Tudingan Persija dan PSS Sleman Juara Settingan, Ketua Umum Merasa Tersandera
Kabar pencabutan gelar juara Liga 1 2018 yang diperoleh Persija Jakarta, langsung membuat (Plt) Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, merasa tersandera.
Dalam kesempatan tersebut Vigit Waluyo juga bersedia buka-bukaan di depan awak media yang datang meliput.
Vigit Waluyo menjelaskan bahwa saat ini PSSI memerlukan reformasi untuk merombak internal organisasi yang karut-marut.
Pria asal Sidoarjo itu tak mau menjawab apakah pengurus dan anggota PSSI punya keterlibatan dalam praktik pengaturan skor.
Akan tetapi, Vigit Waluyo mengakui bahwa memang ada tim yang di-setting untuk menjadi juara.
Baca: Asyik Pesta Miras, Terduga Penganiayaan di Kombos Ditangkap Tim Paniki Polresta Manado
Baca: Alasan WhatsApp Batasi Anda Teruskan Pesan ke Teman, Paling Banyak 5 Kali!
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG, Hujan Lebat dan Angin Kencang Masih Terjadi di Sulawesi Selatan
"Kuncinya di penjadwalan dan perwasitan. Kalau memang jadwalnya yang bermain kandang di awal dan akhir tentunya bisa kita lihat," tutur Vigit Waluyo dilansir BolaSport.com dari Surya.
"Misalnya tim ini di akhir kompetisi, yang tuan rumah itu terakhir, menurut saya itu pasti setting-an," ucap Vigit menambahkan.
Tudingan setting-an juga sempat menghampiri Persija Jakarta yang keluar sebagai juara Liga 1 2018.
Vigit yang tak menyaksikan laga terakhir Persija di Liga 1 2018, yang digelar di kandang, pun berasumsi demikian.
"Intinya, pertandingan yang diatur bermain (kandang) pada akhir kompetisi, rawan seperti itu," ucap Vigit.
Vigit juga mengaku pernah memberikan sejumlah uang kepada Anggota Komite Wasit PSSI, Nasrul Koto.
Dituturkan Vigit Waluyo, uang Rp 25 juta diberikan kepada Nasrul untuk mengamankan partai PSMP di Liga 2 2018.
PSMP yang sebelum memberikan upeti tersebut kerap dicurangi wasit, menjadi terhindar dari kejadian yang sama.
Selain terlibat pengaturan skor, Vigit Waluyo juga telah ditahan karena kasus korupsi PDAM Sidoarjo sebesar Rp3 miliar pada 2010.
Vigit Waluyo kini telah mendekam di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IA di Sidoarjo karena kasus korupsi tersebut. (*) Artikel ini sudah terbit BolaSport