Buaya Terkam Manusia
Buaya Makan Orang di Minahasa - Netizen Sulut Duga Deasy Korban Pembunuhan: Ada yang Janggal!
Kematian sang pawang buaya itu dianggap ada yang janggal oleh netizen Sulut. Mereka menduga jika Deasy merupakan korban pembunuhan.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Buaya Makan Orang di Minahasa - Netizen Sulut Duga Deasy Korban Pembunuhan: Ada yang Janggal!
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMBARIRI - Kematian Deasy Tuwo, warga Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) masih meninggalkan tanda tanya.
Deasy yang meninggal secara tragis diduga dimakan buaya peliharaan bosnya itu rupanya belum bisa dterima dinalar para warganet di Sulawesi Utara (Sulut).
Baca: WN Jepang Pemilik Buaya Pemakan Manusia Masih Diburu Polisi, Ini Kejanggalan Kematian Deasy Tuwo
Baca: Prostitusi Online - Terungkap Ada Artis yang Dibayar Rp 7.5 Juta Permenit, Perdetiknya Rp 125 Ribu!
Diberitakan sebelumnya, Deasy Tuwo, seorang warga Minahasa yang bekerja di CV Yosiki, Minahasa itu dimakan buaya pada Jumat (11/01/2019).
Namun kematian sang pawang buaya itu dianggap ada yang janggal oleh netizen Sulut.
Mereka menduga jika Deasy merupakan korban pembunuhan.

Bahkan ada yang dari mereka menduga jika Deasy sebelum dibunuh, dirinya diperkosa terlebih dahulu, selanjutnya mayatnya dilempar ke kandang tempat dimana buaya bernama Merry itu berada.
Bahkan terdengar kabar jika hasil pemeriksaan di rumah sakit menyebutkan jika sebelum tubuh Deasy dimakan buaya, Deasy sudah dalam keadaan meninggal dunia.
Baca: Cerita Anggota TNI yang Evakuasi Buaya Pemakan Manusia: Penuh Ketegangan hingga Gigi Copot
Dalam unggahan salah satu pengguna Facebook dengan nama Ahmad Maulana Lukman, dituliskan jika dirinya masih merasa ragu jika penyebab kematian Deasy adalah karena dimakan buaya.
Dalam unggahan yang ditulis di Facebook pada 13 Januari 2019 pukul 19.22 Wita itupun ternyata sepemikiran dengan netizen Sulut lainnya.
Kurang dari dua hari, postingan itu sudah dibagikan 1,2 ribu kali, dan mendapat 1,4 ribu komentar serta 1,2 tanda like, love dan wow.
Baca: Seperti Ini Proses Evakuasi Buaya Pemangsa Deysi Tuwo, Dijerat Lalu Dibius dan Harus Bersabar
Baca: 8 Kasus Manusia Diterkam Buaya yang Menghebohkan, Ada yang Diterkam saat Mandi di Sungai hingga BAB
Berikut isi postingannya:
qt masi ragu.
jang kage sabotase ini.
cma tako orng perkosa/bunung orng teto kong lego di kandang.
kong angka cerita buaya da makan.
qt da tnya pa tu om2 disana, ada dpa lia baju di dlm kolam? drng bilng nd katakan nd mungkin buaya mkng baju.
dp jalang kurang mo bius tu buaya kong lia dp isi puru ada tangan atw nd di dlm
klo so kelar mnjae ulng no kse bagus spya buaya nd mati(satwa yg dilindungi)
sebelum terlambat
mar entahlah itu cma tp sudut pandang
trang doakan jo pa almarhum.
Tak hayal, postingan yang sudah dibagikan ke grup-grup besar Facebook di Sulut mulai dari Tim Paniki hingga Manguni MANGUNI TEAM123 / Tetengkoren Berguna itu langsung mendapat tanggapan yang sama dari netizen.
Berikut komentar para netrizen Sulut:
Eldiana Nadin: Sama dgn qt .qt curiga kage ada org yg bunuh kong buang dia pe myt di tampa buaya harus diselidiki ad ba apa itu tanta di tampa buaya sdangkan ada pagar
Kelexiz Setuju: Tidak menutup kemungkinan bisa seperti itu. Semoga yang berwajib bisa urus tuntas ini kasus.
Adhy Harun: Klu buaya yg mo mkan pa dia palingan tu buaya mo mkan 1X dg dia pe bdan nd mo ta sisa dia itu ksiang. qta rasa orang da perkosa pa dia kong drang buang di kandang. spy kata nd mo dpa tau.dorang harap buaya da makang.klu buaya da mkan nd bgitu dia.palingan abis smua dia pe badan klu buaya makan

Fitrianda Yanda: Qt ley dr pertama kejadian qt so tapikir bagitu no
Michael Fai: Kalau melihat dr foto yg dikirim...ada kemungkinan yg ybs jatuh dia mo alihkan perhatian buaya dia buka dp blous...tp kl ada blous disekitar kandang bisa jadi tapi kl nd ada brarti tdk tertutup kemungkinan..ada kejadian lain yg mendahului....tp torang jgn terlalu berpikir yg bukan2 serahkan investigasi dr polisi biar katu jelas.
Jefferson Rov Memah: Betul...brow...
Demi kebenaran dan kepastian hukum maka so mustiolah tkp yg serius .....termasuk mendapat bukti dimana bagian tubuh korban dan pakaian yg lenyap.
Harus itu!!!lakukan pembedahan perut buaya.

Firmino Adri: Logikanya...Dia se makan buaya kng tapalisi? Sdgkn dpe bak pe tinggi
So 3 hari hilang bru dpa? Buaya nda ada yg kse makan slma 3 hari n diwaktu abis dia se mkn so nda muncul2 diarea kerja drg nda cari cuma almrha,Tuhan n jg buaya yg tau
Novie Supit: Jangan jangan buaya darat so makan duluan kong depe sisa kase pa buaya aer.
Yuri BlessFull: Buaya binatang buas suka skali makan darah segar.. sedangkan cuma kasih bau darah dia so buas.. kalau memang dia korban buaya masa nyanda tlang samua.. # indikasi korban so jd bangkai(so mati dulu ) baru lempar di kolam buaya..krn setahu saya buaya tdk suka bangkai ..
Riyani Catur Wahyuni: kalo mnrt qt nda msk di akal ni Almh. cuma gara2 tapalisi da se mkn buaya.kemungkinan Almh jd korban pembunuhan.nda menutup kemungkinan siapa tau ada kecemburuan sosial karena yg qt dgr di berita Almh. kepala Lab di perusahaan tsb.ato jg nda menutup kemungkinan diperkosa lalu di bunuh
Kemungkinan Buaya darat yg memangsa lebih dahulu,.... !?!?! Di usut sampai tuntas,...itu,.
Ancen Jansen: Ini bisa2 indikasi pembunuhan... Bkg bgni spya kase ilang jejak,, pasti akan terkuak ini samua
Selain berkomentar di Facebook, sejumlah netizen juga saling berkomentar di grup WhatsApp.
Salah satu pengguna WhatsApp bernama Alif Suhendar menanyakan kebenaran soal informasi jika hasil visum, sang pawang Deasy Tuwo sudah meninggal terlbih dahulu sebelum diterkam.
Alif: Dri, org ranowangko bilang hasil visum tu cewek so lebih mati dulu sebelum diterkam, dari hari kamis kata. Nyanda tapalisi org bilang. Betul itu ?
Ut Rinaldi: di grup manguni byk pendapat lain
Ut Julius: Kalau menurur qt kyknya xnda t plisi.. kyk ya di perkosa.. baru drg buamg.. spalnya dpe baju ilang Kalau mau di bilang buaya mkg.. setidaknya baji sblh ada.
Kapolres Tomohon AKBP Raswin Bachtiar Sirait, melalui Wakapolres Kompol Joyce Wowor mengatakan jika pihaknya hingga kini masih melakukan pemeriksaan ke semua pihak terkait.
“Masih kita lidik. Pokoknya semua yang berhubungan dan memiliki sangkut paut dengan korban baik pekerja, pemilik, keluarga hingga saksi yang pertama kali menemukan korban semua kita periksa,” terang Wowor.
Diberitakan sebelumnya, salah satu warga Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara (Sulut) bernama Deasy Tuwo meninggal dimakan buaya.
Buaya itu bernama Merry dan sudah berusia lebih dari 20 tahun.
Menurut mantan petugas keamanan di perusahaan CV Yosiki, Noldy Pinontoan, buaya bernama Merry itu dibeli di Bitung pada tahun 1999.
Baca: 5 Berita Terpopuler Sepekan - Viral Video Pengeroyokan Siswi SMP hingga Buaya Terkam Deasy Tuwo
Namun, awalnya perusahaan tersebut membeli dua ekor buaya, tapi hanya Merry yang bertahan hingga saat ini.
Diketahui, pemilik dari buaya tersebut adalah seorang WNA asal Jepang bernama Ochiai.
Di perusahaan milik Ochiai, selain memelihara buaya juga memelihara ikan arwana.
Buaya yang sudah dua dekade itu ternyata gemar makan makanan segar.

Mantan pekerja di perusahaan CV Yosiki, Merry Supit (36) mengatakan jika buaya tersebut harus diberi makanan segar.
Bila makanan itu telah mengalami proses pembekuan, maka ia tidak akan memakannya.
"Semuanya harus fresh, dia tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari," katanya dikutip dari artikel 'Buaya Penyerang Deysi Bernama Merry, Ini Penjelasan Mantan Pengurus Buaya yang Juga Bernama Merry', Jumat (11/1/2019).

Teknik memberi makanannya pun tidak sembarangan.
Pasalnya, pemberi makan harus berada di dekat kandang buaya itu dan menunggu hingga mulutnya terbuka.
Baca: Tegang, Buaya Pemakan Manusia di Tombariri Dievakuasi, Satu Giginya Copot
"Kami mendekat ke kandangnya lalu menepuk-nepuk dinding bagian dalam kandang itu sampai buaya datang mendekat dan membuka mulutnya, tinggal melempari makannnya," imbuhnya dengan judul artikel 'Sandal Deysi Sebelah di Kandang Buaya, Sebelah di Luar, Ini Dugaan Merry Penyebab Deysi Diterkam', Jumat (11/01/2019).
(Tribunmanado/Indri Fransiska Panigoro)