Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Cerita Dua Wanita Korea Diperdagangkan 8 Tahun Dalam Industri Seks dan Dikurung Dalam Penjara

Dua wanita muda bernama Mira dan Jiyun menghabiskan waktu 8 tahun diperdagangkan ke dalam industri seks setelah membelot dari Korea Utara

Editor: Rhendi Umar
Tribunnews.com
Ilustrasi Wanita Meminta Tolong 

Setelah kembali ke negara mereka, para pembelot menjadi sasaran penyiksaan dan pemenjaraan karena "pengkhianatan mereka terhadap Tanah Air".

Banyak pembelot melarikan diri selama pertengahan 1990-an ketika kelaparan parah yang dikenal sebagai The Arduous March menyebabkan setidaknya satu juta orang mati akibat kelaparan.

Tetapi sejak Kim Jong-un berkuasa di Korea Utara pada 2011, jumlah total orang yang membelot setiap tahun turun menjadi lebih dari setengahnya.

Penurunan ini telah dikaitkan dengan kontrol yang lebih ketat di perbatasan dan para perantara yang menaikkan harga mereka.

Map showing China's southern border with North Korea
Map showing China's southern border with North Korea ()

Mira membelot ketika dia baru berusia 22 tahun.

Terlahir di akhir masa kelaparan, Mira tumbuh dalam generasi baru Korea Utara.

Berkat jaringan pasar bawah tanah yang berkembang, dikenal sebagai Jangmadang, mereka dapat mengakses pemutar DVD, kosmetik, pakaian perancang palsu, serta stik USB yang diisi dengan film asing.

Masuknya material dari luar membantu membujuk beberapa orang untuk membelot.

Film-film yang diselundupkan dari Cina memberikan gambaran tentang dunia luar dan motivasi untuk meninggalkan Korea Utara.

Mira adalah salah satu dari mereka yang terpengaruh.

"Saya benar-benar menyukai film-film Cina dan berpikir semua pria dari Cina seperti itu. Saya ingin menikah dengan pria Cina dan saya telah berpikir untuk meninggalkan Korea Utara selama beberapa tahun."

Ayahnya, seorang mantan prajurit dan anggota partai, menjalankan rumah tangga dengan jadwal yang ketat. Dia bahkan kadang-kadang memukulinya.

Mira ingin menjadi dokter, tetapi cita-cita itu dihentikan oleh ayahnya.

Dia menjadi semakin frustrasi dan memimpikan kehidupan baru di Cina.

"Ayah saya adalah anggota partai dan itu menyesakkan. Dia tidak akan membiarkan saya menonton film asing. Saya harus bangun dan tidur pada waktu yang tepat. Saya tidak memiliki hidup saya sendiri."


Pagar berkawat di sepanjang sungai Tumen.
Pagar berkawat di sepanjang sungai Tumen. ()
Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved