus dan memuntahkan lahar atau lava panas mengarah ke permukiman penduduk.

Warga di Kampung Batubulan Lindongan I dan II serta Kahawang, Kecamatan Siau Barat Utara (Sibarut) terpaksa dievakuasi ke lokasi yang aman.

Kebanyakan warga mengungsi ke lokasi yang jauh dari Kali Batuare dan Malebuhe. Tercatat ada 57 warga yang mengungsi di Kantor Kampung (Desa) Batubulan dan Kahawang serta rumah warga.

"Memang ada yang mengungsi di Kantor Kampung Batubulan dan mereka juga sudah mendapatkan penanganan dan diberikan bantuan," kata Camat Sibarut, Chatrine Lukas, Minggu (3/2/2019).

Melani Ardile, seorang pengungsi menjelaskan, ia mengungsi dengan keluarganya di Kampung Batubulan.
"Mengungsi di rumah keluarga, takut juga dengan kejadian guguran lava ini," jelasnya.
Sampai kemarin, menurutnya, sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah, berupa selimut, tikar, dan makanan. "Sudah mencukupi," katanya.

Ia berharap agar guguran lava ini cepat selesai dan bisa kembali ke rumahnya. "Sebab tidak enak juga tinggal di rumah saudara, enaknya tinggal di rumah sendiri," jelasnya.

Warga juga nampak beraktivitas seperti biasa, namun tetap waspada terhadap bencana gunung api Karangetang.
Lava panas terus bergerak mengikuti jalur aliran Kali Batuare dan Melebuhe sejak Sabtu hingga Minggu (2-3/2/2019). "Awalnya enam keluarga yang dievakuasi dari Kampung Batubulan Lindongan I dan II," kata Camat Sibarut, Catrine Lukas, Minggu kemarin.

Enam keluarga yang dievakuasi awal, yaitu Keluarga Kalensang-Manutur, Pangasi-Kalensang, Haryono-Kalensang, Katilahe Kalensang, Makapunas- Katilahe dan Mudami-Gansa. "Totalnya ada 22 jiwa, dewasa dan satu anak, satu ibu hamil, satu remaja, dan lansia," ujar dia.

Enam kepala keluarga itu kemudian diungsikan ke Kampung Kawahang yang hanya bersebelahan dengan Kampung Batubulan. Namun beberapa jam kemudian, sejumlah kepala keluarga di Kampung Kawahang dievakuasi mengingat jaraknya juga tak terlalu jauh dengan dua kali yang menjadi jalur aliran lava panas.

Ada sepuluh keluarga di Kampung Kawahang yang menyusul dievakuasi, yaitu Keluarga Balau-Unsong, Tamansa-Bisa, Piahiang-Pangulimang, Pangulimang-Kalensang, Balaati-Berhimpong, Rumune-Sidangoli, Manutur-Adile, Sasingkalo-Lahope, Dawid-Berhamba dan Sumeba- Pangulimang.

Total ada 31 orang dewasa, anak, remaja dan lansia. "Ada yang mengungsi ke keluarga mereka, namun ada juga yang mengungsi di posko," kata Camat.

Ia menjelaskan, belum diketahui hingga kapan pengungsian akan berakhir. "Sampai selesai, kalau sudah berhenti lavanya," ujar dia. Sejauh ini, untuk warga yang mengungsi diberikan bantuan makanan dari kecamatan dan Dinas Sosial. "Tadi kami sudah belanja untuk kebutuhan makan warga yang mengungsi," jelasnya.
Dinas Sosial Sitaro juga memberikan bantuan berupa bahan pangan, selimut dan tikar.

Aktivitas gunung api Karangetang terlihat jelas pada Minggu pagi. Dari kawah terlihat asap bertekanan sedang hingga kuat berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak.

"Kalau dari kawah utama terlihat asap putih kebiruan tebal, tekanan gas sedang sampai kuat sekitar 50 meter," kata Yudia Tatipang, Kepala Pos Pengamatan Gunung Karangetang.

Ia menjelaskan, bau belerang juga tercium lemah. "Asap kebiruan condong dan menyebar di lereng bagian selatan tenggara gunung api," ujar dia.

Di kawah kedua juga terlihat asap putih tipis sampai sedang, tekanan gas lemah sampai sedang tinggi sekitar 50-100 meter. "Suara gemuruh lemah sampai agak kuat sering terdengar dan disertai hembusan asap putih kelabu tinggi sekitar 300 meter," ujarnya.

Ia mengatakan, secara kegempaan guguran terjadi 34 kali dengan amplitudo 3-12 mm dengan durasi 30-55 detik.
Hembusan terjadi 21 kali dengan amplitudo 6-54 mm, durasi 20-65 detik.

Vulkanik dangkal 2 kali, amplitudo 10-20 mm, berdurasi 5 detik. Tektonik jauh sekali dengan amplitudo 45 mm, S-P 26 detik, berdurasi 75 detik. Tremor Menerus terekam dengan amplitudo 0.25 mm (dominan 0.25 mm). "Status gunung masih siaga atau level III," jelasnya.

Masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah 2 ( utara ) dan perluasan ke sektor selatan, tenggara, barat dan barat daya sejauh 3 km.

Masyarakat diharapkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran kali Batuawang hingga ke pantai.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang. Terutama di sepanjang bantaran Kali Batuawang hingga ke pantai.

Larang lewat

Aparat dari Polsek Siau Barat dan Koramil 02 Siau siaga di Desa Kawahang untuk mengantisipai adanya warga yang masih ada di kebun atau rumah. Mereka segera dievakuasi. Petugas juga mencegah warga yang hendak ke Desa Batubulan.
"Jalur ini sudah dilarang untuk dilewati warga, sebab guguran lava sudah dekat dengan jalan atau jembatan," kata Kapolsek Siau Barat, Kompol Johanis Sasebohe, Sabtu pekan lalu.

Ia menjelaskan, yang berbahaya adalah awan panas yang menyertai guguran lava. Ada juga bebatuan panas yang bisa menerpa siapa saja. "Tadi kami pastikan, warga yang masih di rumah atau kebun diungsikan bersama ke tempat yang aman," jelasnya. Ia melibatkan 29 personelnya untuk berjaga di situ. Juga dibantu aparau dari Polsek Siau Timur.

Kapten Inf Pitter Masina, Danramil 02 Siau menambahkan, sejak mendapatkan informasi langsung turun ke lokasi untuk membantu melakukan evakuasi warga.

"Tadi kami bersama dengan kepolisian, BPBD evakuasi warga. Kami tidak bisa sendiri, tapi harus bersama," jelas dia. Ada sekitar 13 anggotanya yang ikut melakukan pengamanan bersama dengan kepolisian.
Sesekali dari anggota TNI dan Polri melakukan pengamatan terhadap jalannya guguran lava tersebut.
Menurut informasi terakhir guguran lava sudah mendekati jembatan kali Malebuhe, sekitar 150 meter lagi.

Polisi, TNI dan pihak terkait sedang berjaga terkait Gunung Karangetang pada Minggu (3/2/2019)
Polisi, TNI dan pihak terkait sedang berjaga terkait Gunung Karangetang pada Minggu (3/2/2019) (TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS)

Tercium Bau Belerang

Lava panas Gunung Karangetang terlihat sejak Sabtu (2/2/2019). Menurut petugas Pemantau Gunung Karangetang, guguran lava mengalir ke Kali Malebuhe, sekitar 2.500 meter dari puncak kawah.

"Kami pantau dari Kampung Batubulan, lantaran dari pos pantau tidak teramati, hanya tercium bau belerang saja," kata Didi Wahyudi, Petugas Pemantau Gunung Karangetang.

Ia mengatakan, secara kegempaan guguran terjadi 19 kali dengan amplitudo 3-8 mm dengan durasi 35-80 detik.
Hembusan terjadi 14 kali dengan amplitudo 20-52 mm, durasi 25-50 detik, gempa fase banyak 9 kali, amplitudo 5-8 mm, S-P 0 detik, durasi 12-15 detik.

Vulkanik dangkal 4 kali, amplitudo 3-5 mm, berdurasi 12-15 detik. Tektonik jauh dua kali dengan amplitudo 30-52 mm, S-P 17-20 detik, berdurasi 110-190 detik.
Tremor Menerus terekam dengan amplitudo 0.25 mm (dominan 0.25 mm). "Status gunung masih siaga atau level III," jelasnya.

Masyarakat di sekitar Karangetang dan pengunjung wisatawan tidak diperbolehkan mendaki dan beraktivitas pada radius 2,5 km dari kawah 2 (utara) dan perluasan ke sektor Selatan, Tenggara, Barat dan Baratdaya sejauh 3 km.

Masyarakat diharapkan menyiapkan masker penutup hidung dan mulut jika terjadi hujan abu. Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang selama musim hujan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman lahar hujan dan banjir bandang, terutama di sepanjang bantaran Kali Batuawang hingga ke pantai.

Guguran lava di Kali Batuare dan Melebuhe yang semakin mendekati perumahan warga, membuat sejumlah warga harus diungsikan.

Kondisi itu mengundang perhatian dari Kapolres Sangihe AKBP Ferdinan Napitu, Dandim 1301 Sangihe Letkol Inf Parenrengi dan Ketua DPRD Sitaro Djon Janis.

Kapolres Sangihe sempat menyambangi korban bencana yang mengungsi di GMIST Nazareth Niambangeng.
Di situ ia sedikit menghibur warga di lokasi pengungsian. "Saya kemari untuk mengetahui kabar bapak dan ibu," kata Kapolres Sangihe, Minggu (3/3).

Ia mengatakan, agar warga tak perlu khawatir dengan harta benda mereka. "Terpenting nyawa bisa selamat, sebab bisa saja awan panas, atau gas beracun dari gunung yang bisa membahayakan jiwa," jelasnya.

Kapolres Sangihe, Dandim 1301 Sangihe, dan Ketua DPRD kemudian menyambangi warga yang mengungsi di Desa Batubulan. Tentu saja dengan pengawalan, melihat situasi dan kondisi, sebab untuk menuju ke Batubulan harus melewati Kali Batuare dan Malebuhe.

Ketua DPRD Sitaro Djon Janis mengatakan, harus ada edukasi terhadap masyarakat khususnya untuk penanggulangan bencana, sebab Sitaro ada beberapa potensi bencana semisal Gunung Karangetang.

Di lokasi hingga saat ini masih dijaga oleh anggota TNI dan Polri, juga ada dari BPBD. Warga yang mengungsi juga sudah diberikan bantuan oleh BPBD, Dinsos Sitaro, dan PMI untuk obat-obatan. Juga dari petugas pemantau Gunung Karangetang datang untuk melakukan pemantauan visual.

Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara
Gunung Karangetang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara (TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS)

Retni hanya Bawa Alkitab saat Evakuasi

Banyak cerita dari kisah pengungsi Gunung Karangetan di Siau, Kabupaten Sitaro.
Kisah Retni Katilahe (63), misalnya. Warga Desa Batubulan ini harus meninggalkan rumah dan harta bendanya. Ia harus dievakuasi untuk mengindari bahaya guguran lava Karangetang yang turun melalui jalur kali Marebuhe. Lava sudah semakin dekat dengan permukiman.

Pun pakaian tak ada yang sempat dibawa, hanya yang melekat di badan saja. "Saya tidak sempat bawa pakaian, hanya Alkitab saja yang saya bawa," katanya, Minggu (3/2/2019).

Terpenting nyawanya bisa selamat, walaupun rumah dan harta bendanya ditinggalkan semua. "Saat ada pemberitahuan, kami langsung ke tempat pengungsian," jelasnya.
Dia hanya berharap pada pemerintah untuk mendapatkan tempat istirahat dan makan yang cukup saja selama di pengungsian.

Untuk tidur, mereka diberikan matras dan selimut oleh Pemerintah Kecamatan Sibarut dan Dinas Sosial Kabupaten Kepulauan Sitaro.

Ia pun tak tahu harus bagaimana, lantaran pakaian semua ditinggal di rumah. Ia hanya berharap anaknya bisa membawakannya pakaian ganti. Sama juga dengan saudaranya Thelma Katilahe yang ikut mengungsi, tanpa membawa harta benda lainnya.

"Saat pemberitahuan, langsung ikut untuk dievakuasi, saya tidak bawa pakaian, hanya baju di badan saja," ujarnya.

Opa Lewi Gundami-Gansa, warga Batubulan bersama istrinya juga ikut mengungsi saat mendapat pemberitahuan. "Saya sementara di kebun saat ada pemberitahuan mengungsi, langsung pergi mengungsi, tinggalkan saja rumah, semua harta benda, kebun pala, yang penting nyawa selamat," katanya.

Namun beruntung, ia bersama istrinya membawa pakaian seadanya untuk digunakan selama pengungsian. Sempat anak dan saudaranya menjemput untuk ke lokasi lebih aman, namun ditolaknya dan memilih di tempat pengungsian.

"Biar kami mengikuti petunjuk pemerintah saja, nanti pemerintah yang atur, jangan buat susah pemerintah," jelas dia. Pemerintah Kecamatan Siau Barat Utara mengungsikan warga di Kampung Kawahang. (amg)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved